Banjir di Muratara Sumsel, 7 Jembatan Gantung Putus, Ribuan Warga Mengungsi
Bencana banjir yang melanda Kabupaten Muratara, terjadi sejak Rabu (10/1/2024) diawali wilayah Kecamatan Ulu Rawas.
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, MURATARA - Puluhan desa dan kelurahan dalam wilayah 6 kecamatan di Kabupaten Musi Rawas Utara (Muratara), Sumatra Selatan (Sumsel), dilanda banjir hebat.
Bencana banjir yang melanda Kabupaten Muratara, terjadi sejak Rabu (10/1/2024) diawali wilayah Kecamatan Ulu Rawas.
Banjir ini merupakan susulan dari banjir pekan lalu pada Sabtu (30/12/2023) yang melanda di 4 kecamatan.
Koordinator Posko Induk Banjir Pemkab Muratara, Suhardiman mengungkap dari laporan yang mereka terima banjir sudah merendam kurang lebih 20.000 unit rumah penduduk.
Baca juga: 4 Ruas Jalan di Jakarta Banjir Dengan Ketinggian 10-50 Cm Setelah Hujan Mengguyur Sore Ini
Selain merendam permukiman warga, banjir juga berdampak ke sejumlah fasilitas umum hingga memutus akses jalan penghubung antar desa/kecamatan.
Dari 7 kecamatan yang ada di Kabupaten Muratara, wilayah yang terdampak banjir terjadi di 6 kecamatan.
Mulai dari Kecamatan Ulu Rawas, Rawas Ulu, Karang Jaya, Rupit, Karang Dapo hingga Kecamatan Rawas Ilir.
"Hanya satu kecamatan yang aman yaitu Kecamatan Nibung, selain itu semuanya terdampak," katanya.
7 Jembatan Putus, 2 Rumah Hanyut
Banjir melanda Bumi Beselang Serundingan ini akibat luapan Sungai Rupit dan Sungai Rawas dampak dari curah hujan tinggi sejak dua pekan terakhir.
Meningkatnya debit air sungai Rupit dan Rawas juga mengakibatkan ada 7 jembatan gantung yang putus diterjang arus yang deras.
"Banjir susulan ada 6 jembatan yang putus, minggu lalu ada satu yang putus di Batu Gajah, jadi totalnya sudah 7," kata Koordinator Posko Induk Banjir Pemkab Muratara, Suhardiman.
Baca juga: Kota Bandung Banjir, Pj Wali Kota Sebut Ada 4 Titik hingga 150 Warga Mengungsi
Jembatan yang putus berada di Kelurahan Muara Kulam, Desa Sosokan, Desa Muara Kuis, Desa Lesung Batu.
Kemudian, di Dusun Tanjung Beringin Desa Muara Kuis, dan jembatan gantung Dusun Kemang Desa Muara Kuis.
Sebelumnya, satu jembatan gantung di Desa Batu Gajah putus setelah diterjang rumpun bambu yang hanyut saat air sungai Rupit pasang.
Selain 7 jembatan putus, ada 2 unit rumah warga yang hanyut di Desa Pulau Kidak, Kecamatan Ulu Rawas.
Peristiwa 30 Tahun Lalu Terulang
Banjir yang terjadi kali ini disebut-sebut seperti peristiwa 30 tahun silam yang terulang kembali.
"Terakhir banjir seperti ini sekitar 30 tahun lalu, kalau tidak salah tahun 1992 dan tahun 1995," kata Camat Rupit, Mukhtaridi, Jumat (12/1/2024).
Senada diungkapkan Sa'ban, warga ibu kota Muara Rupit.
Dia mengatakan banjir yang terjadi kali ini menyamai peristiwa tahun 1995.
Menurutnya Muratara memang daerah langganan banjir yang terjadi setiap tahun.
Namun setelah peristiwa 1995 itu, banjir tak pernah separah ini.
Baca juga: Kota Bandung Banjir, Pj Wali Kota Sebut Ada 4 Titik hingga 150 Warga Mengungsi
"Tahun 1995 banjir hebat, sebelum itu 1992 banjir hebat juga, nah setelah itu tidak pernah lagi, banjir ya banjir ada setiap tahun, tapi tidak separah ini," katanya.
Sa'ban mengungkapkan, sebelum tahun 1992 dan 1995, ada banjir yang lebih hebat lagi yakni pada 1982.
Menurutnya, saat itu warga mengungsi ke Jalan Lintas Sumatera (Jalinsum) yang baru saja dibuka, karena rumah mereka terendam banjir.
"Banjir yang lebih besar lagi tahun 1982, jalan lintas ini (Jalinsum) baru dibuka, warga tidur di jalan ini, karena rumah dua tingkat pun terendam," katanya.
Warga Mengungsi
Wakil Bupati Muratara, Inayatullah mengatakan, warga yang rumahnya terendam banjir saat ini telah mengungsi.
Pemkab Muratara, telah menyiapkan sejumlah posko pengungsian untuk warga terdampak.
Namun begitu, warga lebih memilih mengungsi ke rumah keluarganya yang belum terendam.
Sebab mayoritas rumah penduduk di bantaran sungai di Kabupaten Muratara ini adalah jenis rumah panggung.
"Rata-rata mengungsi ke rumah keluarganya, karena warga kita kebanyakan rumah panggung, jadi rumah yang tinggi atau dua tingkat belum terendam, mereka menumpang di situ," katanya.
40 Faskes Terendam
Sejauh ini dilaporkan banjir telah merendam 40 unit bangunan fasilitas kesehatan (faskes).
Fasilitas kesehatan yang sudah terendam banjir antara lain 1 Puskesmas, 10 Pustu, dan 29 Polindes.
Plt Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Muratara, Tasman Majid mengatakan pihaknya telah menurunkan mobil klinik dan mendirikan sejumlah posko berobat darurat.
Posko-posko kesehatan tersebut didirikan di dataran tinggi, namun mudah dijangkau oleh warga terdampak banjir yang ingin berobat.
"Kita ada mobil klinik, sifatnya mobile, berpindah-pindah, kemudian kita juga buka posko-posko kesehatan darurat," kata Tasman.
28 Sekolah Terendam
Selain itu, ada 28 sekolah yang sudah terendam banjir, terdiri dari 20 SD dan 8 SMP.
Plt Kepala Dinas Pendidikan Muratara, Zazili mengatakan sekolah-sekolah yang terdampak banjir sudah meliburkan aktivitas belajar mengajar.
"Untuk sekolah yang terendam banjir kita sarankan kepala sekolah meliburkan sementara sampai menunggu banjir surut," katanya.
Zazili mengatakan kalau pun aktivitas belajar mengajar dipindahkan ke lokasi yang lebih aman dari banjir dirasanya tidak ada tempat alternatif.
"Karena ini bencana alam, mau dialihkan juga rasanya tidak ada gedung atau ruangan untuk belajar. Jadi kalau sudah tidak banjir lagi nanti baru sekolah masuk kembali, wajib masuk lagi," katanya.
Artikel ini telah tayang di Sripoku.com dengan judul Ribuan Warga Muratara Mengungsi, Banjir Besar 30 Tahun Silam Terulang Lagi, 7 Jembatan Gantung Putus
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.