Fakta Sidang Ketiga Kasus Guru Supriyani, 3 Siswa SD Jadi Saksi, JPU Minta Sidang Digelar Tertutup
Saat sidang ketiga kasus Supriyani, guru honorer di Konsel, Sultra dihadirkan 8 saksi. 3 saksi masih di bawah umur.
Penulis: Faisal Mohay
Editor: Febri Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM - Sidang ketiga kasus penganiayaan siswa SD di Konawe Selatan (Konsel), Sulawesi Tenggara (Sultra), dengan terdakwa guru Supriyani digelar pada Selasa (29/10/2024).
Agenda dalam sidang yang digelar di Pengadilan Negeri (PN) Andoolo, Konsel, adalah pembacaan putusan sela dari Majelis Hakim serta pemeriksaan saksi-saksi.
Sebanyak 8 saksi dihadirkan dalam persidangan termasuk 3 teman korban yang masih di bawah umur.
Kuasa hukum Supriyani, Andri Darmawan, menyatakan 3 siswa SD tak dapat dijadikan saksi karena tak memenuhi syarat.
Mereka juga tidak disumpah sebelum memberikan keterangan di persidangan.
Menurutnya, kasus penganiayaan janggal sejak awal karena penetapan tersangka berdasarkan kesaksian siswa.
Bahkan keterangan para siswa dalam persidangan tak sesuai dengan Berita Acara Pemeriksaan (BAP).
Perbedaan pertama terkait waktu pemukulan yang terjadi di dalam kelas.
Dalam BAP tertulis pemukulan terjadi pukul 10.00 Wita, sedangkan kesaksian siswa pukul 08.30 Wita.
“Yang menarik tadi juga masalah pukulan, tadi terungkap fakta katanya anak oknum polisis dipukul dalam posisi berdiri."
"Di depannya ada meja, dan dibelakangnya ada kursi. Kursi itu setinggi bahu kalau dia duduk. Kalau dia berdiri, kursi itu tentu menutupi pahanya,” ungkapnya, Selasa, dikutip dari TribunnewsSultra.com.
Baca juga: Mobil yang Sering Ditumpangi Guru Supriyani Diduga Ditembak OTK, Pakar Ungkap Hasil Analisisnya
Ia menambahkan bekas luka pada kaki korban tidak menunjukkan adanya pemukulan dengan gagang sapu.
“Kalau kita lihat bekas luka, itu lukanya sejajar di paha, makanya itu yang aneh kalau kita lihat. Bagaimana caranya dia dipukul sejajar paha, padahal dibelakang ada penghalang sandaran kursi,” tandasnya.
Kesaksian tentang bagian gagang sapu yang mengenai kaki korban juga berbeda-beda.