Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Dorong Produktivitas, WPI Bantu Petani Banyuasin Ubah Rawa Jadi Lahan Pangan

Dengan program ini, lahan rawa yang sebelumnya tidak dapat dimanfaatkan kini telah diolah menjadi lahan pertanian. 

Penulis: Sanusi
Editor: Muhammad Zulfikar
zoom-in Dorong Produktivitas, WPI Bantu Petani Banyuasin Ubah Rawa Jadi Lahan Pangan
ist
Optimasi lahan tidak produktif untuk mendukung peningkatan produksi pangan melalui lahan yang sudah ada.  

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PT Wilmar Padi Indonesia (WPI) terus berkomitmen mendukung peningkatan produksi pangan dalam negeri. 

Salah satu inisiatifnya adalah membantu kelompok tani (poktan) di Banyuasin, Palembang, Sumatera Selatan, mengolah lahan rawa yang sebelumnya tidak produktif menjadi lahan pangan. 

Baca juga: Upland Project Kementerian Pertanian Diharapkan Dapat Berlanjut dan Dirasakan Petani Lebih Luas

Rice Business Head PT WPI Saronto menjelaskan, optimasi lahan tidak produktif bertujuan untuk mendukung peningkatan produksi pangan melalui lahan yang sudah ada. 

Hal itu sesuai dengan arahan pemerintah dalam mendukung produksi pangan nasional. Selain di Palembang, pihaknya juga telah mendampingi optimasi lahan tidak produktif lainnya di Sidoarjo dan Mojokerto, Jawa Timur. 

“Optimasi lahan tidak produktif dapat menjadi salah satu jawaban dalam meningkatkan produksi pangan di tengah terbatasnya lahan pangan,” kata Saronto.

Baca juga: Sukses Transformasi Pertanian Tradisional ke Modern, Prabowo Apresiasi Kinerja Mentan Amran

Dia menambahkan, dalam optimasi lahan tidak produktif dapat melibatkan berbagai pihak, seperti pemerintah desa, petani, perusahaan, dan akadamisi, agar upaya tersebut dapat lebih mudah tercapai mengingat permasalahan yang dihadapi masih kompleks.

Anwar, Ketua Poktan Karya Bersama di Desa Sungai Rebo, Banyuasin I menyatakan, petani di daerahnya telah mendapat pendampingan dari WPI sejak 2023.

BERITA REKOMENDASI

Dengan program ini, lahan rawa yang sebelumnya tidak dapat dimanfaatkan kini telah diolah menjadi lahan pertanian. 

"Lahan rawa ini milik desa, siapa pun dapat memanfaatkannya jika bersedia mengolah," kata Anwar beberapa waktu lalu. 

Sebelum adanya pendampingan, petani kesulitan mengolah lahan rawa yang luasnya mencapai ratusan hektare (ha) karena tingginya kandungan zat asam. Hambatan itu membuat sebagian besar wilayah desa tidak produktif, salah satunya karena biaya pengolahan lahan rawa sangat besar. 

Dengan pendampingan WPI, poktan mendapatkan bantuan berupa pupuk hitam (rock phosphate), benih unggul, dan pestisida, yang memungkinkan lahan tersebut menjadi lebih subur. 

Saat ini, petani telah berhasil mengolah 20 ha lahan rawa menjadi lahan pertanian padi, meskipun produktivitas awalnya masih 2-3 ton per ha. "Kami berharap luas lahan yang diolah bisa terus bertambah, tahun ini bisa mencapai 100 ha," ujar Anwar. 


M Amin Febriansyah, anggota Kelompok Kemitraan Pematang Palas, Banyuasin I adalah salah satu petani yang telah mengolah sawah lahan rawa secara turun temurun. Dia mengatakan, kemitraan dengan WPI telah membantu meningkatkan produktivitas lahan mereka. 

Baca juga: Milenial dan Gen Z Punya Potensi Besar di Sektor Pertanian dalam Mewujudkan Swasembada Pangan

“Dengan teknik baru, kami berhasil meningkatkan hasil panen menjadi 4-5 ton per ha. Sebelumnya, maksimal hasilnya hanya 2-3 ton per ha,” katanya. 

Dia berharap, selain meningkatkan produktivitas lahan padi yang sudah ada, dengan kemitraan, petani dapat mengolah lahan rawa yang masih belum produktif menjadi lahan pangan.

Kerjasama dengan perusahaan juga diharapkan dapat terus berlanjut demi kesejahteraan petani dan peningkatan produksi pangan di daerahnya. 
 

 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas