Tak Ditemukan Tanda Kekerasan, Penyelidikan Tewasnya Mahasiswi Unej saat Diksar Dihentikan
Proses penyelidikan tewasnya mahasiswi Unej saat Diksar dihentikan. Pihak keluarga menolak korban diautopsi. Tak ditemukan tanda kekerasan.
Editor: Abdul Muhaimin
Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Imam Nawawi
TRIBUNNEWS.COM - Polres Jember tidak menemukan tanda kekerasan dalam kasus tewasnya mahasiswi Universitas Jember (Unej) saat kegiatan Pendidikan Dasar.
Korban yang bernama Nadifa Naya Damayanti (18) sempat mengeluhkan sakit di tengah kegiatan Pendidikan Dasar Mahasiswa Divisi Pecinta Alam Fakultas Teknik Unej dan tewas pada Sabtu (11/11/2023).
Pihak keluarga menolak proses diautopsi terhadap mahasiswi asal Balikpapan, Kalimantan Timur tersebut.
Kapolsek Arjasa, AKP Agus Sutriyono menyatakan penyelidikan tewasnya Nadifa Naya Damayanti dihentikan.
Baca juga: Sosok TRH, Eks Dirut RSUD yang Tewas Terbakar Dibunuh Suami, ASN Dinkes Sumut dan Dosen di Batam
"Kalau dari hasil lidik tidak ada tanda-tanda kegiatan kekerasan, juga legal. Karena ada surat permohonan tempat dan izin juga dari kampus (Unej). Ditambah juga keluarga menolak dilakukan Autopsi. Jadi kami hentikan proses (lidik dan pendalaman) ini," ujarnya, Senin (13/11/2023).
Menurutnya, berdasarkan hasil pemeriksaan medis Rumah Sakit Daerah (RSD) dr Soebandi Jember, tidak ada tanda kekerasan pada tubuh korban.
"Tidak ada apa-apa (luka-luka ataupun bekas penganiayaan) pada tubuh korban. Hanya meninggalnya di tempat tidak wajar," kata Agus.
Agus mengungkapkan Ayah Korban tiba di Jember pada Minggu (12/11/2023). Saat itu yang bersangkutan langsung menuju kamar jenazah di RSD dr Soebandi untuk melihat putrinya.
"Jenazah korban sudah ada di dalam peti, lalu orang tua korban membuka untuk melihat jenazah korban sebelum dibawa pulang ke Kalimantan,” tambahnya.
Dia mengatakan orang tua korban menilai kematian putrinya adalah takdir. Menurut pihak keluarga, kata Agus mahasiswi ini memang ketahanan tubuhnya sangat rendah dan tidak bisa berada dalam keadaan kelelahan.
Baca juga: Kasus Pelecehan di UNY Hoaks, 1 Mahasiswa Ditangkap, Ini 2 Pemicu Pelaku Fitnah Anggota BEM FMIPA
"Jika itu terjadi maka korban pasti akan sakit. Dulu korban lahirnya prematur, tidak dijelaskan penyakit apa. Pokoknya kalau payah pasti drop," imbuhnya.
Agus mengungkapkan korban juga sempat pamit ke ibu kos saat mau Pendidikan dan Latihan Dasar (Diklatsar) Mahasiswa Pecinta Alam di Gunung Argopuro, tetapi tidak menyampaikan detail kegiatan apa yang diikuti.
"Korban ikut kegiatan atas keinginan sendiri dan punya antusias tinggi. Tapi (anaknya) tidak terbuka dengan pihak lain terkait kondisi fisiknya," paparnya.
Oleh karena itu, Agus mengimbau agar siapapun panita organisasi kemahasiswaan untuk mengecek kondisi kesehatan pesertanya, jika mengadakan berkegiatan di luar kampus, apalagi sampai naik gunung.
"Untuk adik-adik dan panitia untuk lebih ketat screening (pengecekan fisik kesehatan). Terutama bagi peserta, apakah ada penyakit bawaan atau tidak. Screening kesehatan lebih utama, jangan hanya pengakuan saja. Nanti ditakutkan terulang lagi," jlentrehnya
Baca juga: Kelelahan Saat Diklat Pecinta Alam Gunung Argopuro, Mahasiswi Unej asal Balikpapan Meninggal Dunia
Kronologi Korban Meninggal
AKP Agus Sutriyono mengungkapkan, kronologinya saat itu korban mengikuti Pendidikan Kilat Dasar (Diklasar) Mahasiswa Divisi Pecinta Alam (Mahadipa) Fakultas Teknik Unej sejak 8 November 2023 sekitar pukul 14.00 WIB.
"Korban bersama 14 orang teman mahasiswa yang tergabung dalam kelompok pecinta alam Mahadipa Unej Jember melaksanakan latihan di wilayah Hutan Lindung Petak 64 KPH Arjasa," katanya melalui keterangan tertulis.
Pada hari Jumat (10/11/ 2023) sekitar pukul 14.00 WIB, korban merasa kelelahan dan meminta Istirahat.
Kemudian, teman-temanya membuatkan tempat peristirahatan.
"Sekitar pukul 22.00 WIB, korban merasa membaik dan meminta makan serta minum air putih," kata AKP Agus Sutriyono.
Namun, kata AKP Agus Sutriyono pada Sabtu (11/11/2023) sekitar pukul 03.00 WIB, kondisi tubuh korban memburuk.
Baca juga: Diklat Mapala UNEJ Berujung Meninggalnya Mahasiswi, Kehilangan Nyawa saat Dibawa ke Rumah Sakit
Hal itu membuat rekan-rekannya panik dan langsung meminta bantuan ke Basarnas Jember.
"Dengan cara mengirimkan lokasi titik koordinat tempat korban berada. Namun saat itu, belum bisa dievakuasi karena medan yang jauh dan sulit serta kondisi gelap, sehingga menunggu terang," katanya.
AKP Agus Sutriyono mengungkapkan, di sela-sela menunggu kedatangan tim Basarnas, kondisi korban terus memburuk, namun belum bisa dievakuasi dari tengah hutan.
"Kondisi korban terus memburuk, akhirnya oleh Tim Basarnas segera dilakukan evakuasi agar segera mendapatkan pertolongan medis," paparnya.
Dia mengungkapkan, nyawa korban tidak bisa diselamatkan.
Mahasiswi ini mengembuskan napas terakhir saat perjalanan menuju RSUD dr Soebandi Jember.
Baca juga: Sempat Kritis saat Ikut Diklat Pecinta Alam di Lereng Argopuro, Mahasiswi Unej Meninggal di RS
"Namun dalam perjalanan ke RSUD dr Soebandi korban meninggal dunia. Saat ini korban berada di Kamar Mayat RSUD dr Soebandi untuk dilakukan visum dan menunggu persetujuan dari orang tua korban apakah korban akan dilakukan autopsi dalam atau tidak," katanya.
Hasil pemeriksaan medis dari luar tubuh korban, kata AKP Agus Sutriyono, tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan.
"Hasil pemeriksaan luar oleh tim medis RSUD dr Soebandi tidak diketemukan adanya luka pada tubuh korban," katanya.
Artikel ini telah tayang di TribunJatim.com dengan judul Diklat di Gunung Argopuro Berujung Maut, Mahasiswi Unej Meninggal Dunia, Keluarga Tolak Autopsi
Artikel ini telah tayang di TribunJatim.com dengan judul Kronologi Mahasiswi Unej Tewas di Gunung Argopuro Jatim saat Diklat Pecinta Alam, Mengeluh Kelelahan