Rudal Canggih Nan Mematikan Ternyata Berteknologi Sederhana
Bagian utama adalah roket konvensional berhulu ledak ukuran kecil. Kedua, sistem kendali yang dipasang di kepalanya.
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM -- Bagaimana pun, pabrikan senjata di negara-negara maju akan membuat produk rudal pintar andalannya sedemikian rupa, hingga terkesan canggih dan sulit ditiru. Tapi jika ditelusuri, cukup banyak dari rudal-rudal pintar itu yang sesungguhnya memiliki konsep sederhana.
Rudal paling laris, AIM-9 Sidewinder, yang digunakan di hampir 60 negara, misalnya. Rudal udara ke udara yang satu ini pada prinsipnya hanya terdiri dari dua bagian.
Bagian utama adalah roket konvensional berhulu ledak ukuran kecil. Kedua, sistem kendali yang dipasang di kepalanya.
Kesederhanaan konsep dan kemudahan operasionalnya membuat rudal ini disukai banyak angkatan udara dunia. Tak heran, jika dalam waktu singkat, Aerojet dan Raytheon, pembuat AIM-9 Sidewinder langsung kebanjiran order.
Konsep AIM-9 Sidewinder yang amat sederhana bisa dikatakan berangkat dari kebiasaan hidupnya. Direktur Teknik Badan Uji Persenjataan Angkatan Laut AS ini telah “melepas” beberapa bagian vital dari teknologi rudal sebelumnya yang dipandang tabu untuk dibuang. Di antaranya adalah sub-unit pelacak gelombang radar.
Di tangan McLean, bagian terpenting dari Sidewinder praktis hanyalah perangkat penjejak panas (heat seeker/detector) dan kendali penerbangan (flight control) yang dikendalikan otomatis oleh sistem logika fuzzy yang “menginduk” pada perangkat penjejak panas itu.
Kesederhanaan konsep inilah yang membuat Sidewinder kerap dijadikan bahan diskusi di sekolah-sekolah, khususnya untuk menerangkan rancang bangun persenjataan masa kini. Bagi pelajar maupun enjinir, konsepnya begitu inspiratif.
Kisah perancangan AIM-9 Sidewinder sebenarnya berawal dari himpunan keluhan penerbang pesawat penyergap AS yang kerap gagal menembak jatuh pesawat pembom Jerman.
Keluhan-keluhan itu mencuat dalam perang udara di Eropa, dari masa Perang Dunia II. Kala itu memang tak ada pilihan lain selain menggunakan rudal udara ke udara dengan sistem penjejak gelombang radar.
Kala itu radar memang dikenal sebagai teknologi paling maju dalam dunia penerbangan. Namun, rudal dengan pelacak radar memiliki pola kerja yang amat rumit , merepotkan, namun ironisnya kerap meleset.
AIM-9 Sidewinder 2
Awalnya, baik pihak angkatan udara maupun angkatan laut AS yang mengoperasikan pesawat penyergap tak tertarik mengganti sistem penjejak ini dengan sistem penjejak non-radar.
Namun, sikap keras hati tersebut akhirnya luluh setelah Direktur Teknik Badan Uji Persenjataan AL AS, Dr William B. McLean berhasil menguji coba rudal baru di China Lake, Gurun Mojave, Nevada, pada 1953.
Rudal eksperimental dengan sistem pelacak panas mesin ini amat agresif memburu sebuah drone B-17. Senjata baru ini bekerja amat mandiri. Cukup menekan trigger, sang rudal akan mencari sendiri sasarannya. Fire and forget!