Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kisah Transformasi Desa Singopuran, dari Tumpukan Sampah ke Ladang Berkah

BUMDes Singopuran Mapan menjadi titik balik kebangkitan warganya untuk bertranformasi ubah sampah jadi berkah

Penulis: Facundo Chrysnha Pradipha
Editor: Sri Juliati
zoom-in Kisah Transformasi Desa Singopuran, dari Tumpukan Sampah ke Ladang Berkah
Instagram @pemdes_singopuran
Pendopo Kantor Desa Singopuran. BUMDes Singopuran Mapan menjadi titik balik kebangkitan warganya untuk bertranformasi ubah sampah jadi berkah 

TRIBUNNEWS.COM - Di ujung tahun 2020, ketika tempat penampungan sampah (TPS) di Kecamatan Kartasura, Sukoharjo, resmi ditutup, Desa Singopuran menghadapi krisis besar.

Dengan ketiadaan tempat pembuangan yang memadai, ancaman sampah menumpuk dan mengganggu keseharian warganya seolah menjadi bayang-bayang gelap.

Namun, justru dari keterdesakan itulah, secercah cahaya muncul membawa perubahan yang tak hanya menyelesaikan masalah, tetapi juga membuka jalan menuju keberkahan bagi desa ini.

Berbekal semangat dan keberanian, pemerintah Desa Singopuran, melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Singopuran Mapan, mengambil langkah nekat.

Yakni mendirikan TPS mandiri. Lahan seluas 2.000 meter persegi dipilih sebagai lokasi TPS, tak jauh dari pusat desa, berbatasan dengan Desa Paulan, Karanganyar.

Dengan tembok sederhana setinggi dada orang dewasa, TPS ini menjadi pusat pengelolaan sampah bagi warga Singopuran.

Eka Yulianta, Direktur BUMDes Singopuran, masih ingat bagaimana ide ini lahir.

Berita Rekomendasi

“Saat TPS kecamatan ditutup, kami sadar harus bergerak sendiri. Awalnya hanya untuk menimbun sampah warga, tetapi seiring waktu, kami melihat potensi lebih besar,” kenangnya, 

Langkah awalnya sederhana: merekrut tenaga penggerobak sampah untuk mengangkut limbah rumah tangga dari sekitar 1.000 hingga 2.000 kepala keluarga.

Dengan tarif mulai dari Rp10 ribu hingga Rp30 ribu per bulan, tergantung kawasan, mereka mulai membangun sistem pengelolaan mandiri.

Namun, titik balik terjadi saat mereka memutuskan untuk tidak hanya membuang sampah, tetapi mengolahnya menjadi kompos. Sampah yang terkumpul dipilah, diolah menggunakan mesin daur ulang, dan dikemas menjadi pupuk organik.

Pembuatan pupuk oleh BUMDes Singopuran
Pembuatan pupuk oleh BUMDes Singopuran

Kompos ini, kata Eka, menjadi “berkah baru” bagi desa. “Warga kami mayoritas petani. Dengan kompos, mereka bisa mendapatkan pupuk murah, sekaligus mendukung keberlanjutan lingkungan.”

Keberhasilan pengelolaan sampah ini tak luput dari perhatian Bank Rakyat Indonesia (BRI). Pada 2021, Desa Singopuran terpilih sebagai salah satu peserta program Desa BRILian. Program ini bertujuan memberdayakan desa-desa potensial melalui pelatihan, pendampingan, hingga peluang kolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan.

“Kami sudah tiga kali ikut seleksi Desa BRILian dan pernah masuk 20 besar. Ini motivasi besar untuk terus mengembangkan potensi desa kami,” ungkap Eka. Melalui program ini, BUMDes Singopuran mendapat pendampingan dalam pengelolaan administrasi hingga pengembangan produk.

Halaman
123
Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas