Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kole Project Komunitas Pembasmi Sampah di Labuan Bajo

Kole Project berfokus pada proses daur ulang sampah mulai dari pengumpulan, pemilahan dan pemrosesan sehingga mampu menggerakkan ekonomi sirkular.

Penulis: Nitis Hawaroh
Editor: Seno Tri Sulistiyono
zoom-in Kole Project Komunitas Pembasmi Sampah di Labuan Bajo
Nitis Hawaroh
Kole Project berfokus pada proses daur ulang sampah mulai dari pengumpulan, pemilahan dan pemrosesan sehingga mampu menggerakkan ekonomi sirkular. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Nitis Hawaroh

TRIBUNNEWS.COM, LABUAN BAJO - Kole Project merupakan perusahaan pengelolaan sampah yang berdiri sejak 2019 lalu di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur (NTT). Nama Kole Project diambil dari bahasa lokal yaitu "Kole" yang artinya pulang mengulang atau kembali.

Founder and CEO Kole Project Putra Hawan mengatakan, mulanya projek ini berisikan anak-anak muda dari komunitas lokal asli Labuan Bajo yang memiliki keresahan menyoal sampah dari plastik.

Dia bilang, Kole Project ini berfokus pada proses daur ulang sampah mulai dari pengumpulan, pemilahan dan pemrosesan sehingga mampu menggerakkan ekonomi sirkular.

Baca juga: Sosok Lansia Pengangkut Sampah di Bogor yang Dibayar Rp500 dari Satu Rumah: Berhasil Nikahkan 7 Anak

"Jadi konsep itu yang kami pakai untuk mendirikan Kole Project ini artinya semua sampah-sampah yang berada di Labuan Bajo, kami berkomitmen untuk mengulanginya kembali ke sini dulu dan pulangkan ke tempat asal untuk jadi wujud yang baru," kata Putra saat ditemui, Jumat (31/5/2024).

Putra menyatakan, sejak berdirinya Kole Project sebanyak 275 ton sampah sudah berhasil di daur ulang. Sampah-sampah tersebut bukan hanya berasal dari plastik, melainkan dari botol kaca, plastik HDPE, plastik PP emberan, kardus dan kaleng.

Sedangkan untuk data saat ini, Kole Project berhasil mengumpulkan sampah sebanyak 20 ton per satu bulan. Sampah-sampah ini mulanya 100 persen didapat dari Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di Labuan Bajo. Namun, seiring edukasi yang dilakukan secara paralel, Kole Project hanya mengambil 20 persen sampah dari TPA tersebut.

BERITA REKOMENDASI

"Jadi itu awalnya 2022 tempat ini mulai beroperasi itu kita 100 persen ambil dari TPA tapi hingga saat ini cuma 20 persen yang kita ambil dari TPA. 70 persen kami mengambil sambil melakukan edukasi teman-teman di lapangan untuk mengedukasi masyarakat Labuan Bajo dan dari multi pihak," tuturnya.

Selain itu, Putra mengatakan Kole Project ini memiliki program yang dilakukan untuk membangun kepedulian terhadap sampah plastik. Sebanyak 300 siswa dan lebih dari 1.000 masyarakat sudah berpartisipasi dengan Kole Project untuk mengumpulkan sampah-sampah plastik tersebut.

"Untuk titik pengumpulan sendiri setidaknya sudah 200 pengumpulan dan lebih kurang 200, dimana 100-nya itu dari outlet atau UMKM terus kemudian ada 30 dari petugas kebersihan dan sisanya itu dari pekerja di TPA," jelasnya.

Dalam kesempatan yang sama, Jeffri Ricardo Packaging Circularity Sr Manager Aqua mengatakan, Aqua bekerja sama dengan Kole Project untuk melakukan pendekatan secara sistematis udan bisa berkontribusi terhadap lingkungan dan target pemerintah terkait pengurangan sampah sampai dengan 30 persen. Serta pengurangan sampah ke laut sebanyak 70 persen.

"Nah makanya sejak 2018 kami mencanangkan gerakan namanya bijak berplastik kayak gitu itu apa sih bisa ke plastik kayak gitu. Bijak berplastik itu kami mempunyai tiga pilar utama kenapa, karena kalau kita berbicara masalah plastik Indonesia itu saking complicatednya enggak bisa hanya satu aspek pendekatan produk harus bisa multi dimensi," kata dia.

"Pilar pertama pengumpulan collection. Nah ini salah satunya lokasi ini fungsinya itu untuk apa namanya mensupport kegiatan untuk melakukan pengumpulan seperti itu terus kedua edukasi, ketiga adalah inovasi," sambungnya.

Sementara itu VP General Secretary Danone Indonesia Vera Galuh Sugijanto mengatakan, Aqua mengembangkan berbagai infrastruktur pengelolaan sampah melakukan edukasi terhadap konsumen dan masyarakat, serta mengembangkan berbagai inovasi kemasan ramah lingkungan.

Hal tersebut sebagai bagian dari implementasi ekonomi sirkular dan megelola sampah kemasan paska konsumsi melalui komitmen #BijakBerplastik.

"Hingga saat ini AQUA tercatat telah mengembangkan enam unit bisnis daur ulang (RBU) dan 10 collection center, melakukan pendampingan kepada 26 Tempat Pengolahan Sampah Reuse-Reduce-Recycle (TPS3R) dan 2 TPST serta lebih dari 60 unit bank sampah," kata Vera dalam keterangannya.

Aqua juga telah mengembangkan dukungan fasilitas pengolahan sampah seperti collection center dan juga bank sampah di berbagai destinasi wisata prioritas termasuk di Candi Borobudur, Labuan Bajo, Danau Toba, Mandalika dan Likupang.

Melalui berbagai inisiatif tersebut, hingga saat ini Aqua telah berhasil mengumpulkan lebih dari 22.000 ton sampah plastik per tahunnya yang kemudian didaur ulang kembali menjadi bahan baku kemasan botol baru ataupun produk lain yang memiliki nilai ekonomi.

Di Labuan Bajo sendiri, sejak tahun 2019 Aqua bekerjasama dengan mitra lokal di Labuan Bajo yaitu Kole Project mendirikan Rumah Daur Ulang atau Recycle Business Unit untuk mengirimkan sekitar 20 ton/ bulan sampah daur ulang ke pabrik pengolahan untuk didaur ulang menjadi bahan baku kembali.

Program ini melibatkan sekitar lebih dari 50 orang termasuk kalangan difabel yang mendapatkan manfaat ekonomi sirkular. Nantinya, sampah yang sudah dipres dikirim ke pabrik daur ulang ke PT Veolia Services Indonesia dan mitra lainnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas