Kasus Polisi Tembak Siswa SMK, Kapolrestabes Semarang Kombes Irwan Anwar Sudah Ditandai Komisi III
Selasa pekan depan Kapolrestabes Semarang Kombes Irwan Anwar dipanggil DPR evaluasi soal komunikasi hingga senjata di kasus polisi tembak siswa SMK.
Penulis: Theresia Felisiani
Menurutnya, semasa hidup, almarhum hanya bermain dengan kucing kesayangannya ketika di rumah.
"Kita kaget sekali dibilang kayak gangster, tidak mungkin lah, mainannya kucing kalau di rumah," tuturnya.
Baca juga: Pengakuan Aipda Robig Buat Nasibnya Sebagai Polisi Terancam, Penasihat Kapolri Sudah Punya Prediksi
Sementara itu, kakek GRO, Siman mengatakan, cucunya adalah sosok yang pendiam, penurut, dan tidak nakal.
"Bagus orangnya, pendiam, tidak nakal, penurut. Kalau dia tidak diajak ngomong, tidak banyak ngomong dia," ungkapnya.
Siman menyebut, cucunya terakhir pulang ke Sragen pada saat Lebaran tahun 2024 lalu.
"Biasanya kalau ke Sragen pas lebaran atau libur sekolah," ujarnya.
Kejanggalan Kasus Polisi Tembak Mati Siswa SMK Versi Keluarga Korban
Diah Pitasari juga mengungkapkan kejanggalan yang dilakukan polisi dalam mengusut kasus ini.
Salah satu yang dinilai tidak beres oleh Diah adalah terlambatnya informasi dari polisi soal kematian keponakannya.
Ia mengatakan, berdasarkan pemberitaan, korban meninggal dunia pada Minggu 24, November 2024 pukul 02.00 WIB.
Namun, keluarga baru dikabari bahwa GRO tewas pada siang harinya, pukul 12.27 WIB.
"Kita belum tahu, kita yang tidak terima, Gamma disebut gangster itu lho, janggalnya sampai kita menerima berita kok lama sekali, kalau di berita Gamma meninggal jam 02.00 WIB, kita menerima berita 12.27 WIB siang," katanya.
"Itu pun pas di kamar jenazah, Gamma sudah dikain kafani, hanya dibuka wajahnya, kita diminta memastikan itu Gamma, tidak lihat tubuh," sambungnya.
Bukan hanya itu, menurut Diah, pada Minggu sekitar waktu subuh, ada anggota polisi yang mencari informasi mengenai GRO ke tetangga sekitar.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.