Pengungsi Rohingya Tidak Habis Akal Agar Bisa Mendarat di Aceh Walau Ditolak Warga Berkali-kali
Meski mereka tetap dibantu dengan mengantar makanan dan pakaian ke kapal, tapi warga Aceh sudah mulai enggan menampung mereka di darat.
Penulis: Erik S
TRIBUNNEWS.COM, BIREUEN - Ratusan pengungsi Rohingya nampaknya selalu punya akal bisa mendarat di Aceh.
Diketahui, warga Aceh akhir-akhir ini diberitakan mulai menolak kedatangan pengungsi Rohingya.
Ini berbeda dengan dulu yang ketika itu warga Aceh di mana saja menyambut baik kedatangan pengungsi yang dijuluki manusia perahu itu karena alasan kemanusiaan.
Baca juga: Bara di balik penolakan pengungsi Rohingya di Aceh, saya sebelas hari di laut, makan sehari sekali
Tetapi akhir-akhir ini, meski mereka tetap dibantu dengan mengantar makanan dan pakaian ke kapal, tapi warga Aceh sudah mulai enggan menampung mereka di darat.
Warga sudah mulai kewalahan dengan sikap para etnis Rohingya ini.
Misalnya setelah ditolong dan ditempatkan di lokasi penampungan mereka malah kabur atau bahkan dijemput, ada juga yang berbuat onar dan lain-lain.
Penolakan ini seperti saat mereka hendak mendarat di Kuala Pawon, Kecamatan Jangka, Kabupaten Bireuen, Kamis (16/11/2023) ditolak warga setempat yang datang ramai-ramai ke pinggir pantai.
Kapal mereka ditarik kembali ke laut, sehingga mereka merapat di Pantai Ulee Madon, Kecamatan Muara Batu, Aceh Utara, Kamis (16/11/23) malam, tetapi juga ditolak warga setempat.
Bahkan saat di Ulee Madon, meski sudah sempat ditampung sejenak, dinaikkan kembali ke kapal, sehingga mereka harus berangkat lagi.
Namun, para pengungsi Rohingya atau yang membawa mereka dengan kapal kayu itu pun tak kehilangan akal.
Kali ini mereka pun mendarat saat dini hari atau tepatnya sekirar pukul 02.00 WIB dini hari di pesisir Kecamatan Gandapura, Kabupaten Bireuen.
Baca juga: Indonesia Tolak Beri Bantuan ke Ratusan Pengungsi Rohingya yang Tiba di Bireuen
Tepatnya mereka tiba di Desa Lhok Mambang, Kecamatan Gandapura, Kabupaten Bireuen dan beberapa desa lainnya dalam kecamatan yang sama, Minggu (19/11/2023) dini hari.
Setelah tiba dan kapal pun tak ada lagi, akhirnya mereka berhasil mendarat.
Para pengungsi Rohingya kini sudah dipindahkan ke Kuala Aron Puntong, Desa Lapang Barat, Kecamatan Gandapura, Kabupaten Bireuen.
Lokasi tersebut sekitar 4 Km dari Desa Lhok Mambang dan 3 Km arah utara Keude Geurugok pusat Kecamatan Gandapura, Kabupaten Bireuen.
Kuala Aron Puntong salah satu lokasi para nelayan melaut dan juga pangkalan boat nelayan yang dikelilingi sungai kecil, tambak, dan laut.
Amatan Serambinews.com, kesepakatan perangkat desa, mereka yang awalnya tersebar di tiga desa disatukan dan ditempatkan sementara di Balai Nelayan kawasan Kuala Aron Puntong, Lapang Barat.
Baca juga: Ratusan Warga Jangka Bireuen Aceh Berjaga di Pantai, Tolak Kapal Bawa Etnis Rohingya Mendarat
Para pengungsi ini dibawa dengan kendaraan pikap maupun truk Colt Diesel milik warga desa.
Mereka perempuan dan anak anak ditempatkan di balai setempat, sedangkan laki-laki berada di sekitar kawasan tersebut.
Setiba di kawasan tersebut, puluhan warga desa berdatangan, ada yang membawa baju bekas, terutama untuk anak anak.
Sebagian lainnya membeli nasi bungkus untuk mereka. Para pengungsi yang ditempatkan langsung makan dan minum.
Selain itu, beberapa warga maupun anggota Polres membagikan baju untuk anak anak.
Sejumlah anggota Polsek Gandapura, Polres Bireuen, Kodim 0111/Bireuen maupun Koramil Gandapura dan tim lainnya terus memantau dan mengawasi.
Terungkap Lewat Bahasa Isyarat, Pengungsi Rohingya Masuk Gandapura Diturunkan dari Boat Kayu
Sebelumnya, ratusan pengungsi Rohingya yang diketahui sedang jalan kaki dan berada di depan rumah warga kawasan Desa Lhok Mambang, Kecamatan Gandapura Bireuen, sekitar pukul 02.00 WIB dini hari, Minggu (19/11/2023) diduga turun dari boat di pantai kawasan tersebut.
Dugaan tersebut berdasarkan bahasa isyarat yang mereka sampaikan.
Baca juga: Dua Kapal yang Mengangkut 341 Imigran Etnis Rohingya Terdampar di Perairan Pidie Aceh
Setelah mereka turun, boat segera meninggalkan mereka, para pengungsi kemudian berjalan ke permukiman warga yang berjarak sekitar 1 Km dari pantai.
Keuchik Lhok Mambang, Jasaun mengatakan, bahasa isyarat saat ditanyakan mereka sepertinya menyebutkan turun di laut dari sebuah boat dan mereka ke perkampungan dan singgah di rumah warga, ada juga di meunasah dan ada juga sedang berjalan di jalan desa.
"Pengungsi yang sedang jalan di jalan desa diarahkan berkumpul di depan rumah warga bersama yang lainnya," ujar Keuchik Jasaun.
Sejumlah warga menduga mereka adalah para pengungsi Rohingya yang hendak mendarat di Kuala Pawon, Kecamatan Jangka dan tidak diizinkan turun beberapa hari lalu.
Kemudian boat mereka diarahkan ke laut lepas, kemudian masuk ke Aceh Utara juga tidak diterima, sehingga mereka berangkat lagi dan masuk lagi ke Gandapura, yang diperkirakan disengaja saat dini hari agar tak bisa ditolak warga lagi.
Seluruh Gampong di Gandapura Menolak Pengungsi Rohingya
Perangkat desa dan masyarakat seluruh gampong di Gandapura Bireuen berjumlah 40 gampong menolak gampong dijadikan tempat penampungan sementara pengungsi Rohingya, Minggu (19/11/2023).
Baca juga: Polisi India Tangkap 74 Pengungsi Rohingya karena Tinggal secara Ilegal di Uttar Pradesh
Penolakan gampong mereka dijadikan tempat penampungan disampaikan Ketua Apdesi Kecamatan Gandapura, Bireuen, Mauliadi saat berdialog dengan Faisal Rahman, selaku Protection Associate dari United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR) untuk Aceh, Minggu (19/11/2023) siang, di kompleks Balai Nelayan, Gampong Lapang Barat tempat penampungan sementara.
Dalam pertemuan tersebut, Faisal Rahman mengatakan, hari Senin (20/11/2023) informasinya akan digelar rapat besar-besaran dari Pemerintah Pusat dan Provinsi serta daerah yang ada pengungsi Rohingya.
Menunggu hasil rapat tersebut, Faisal mengharapkan adanya tempat penampungan sementara bagi Rohingya, segala kebutuhan mereka akan mereka tangani.
“Kami tidak ada kewenangan menentukan tempat dan diharapkan Pemkab Bireuen menunjuk dimana lokasinya untuk kami bawa Rohingya ke tempat itu, sebutnya,” ujarnya.
Setelah mendengar permintaan Faisal, Ketua Apdesi Kecamatan Gandapura, Bireuen, Mauliadi mengatakan, seluruh desa menolak dijadikan tempat penampungan sementara.
"Harapan masyarakat dan Keuchik dari 40 gampong sepakat proses orang ini apa yang harus kita lakukan, malam nanti orang Rohingya jangan ada lagi di sini," tegasnya di hadapan Camat Gandapura Azmi, petugas IOM, Keuchik Lapang Barat Mukhtar Yusuf, TNI-Polri, dan ratusan warga.
Keuchik Lapang Barat Mukhtar Yusuf juga mengatakan dari gampong sudah menyediakan baik dari segi makanan, pakaian, tempat untuk penampungan sementara di balai nelayan.
Tetapi tidak ada tempat tinggal untuk para pengungsi.
Baca juga: Ratusan Pengungsi Rohingya Tiba di Aceh Setelah Ditawari Tarif Biaya Untuk Perahu
"Berarti Rohingya ini kami sediakan tempat sampai siang hari, kalau malam bagaimana cara jangan ada lagi orang ini di sini, kalau Rohingya mau berangkat lagi minyak kapalnya kami bantu, kapalnya rusak kita bantu perbaiki," ujarnya.
Begitu juga untuk bahan makanan yang sudah disediakan lebih untuk dua kali makan lagi yaitu buat makan malam dan makan pagi.
"Persediaan makanan untuk Rohingya ini dari gampong kami, gampong tetangga, dan bantuan pihak terkait memadai dan berlebih untuk persiapan mereka dalam boat nantinya," ungkapnya.
Intinya, kata Mukhtar Yusuf, masyarakat desa menolak untuk tempat menampung Rohingya di desa tersebut.
“Mereka juga bukan terdampar di gampong kami, karena kami sayang kepada mereka, kami beri tempat penampungan sementara, makanan, selanjutnya kami tidak lagi bersedia memberikan tempat," jelas Keuchik Lapang Barat.(*)
Penulis: Yusmandin Idris
Artikel ini telah tayang di SerambiNews.com dengan judul Ditolak di Jangka & Ulee Madon Aceh Utara, Pengungsi Rohingya Akhirnya Mendarat Dini Hari & Berhasil
dan
Seluruh Gampong di Gandapura Menolak Pengungsi Muslim Rohingya
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.