Meski Bertubuh Besar, Mengapa Gajah Takut pada Lebah?
Sengatan ratusan lebah itu akan membuat gajah kesakitan. Itulah yang membuat hewan bertelinga lebar ini sangat takut dengan ancaman lebah.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Gajah adalah hewan besar yang sering disebut takut dengan hewan-hewan kecil, seperti tikus dan semut.
Tapi siapa sangka jika hewan berbelalai panjang itu sebenarnya takut pada lebah.
Sengatan lebah tentu tak bisa menembus kulit gajah yang sangat tebal. Tapi jika lebah-lebah berkerumun, maka mereka bisa menyengat hewan besar itu di daerah paling sensitif seperti belalai, mulut, dan mata.
Sengatan ratusan lebah itu akan membuat gajah kesakitan. Itulah yang membuat hewan bertelinga lebar ini sangat takut dengan ancaman lebah.
Penelitian yang awalnya dilakukan di Afrika itu menemukan bahwa gajah Afrika sangat takut dengan lebah Afrika. Ini mungkin karena lebah Afrika yang terkenal sangat agresif.
Selain itu, dalam penelitian terbaru yang dipimpin oleh Lucy King, rekan penelitian Universitas Oxford menemukan hal yang sama pada gajah Asia. Tapi berbeda dengan gajah Afrika, gajah Asia terlihat sedikit lebih berani daripada sepupunya itu.
Sayangnya, masih belum jelas mengapa gajah Asia bereaksi berbeda terhadap lebah Asia. Bisa jadi hal ini karena lebah Asia kurang agresif jika dibandingkan dengan lebah Afrika.
Mungkin juga gajah hanya memiliki respons perilaku yang berbeda, seperti cara orang dari satu budaya tertawa saat gugup dan orang dari budaya lain mungkin gelisah atau berbicara cepat, kata John Poulsen, ahli ekologi tropis. Poulsen sendiri merupakan asisten profesor di Universitas Duke, A.S yang telah melakukan penelitian serupa.
Mengatasi Konflik Gajah-Manusia
Para peneliti kemudian menjadikan ini sebuah cara untuk mengatasi konflik manusia dan gajah. Para peneliti menyarankan para petani untuk membuat jalur pagar dengan merangkai sarang lebah setiap 20 meter.
Hasilnya, 80 persen gajah Afrika tidak berani mendekati lahan pertanian. Ini tentu saja membantu para gajah terbunuh dari konfliknya dengan manusia.
Hasil tersebut membuat para peneliti berharap temuannya ini dapat membantu menyelamatkan populasi gajah di alam liar. Terutama untuk mengatasi konflik gajah-manusia di Sri Lanka, Nepal, Thailand, dan India.
Di Afrika, sebuah kelompok konservasionis bernama Save the Elephants yang dikepalai King membangun pagar kawat dan sarang lebah untuk lahan seluas satu hektar. Dengan cara ini mereka dapat melindungi gajah sekaligus memberikan sumber penghasilan baru untuk para petani, yaitu panen madu dua kali dalam setahun.
Pagar sarang lebah ini juga memiliki fungsi lain, yaitu sebagai penghalang psikologis bagi para petani. Pagar ini membuat para petani berpikir dua kali sebelum menebang pohon atau membakar hutan untuk lahan pertanian.