Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Romo Markus Solo SVD Ziarah ke Gereja Santo Mikhael di Vatikan Doakan Korban Erupsi Gunung Lewotobi

Pastor Markus Solo Kewuta SVD melakukan ziarah khusus ke Gereja Santo Mikhael di Vatikan untuk doakan korban erupsi gunung Lewotobi.

Penulis: Theresia Felisiani
zoom-in Romo Markus Solo SVD Ziarah ke Gereja Santo Mikhael di Vatikan Doakan Korban Erupsi Gunung Lewotobi
Kolase PosKupang
Kolase suasana pengungsi erupsi gunung Lewotobi Laki-laki di lokasi pengungsian Desa Konga Kecamatan Titehena Kabupaten Flores Timur dan Suasana erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki di Kabupaten Flores Timur, Sabtu 6 Januari 2024. Pastor Markus Solo Kewuta SVD melakukan ziarah khusus ke Gereja Santo Mikhael milik Belanda di Vatikan untuk doakan korban erupsi gunung Lewotobi. 

TRIBUNNEWS.COM, VATIKAN - Anggota Dewan Kepausan Dikasteri untuk Dialog Antar Umat Beragama di Takhta Suci Vatikan Pastor Markus Solo Kewuta, SVD terus berdoa bagi keselamatan warga korban erupsi Gunung Lewotobi di kampung halamannya, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Misionaris Indonesia yang bertugas di Vatikan itu tak pernah putus mendaraskan doa bagi warga korban erupsi gunung Lewotobi.

"Saya berziarah khusus ke Gereja Santo Mikhael di Vatikan untuk berdoa memohon berakhirnya aktivitas gunung Lewotobi laki-laki," ujar Romo Markus Solo pada Tribunnews.com, Minggu (7/1/2024).




"Santo Mikhael di Gereja Belanda, Roma/Vatikan, doakan dan bebaskanlah umat Tuhan di sekitar Gunung Api Lewotobi. Amin. Salam dan doa dari Vatikan," tambahnya.

Untuk diketahui Gunung Lewotobi Laki-laki di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT) kembali mengalami erupsi pada Sabtu pagi, 6 Januari 2024.

Pos Pemantau Gunung Api (PGA) Lewotobi Laki-laki melaporkan telah terjadi erupsi gunung Lewotobi Laki-laki, Provinsi NTT pada tanggal 6 Januari 2024 pukul 13:21 WITA dengan tinggi kolom abu teramati ± 1.500 m di atas puncak (± 3.084 m di atas permukaan laut).

Kolom abu teramati berwarna kelabu hingga coklat dengan intensitas tebal condong ke arah barat.

BERITA TERKAIT

Erupsi ini terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 47.3 mm dan durasi sementara ini ± 20 menit.

Saat ini Gunung Lewotobi Laki-laki berada pada Status Level III (Siaga) dengan rekomendasi masyarakat di sekitar Gunung Lewotobi Laki-laki dan pengunjung/ wisatawan tidak melakukan aktivitas apapun dalam radius 3 km dari pusat erupsi gunung Lewotobi Laki-laki dan gunung Lewotobi Perempuan serta 4 km dalam arah baratlaut utara dan selatan-tenggara dari pusat erupsi gunung Lewotobi Laki-laki.

Baca juga: Erupsi, Gunung Lewotobi Laki-Laki Naik Level Siaga III, BPBD Lakukan Penanganan Darurat

Diharapkan masyarakat agar tenang dan mengikuti arahan Pemda serta tidak mempercayai isu-isu yang tidak jelas sumbernya.

Pemerintah Daerah senantiasa berkoordinasi dengan Pos Pengamatan gunung Lewotobi Laki-laki di Desa Pululera, Kecamatan Wulanggitang, Kabupaten Flores Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur atau Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Badan Geologi di Bandung

 

Tragedi Gunung Lewotobi Laki-laki
(Padre Marco SVD, Vatikan)

“Saya ikut merasakan kecemasan dan penderitaan mereka. Dengan kata lain: Ketakutan mereka adalah ketakutan saya. Kecemasan mereka adalah kecemasan saya. Derita mereka adalah derita saya. Saya bersama mereka dalam satu perasaan dan lebih erat lagi bersatu dalam doa. Semoga Tuhan mendengarkan semua doa dan harapan kita dan menghentikan erupsi saat ini. Ile Lewotobi, sepanjang sejarah telah menjadi bagian dari hidup kami, perisai, simbol keindahan, keteguhan, perjuangan, jati diri dan tanda kehadiran Yang Mahakuasa.Gunung Lewotobi juga sudah selalu menjadi tanda perubahan cuaca. Baik buruknya cuaca kami tandai dengan awan gemawan di atas Gunung Lewotobi. Pandangan mata kami selalu tertuju ke puncak Gunung Lewotobi.

Selain itu, wilayah Gunung Lewotobi sudah selalu menjadi referensi kesuburan. Semakin dekat ke gunung, semakin subur tanahnya, semakin hijau dan rimbun alam floranya. Oleh karena itu, wilayah kaki Gunung Lewotobi adalah sumber rezeki kami. Dengan amukan Gunung Lewotobi yang demikian kuat dan tidak menentu, dan ribuan warga harus melarikan diri ke tempat-tempat pengungsian untuk waktu yang tidak menentu, meimbulkan berbagai gejplak rasa dalam hati warga; antara merasa terikat secara emosional dan rasa jauh sekaligus dalam satu kedipan mata.

Bagaimana dengan masa depan? Setelah gunung ini kembali tenang, warga tentu saja sangat berhati-hati untuk kembali membuka ladang dan mencari mata pencaharian di area kaki gunung ini. Kedua puncak laki-laki dan perempuan yang selalu menjadi referensi penting dalam siklus kehidupan masyarakat seputar gunung ini, akan menjadi kenangan manis dan pahit sekaligus. Butuh waktu untuk kembali berdamai dengan sejarah pahit ini. Entahkah dia akan tetap tenang di masa depan, itu pertanyaan yang tidak bisa dijawab. Hanya Tuhan yang tahu. Sambil belajar dari pengalaman, kita hanya terus berwaspada dan berhati-hati setiap saat.

Saat ini, dari pengamatan saya di media, pemerintah sudah sangat peduli, bertanggungjawab, setiakawan dan bersolidaritas. Pemerintah adalah aktor pertama yang memberikan peringatan dan mengevakuasi warga. Pemerintah pulalah yang menyiapkan berbagai camp pengungsi, membangun dapur-dapur umum, memobilisasi warga untuk mengungsi dan terus mengupayakan bantuan. Juga Gereja Katolik hadir dengan caranya. Sebuah kerjasama anntara pemerintah dan berbagai komunitas agama untuk urusan kemanusiaan ini tentu sangat didukung dan terus diharapkan. Dan lebih penting lagi bahwa semua pelayanan itu ditujukan kepada semua orang secara merata, tanpa memandang perbedaan apapun. Kemanusiaan selalu punya satu wajah, sekalipun manusia dilengkapi dengan berbagai jenis perbedaan lahiriah dan bathiniah.

“Dalam nuansa Laudato Si’ (Ensiklik Paus Fransiskus), gunung Lewotobi adalah bagian tak terpisahkan dari planet bumi yang adalah ‘rumah bersama’. Semoga gunung Lewotobi tidak membiarkan putera-puteri di bawah kakinya menderita terlalu lama, tetapi sudi mengembalikan kehidupan dan kebahagiaan mereka seperti sedih kala. Satu dalam doa dan harapan,”

Pastor Markus Solo Kewuta, SVD berdoa bagi korban erupsi 2
Kolase foto Anggota Dewan Kepausan Dikasteri untuk Dialog Antar Umat Beragama di Takhta Suci Vatikan Pastor Markus Solo Kewuta, SVD

Gunung Lewotobi Laki-laki Erupsi, Warga Masih Khawatir Keluar Rumah

Gunung Lewotobi Laki-laki di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT) kembali mengalami erupsi pada Sabtu pagi, 6 Januari 2024.

Sejumlah warga di Desa Boru Kecamatan Wulanggitang khawatir dan berdiri di luar rumah untuk menyaksikan erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki.

Selain itu, beberapa warga lainnya mengabdikan momen berlangsungnya erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki.

Imelda Buran Noba (50) Warga Dusun Bawalatang Desa Nawokote Kecamatan Wulanggitang mengatakan khawatir karena gunung Lewotobi Laki-laki terus erupsi dan mengeluarkan abu vulkanik.

Dikatakannya, meski berada di posko pengungsian SMP Negeri 1 Wulanggitang namun saat terjadi erupsi beberapa warga khawatir dan panik karena aktivitas erupsi terus terjadi.

Kata dia, hanya pasrah di posko pengungsian karena tidak tahu kapan erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki ini berakhir dan warga bisa pulang ke rumah mereka masing-masing.

"Sebenarnya khawatir dan panik-panik juga karena kalau asapnya sudah mengepul di atas itu kami panik sudah, tidak tahu kapan berakhir," ujarnya

Dikatakan, dengan aktivitas gunung yang terus erupsi membuatnya trauma dengan erupsi yang membuat kepanikan warga pada 1 Januari 2024 lalu.

Pengungsi Erupsi Gunung Lewotobi Tidur di Atas Bebatuan Beralaskan Terpal dan Tikar

Ribuan pengungsi di posko pengungsian erupsi gunung Lewotobi Laki-laki yang terletak di Desa Konga Kecamatan Titehena Kabupaten Flores Timur mengeluhkan minimnya fasilitas di posko pengungsian.

Para pengungsi ini mengaku tidak nyaman tidur karena karena beralasan tikar dan terpal di posko milik kementrian sosial (Kemensos) Republik Indonesia.

pengungsi erupsi gunung Lewotobi Laki-laki di lokasi pengungsian
Suasana pengungsi erupsi gunung Lewotobi Laki-laki di lokasi pengungsian Desa Konga Kecamatan Titehena Kabupaten Flores Timur.

Emi Bukan (39) warga Desa Nobo Kecamatan Ile Bura mengaku sudah tiga malam tidur di posko pengungsian hanya berasalkan tikar dan terpal seadanya.

Baca juga: Gunung Lewotobi Laki-laki Erupsi, Warga Masih Khawatir Keluar Rumah

Baca juga: Lewotobi Erupsi, Polres Flores Timur Beri Trauma Healing kepada Anak-Anak di Posko Pengungsian 

Kata dia, para pengungsi ini tidak nyama tidur karena seperti tidur beralaskan batu-batu.

" Kami tidak bisa tidur karena di bawa ini batu-batu banyak kami tidak bisa tidur," katanya Jumat 5 Januari 2024 malam.

Ia hanya berharap pemerintah agar membantu mereka peralatan tidur yang layak agar bisa tidur dengan nyaman terlebih bagi balita , anak-anak dan lansia.

" Kasihan, Mama tidak bisa tidur karena dibawa ini batu-batu banyak, " harapnya.

Artikel ini telah tayang di Pos-Kupang.com dengan judul Pengungsi Erupsi Gunung Lewotobi Tidur di Atas Bebatuan Beralaskan Terpal dan Tikar

Artikel ini telah tayang di Pos-Kupang.com dengan judul Gunung Lewotobi Laki-laki Erupsi, Warga Masih Khawatir Keluar Rumah

Artikel ini telah tayang di Pos-Kupang.com dengan judul Gunung Lewotobi Laki-laki Erupsi,Tinggi Kolom Abu Capai 1.500 Meter

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas