Sosok Yan Wisnu, Dekan FK Undip Diberhentikan dari RSUP dr Kariadi, Seminggu Rawat 300 Pasien
Buntut kasus bullying pada PPDS Undip, Dekan Fakultas Kedokteran, Yan Wisnu diberhentikan dari RSUP dr Kariadi Kota Semarang.
Penulis: Nanda Lusiana Saputri
Editor: Nuryanti
TRIBUNNEWS.COM - Yan Wisnu Prajoko, Dekan Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Diponegoro (Undip) diberhentikan sementara dari praktiknya di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) dr Kariadi Kota Semarang, Jawa Tengah.
Pemberhentian tersebut buntut kasus bullying pada Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) yang menewaskan mahasiswi Anestesi Undip, Dokter Aulia Risma Lestari.
Melansir Kompas.com, Yan Wisnu merupakan dokter onkologi RSUP dr Kariadi.
Yan Wisnu mengaku sudah bekerja di RSUP dr Kariadi selama 16 tahun.
Di RSUP dr Kariadi, Yan Wisnu bertugas sebagai dosen dan dokter bedah konsultasi kanker.
Dia bahkan mengaku, dalam seminggu merawat 300 pasien.
"Tiap minggu saya merawat kurang lebih 300 pasien. Yang kedua peran saya di sana adalah sebagai dosen."
"Dosen untuk pendidikan dokter, dokter spesialis dan dokter subspesies," ungkap Yan Wisnu di Fakultas Kedokteran Undip, Senin (2/9/2024).
Diketahui, keputusan pemberhentian sementara Yan Wisnu tertuang dalam surat nomor KP.04.06/D.X/7465/2024 perihal penghentian sementara aktivitas klinis yang ditujukan kepada dr Yan Wisnu Prajoko.
Surat tersebut ditandatangani oleh Direktur Utama RSUP Dr Kariadi, dr Agus Akhmadi, pada 28 Agustus 2024.
Wakil Rektor IV Undip, Wijayanto menyayangkan pemberhentian itu lantaran investigasi oleh polisi belum selesai.
Baca juga: 16 Tahun Mengabdi, Dekan Undip Diberhentikan Sementara dari RSUP Kariadi Imbas Kasus Bullying PPDS
Apalagi, pembelajaran di PPDS juga diberhentikan sementara sejak 14 Agustus 2024.
Keputusan ini dinilai tergesa-gesa dan merugikan masyarakat yang menjadi pasien.
Demikian juga mahasiswa PPDS yang menjalani praktik di RSUP dr Kariadi.
"Penutupan program studi itu tidak hanya merugikan 80-an para mahasiswa PPDS lainnya."
"Namun juga masyarakat yang mesti panjang mengantre karena kelangkaan dokter di RS Kariadi," ungkapnya melalui keterangan tertulis, Minggu (1/9/2024).
Sebelumnya, kasus bullying di PPDS Undip menjadi perbincangan setelah Dokter Aulia Risma Lestari ditemukan tewas di kamar kosnya di Kota Semarang, Senin (12/8/2024).
Dokter Aulia mengakhiri hidup diduga karena tak kuat menjalani PPDS Anestasi di Undip.
Menurut sumber yang tak ingin disebutkan identitasnya, korban diduga mengakhiri hidup dengan menyuntikkan obat bius jenis Roculax ke tubuhnya sendiri.
"Korban diduga melakukan bunuh diri dengan menyuntikkan Roculax di kamar kosnya," katanya kepada TribunJateng.com, Rabu (14/8/2024).
Korban merupakan seorang dokter di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kardinah Kota Tegal yang sedang menjalani tugas belajar sebagai peserta PPDS Anestesi Undip.
Tante Dokter Aulia, Vieta mengatakan, keponakannya kerap mendapat tekanan dari senior selama masa pendidikan dokter spesialis.
Bahkan, Dokter Aulia diminta membelikan rokok tengah malam dan menyiapkan makanan untuk senior dengan biaya pribadi.
Belakangan beredar rekaman suara diduga Dokter Aulia saat menjalani PPDS Anestesi di Undip.
Rekaman suara itu ditujukan untuk ayahnya, Mohamad Fakhruri (65). Pesan suara itu dikirimkan Dokter Aulia melalui pesan WhatsApp.
Baca juga: Polda Jateng Akan Selidiki Terkait Pungli hingga Rp40 Juta Terhadap Mahasiswa PPDS Undip
Dalam rekaman itu, terdengar suara tangisan Dokter Aulia yang tidak kuat menjalani PPDS.
Kasat Reskrim Polrestabes Semarang, Kompol Andika Dharma Sena mengaku belum dapat menyimpulkan rekaman yang beredar merupakan suara Dokter Aulia.
Menurutnya, proses penyelidikan masih berjalan dan akan diungkap secepatnya.
"Nanti tunggu keterangan Kapolrestabes Semarang (Kombes Irwan Anwar) satu pintu semua ini," ujarnya, Rabu (28/8/2024).
Terbaru, hasil investigasi yang dilakukan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyebut, ada dugaan pemalakan kepada Dokter Aulia.
Dokter Aulia diduga dipalak oleh seniornya Rp 20 juta hingga Rp 40 juta per bulan saat menjalani PPDS Anestasi di Undip.
Fakta baru ini diungkap oleh Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi.
"Jadi kita sudah ada beberapa hal yang ditemukan oleh tim investigasi seperti misalnya ada permintaan uang diluar biaya pendidikan resmi yang sempat dikatakan itu antara 20 sampai 40 juta per bulan."
"Walaupun memang ini masih simpang siur, ada yang menyatakan hanya 6 bulan tapi ada juga yang menyatakan ini setiap tahunnya nanti sesuai dengan kenaikan tingkat akan terjadi pengurangan," tandasnya.
Terkait dugaan pemalakan itu, Yan Wisnu mengatakan, Undip mendukung agar investigasi kasus tersebut dilakukan secara terbuka.
"Jadi Undip berkomitmen untuk membuka investigasi seluas-luasnya sedalam-dalamnya dan untuk dibuka saja seluruhnya," ujar Yan Wisnu.
Dia menyebut, Fakultas Kedokteran Undip tak akan menutup-nutupi kasus ini.
"Namun, kami juga berharap nanti hasilnya akan berkeadilan untuk seluruhnya baik untuk anak didik, pasien, dan untuk Undip juga," tukasnya.
Sebagian artikel ini telah tayang di TribunJateng.com dengan judul Kronologi Dokter Muda Risma PPDS Anestesi Undip Semarang Meninggal di Kos Gajahmungkur
(Tribunnews.com/Nanda Lusiana/Mohay, TribunJateng.com/Rahdyan Trijoko Pamungkas, Kompas.com/Muchamad Dafi Yusuf/Titis Anies Fauziyah)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.