Sosok Wanita Berprestasi yang Tewas Terpental Pakai Treadmill, Jatuh dari Lantai 3
Sebelum terjatuh dari rekaman CCTV Fathiya sedang menggunakan treadmill di lantai 3 dengan posisi pelan.
Penulis: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, PONTIANAK - Warga Pontianak, Provinsi Kalimantan Barat, digegerkan dengan peristiwa meninggalnya seorang gadis muda bernama Fathiya Nur Eka (22) karena jatuh dari lantai 3 tempat Gym di jalan Parit Haji Husein 2 Pontianak, Selasa (18/6/2024) siang.
Sebelum terjatuh dari rekaman CCTV Fathiya sedang menggunakan treadmill di lantai 3 dengan posisi pelan.
Tak lama kemudian ia hilang keseimbangan dan jatuh ke belakang keluar lewat jendela yang terbuka lebar tepat dibelakang treadmill.
Seketika itupula Fathiya jatuh dari ketinggian gedung di lantai 3 itu.
Korban yang mengalami luka parah akhirnya meninggal dunia.
Penjelasan Saksi Mata
Latif, saksi mata di lokasi yang juga juru parkir mengungkapkan peristiwa itu terjadi pada sekira pukul 13.30 WIB siang.
Saat itu dirinya sedang berada di ruang alat berat lalu mendengar suara keributan bahwa ada seseorang yang terjatuh.
"Saat itu kami lagi naik ke atas Olahraga, karena keadaan sepi juga," katanya.
Ketika ia keluar, ia melihat seorang wanita sudah terkapar di teras gym yang berlantai porselin.
Kondisi korban saat itu ia katakan dalam posisi tengkurap dan sudah bersimbah darah.
"Yang saya lihat itu tengkurap posisinya," ungkap Latif.
Baca juga: Viral Wanita Jatuh dari Lantai 3 Tempat Gym, Jarak Treadmill dan Jendela Hanya 60 Cm
Sosok Fathiya
Kepergian Fathiya meninggalkan duka mendalam bagi keluarga, terutama sang ayah Selamet Purnomo.
Selamet Purnomo menceritakan bahwa putrinya merupakan sosok yang sangat berbakti, penyayang, serta cerdas.
Putrinya itupun mudah bergaul dan memiliki banyak sekali teman.
Sejak sekolah dasar, Fathiya diungkapkan Selamet selalu meraih juara di kelasnya.
Fathiya bersekolah di SMPN 1 Pontianak lalu melanjutkan pendidikan di SMAN 7 Pontianak
Lalu ia berkuliah dan lulus dengan predikat Cumlaude 3 tahun 8 bulan, dari prodi Bahasa Inggris, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Tanjungpura Pontianak dengan IPK 3,9.
"Dia itu sejak SD selalu sampai kuliah nilainya bagus, saya setiap mengambil rapot tidak pernah khawatir, naik atau tidak, karena pasti masuk peringkat, 1, 2, 3. Bahkan pas SMP juara 1 terus. Dan kuliah juga melalui jalur prestasi," ungkap Slamet sembari berkaca - kaca.
Beberapa hari lalu, ia katakan Putrinya itu baru saja diterima mengajar di salah satu sekolah swasta ternama di Pontianak, dimana guru di sekolah tersebut harus melalui tes yang panjang dan sulit, namun putrinya itu berhasil lulus tes dengan baik.
"Nametake nya itu baru jadi padahal untuk dia mengajar dari sekolah, tetapi sebelum bisa mengajar ternyata amanah Allah saya menjaga dia hanya 22 tahun saja," tuturnya.
Ia mengaku sangat berat kehilangan putrinya, sebelumnya ia selalu mengharapkan ingin melihat Putri yang sangat ia sayangi menikah dan menimang cucu dari sang putri, namun iapun harus mengihlaskan harapan itu, karena putrinya lebih dulu pergi untuk selamanya.
"Ihlas ya ihlas, tapi rasanya itu berat sekali, nafas saya itu rasanya berat," katanya.
Banyak hal indah yang ia ingat dan tak mampu ia ceritakan tentang putrinya, tetapi bakti Fathiya kepada dirinya yang menjadi kenangan indah.
Ia mengaku pernah mengalami insiden kecelakaan yang membuat kakinya mengalami luka bakar serius.
Selama proses pengobatan hingga pemulihan, sang putrilah yang merawat dirinya sepenuh hati hingga sembuh sedia kala.
"Ihlas, saya ihlas, mungkin memang amanah Allah hanya 22 tahun saya menjaga dia, tetapi rasanya berat sekali, tetapi saya berusaha kuat, karena masih ada amanah menjaga adiknya," tuturnya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.