Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Suhunya Sama dengan Tahun Lalu, Mengapa Kemarau Tahun Ini Terasa Panas Banget? Begini Penjelasannya

Tak sedikit yang mengeluhkan luar biasa panasnya suhu udara. Bahkan, perkiraan kemarau tahun ini lebih panas dibandingkan dengan tahun lalu.

Editor: Anita K Wardhani
zoom-in Suhunya Sama dengan Tahun Lalu, Mengapa Kemarau Tahun Ini Terasa Panas Banget? Begini Penjelasannya
ISTIMEWA
Vitamin D sendiri dapat diperoleh dari sinar matahari pagi dan ditemukan dalam ikan berlemak. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sejak bulan lalu, Indonesia telah mengalami musim kemarau.

Seperti biasanya, suhu udara panas pun menjadi teman akrab masyarakat Indonesia dalam menghabiskan waktunya.

Namun, tak sedikit yang mengeluhkan luar biasa panasnya suhu udara.

Bahkan, perkiraan kemarau tahun ini lebih panas dibandingkan dengan tahun lalu.

Deputi Bidang Klimatologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika ( BMKG) Mulyono Rahadi Prabowo mengatakan, sebetulnya tak ada perbedaan signifikan yang terjadi antara musim kemarau tahun 2017 dengan tahun 2016.

Suhu udara pun tampak serupa dengan tahun lalu. Berdasarakan hasil pengamatan BMKG pada Agustus 2017, suhu udara pada kisaran 24,4-34,4 celsius. Sedangkan pada bulan Agustus 2016, suhu udara pada kisaran 25,4-33,8 celsius.

“(Jadi) dibanding tahun lalu sebetulnya tidak banyak berbeda,” kata Mulyono seperti dikutip Tribunnews.com dari Kompas.com.

Berita Rekomendasi

Menurut Mulyono, suhu udara terasa lebih panas karena sedikitnya potensi curah hujan.

Dari Sumatera bagian selatan hingga Nusa Tenggara Timur, dan sejumlah tempat lain, hujan sudah cukup lama tidak datang.

Dari data monitoring BMKG pada 20 Agustus terhadap hari tanpa hujan berturut-turut, wilayah Sumatera juga hampir seluruhnya masuk dalam ketegori sangat pendek, 1-5 hari.

Sementara itu, Lampung tak kedatangan hujan dengan kategori panjang, 21-30 hari.

Kondisi serupa juga terjadi hampir di seluruh bagian Pulau Jawa. Maka, jangan heran jika Anda merasakan peluh terus keluar bergantian.

Bali hingga Nusa Tenggara Barat masuk dalam kategori menengah, sekitar 11-20 hari, dan diselingi kategori panjang. Bahkan, beberapa lokasi di NTT tak kedatangan hujan lebih dari 60 hari dengan kategori ekstrem.

Untungnya, Mulyanto mengatakan, bulan kemarau diperkirakan akan berakhir pada bulan September. (Lutfy Mairizal Putra)

Berita Ini Sudah Dipublikasikan Kompas.com Berjudul Bukan Suhu, Inilah Penyebab Kemarau Tahun ini Terasa Lebih Panas

Sumber: Kompas.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas