Pengakuan Mapala Unej usai Mahasiswi Peserta Diklat Tewas, Tak Panggil Basarnas saat Korban Kritis
Terungkap alasan panitia Diklat Mapala Unej tidak segera menghubungi Basarnas saat mahasiswi kritis. Korban diduga tewas karena kelelahan.
Editor: Abdul Muhaimin
Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Imam Nawawi
TRIBUNNEWS.COM - Polres Jember telah menghentikan penyelidikan kasus tewasnya mahasiswi bernama Nadhifa Naya Damayanti saat mengikuti kegiatan Pendidikan Dasar Unit Kegiatan Mahasiswa Pecinta Alam FT Unej.
Korban meninggal pada Sabtu (11/11/2023) saat berada di lereng selatan Gunung Argopuro, Kecamatan Arjasa, Jember, Jawa Timur.
Pihak keluarga menolak proses autopsi sehingga petugas tidak melanjutkan penyelidikan.
Ketua Umum Mahadipa Fakultas Teknik Unej, Alung Kiromul Risqi menjelaskan kronologi mahasiswi asal Balikpapan tersebut meninggal.
Baca juga: Mahasiswi Unej Tewas saat Diksar di Gunung Argopuro, Sempat Mengeluh Sakit dan Minta Istirahat
Pada Jumat (10/11/2023) siang, korban mengalami kelelahan karena naik gunung.
Sehingga saat itu, panita langsung memberikan pertolongan pertama.
"Untuk pertolongan pertama yang kami berikan, berupa pembuatan bivak atau tempat berlindung. Kemudian kami buatkan api sebagai penghangat. Dan kami berikan sereal Energen dan air gula. Tapi kemudian malam harinya (korban) drop kembali," ujarnya, Selasa (14/11/2023).
Alung mengakui tidak segera menghubungi Basarnas ketika korban kritis pertama.
Sebab pertimbangan panita saat itu, sudah menjelang petang. Sementara medan Lereng Gunung Argopuro sangat ekstrem.
"Kami bukan menolak, kami lebih mengantisipasi. Karena kami menghubungi pihak Basarnas itu sore menjelang Magrib, dan baru ada respons Magrib ke malam. Kemudian posisi dari dropnya peserta benar-benar di atas perbukitan," ungkapnya.
Baca juga: Kelelahan Saat Diklat Pecinta Alam Gunung Argopuro, Mahasiswi Unej asal Balikpapan Meninggal Dunia
Menurutnya, kalau memaksakan dilakukan evakuasi saat korban kritis pertama, panita khawatir hal itu dapat membuat kondisi mahasiswi ini makin parah.
"Kami (khawatir) nanti adanya kecelakaan yang lebih. Karena medan yang curam dan hanya bisa dilalui satu orang. Jadi ketika kita melakukan evakuasi menggunakan tandu itu tidak bisa berjalan normal," imbuh Alung.
Namun ketika korban mengalami masa kritis yang kedua saat Sabtu (11/11/2023) sekitar pukul 01.30 WIB, Alung mengaku harus menghubungi Basarnas lagi untuk evakuasi.