Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Gerhana Bulan Terlama Pernah Terjadi 18 Tahun Lalu, Kapan Bisa Disaksikan Kembali?

Gerhana Bulan yang diprediksi akan terjadi 31 Januari 2018 malam ini. Gerhana bulan terlama pernah terjadi pada 2000 silam.

Editor: Anita K Wardhani
zoom-in Gerhana Bulan Terlama Pernah Terjadi 18 Tahun Lalu, Kapan Bisa Disaksikan Kembali?
TRIBUN MEDAN/Riski Cahyadi
Rektor UMSU Agussani mencoba peralatan teleskop yang akan digunakan untuk mengamati gerhana bulan di Observatorium Ilmu Falak Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara, Medan, Sumut, Kamis (25/1/2018). Selain mengundang masyarakat untuk menyaksikan gerhana bulan pada 31 Januari 2018 mendatang, UMSU juga akan menggelar pendidikan dan edukasi tentang ilmu astronomi.TRIBUN MEDAN/RISKI CAHYADI 

Keseluruhan fase GBT diperkirakan berlangsung selama enam jam. Kontak pertama dimulai ketika Bulan memasuki penumbra pada pukul 17.40 WIB. Pada saat ini terjadi gerhana Bulan penumbra (GBP).

Fase berikutnya, Bulan memasuki umbra (bayangan Bumi yang paling gelap) secara pelahan sekitar pukul 18.57.

Pada fase itu kita bisa melihat gerhana Bulan sebagian (GBS). Lalu, yang paling ditunggu-tunggu adalah saat seluruh badan Bulan berada dalam umbra Bumi.

Pada fase inilah terjadi GBT yang berlangsung dari pukul 20.02 – 21.49. Setelah itu Bulan akan lepas dari dekapan umbra menuju penumbra kembali. Pukul 24.02 Bulan keluar dari penumbra dan GBT pun berakhir.

Lamanya totalitas pada GBT tahun ini dikarenakan Bulan akan melewati pusat umbra Bumi. Mampirnya Bulan di daerah ini sangat jarang terjadi.

Rendevouz berikutnya akan terjadi 1.000 tahun lagi. Kita yang berada di Indonesia sebenarnya beruntung bisa menyaksikan fenomena itu.

GBT ini bisa juga diamati di Cina, India, Jepang, Selandia Baru, dan Australia. Namun sayang, GBT terpanjang ini tidak banyak dipublikasikan di media massa di Indonesia.

Berita Rekomendasi

Ketika waktu bergerak menuju pukul 20.00, hati saya mulai miris. GBT akan segera berlangsung, namun sang Dewi Malam masih tampak malu-malu.

Tadinya saya sempat yakin bisa menjadi saksi mata GBT 16 Juli karena malam sebelumnya Bulan begitu cerah menyelimuti langit Jakarta. Hujan rintik-rintik yang tiba-tiba turun makin membuyarkan impian saya.

Satu per satu pengunjung planetarium memutuskan pulang. Tapi, saya dan beberapa teman bertekad untuk bergadang.

Sambil menunggu langit terbuka, kami menghabiskan waktu dengan mengobrol. Saya bahkan sempat menelepon seorang teman di Bogor untuk menanyakan cuaca di sana.

Ternyata sama saja. Bogor pun diguyur hujan. Tapi ada juga teman saya yang beruntung. Adi, yang mengadakan pengamatan di Candi Prambanari, Yogyakarta, sempat menelepon Planetarium Jakarta dan mengabarkan kalau cuaca di Prambanan cerah.

Berita yang membuat saya cemburu buta. Pasti sekarang dia sedang asyik kencan dengan sang Dewi Malam yang sedang dicumbu umbra.

Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 21.30. GBT berakhir beberapa menit lagi. Cuaca masih tidak bersahabat. Saya masih terus berdoa agar diberi kesempatan menyaksikan GBT walau hanya sekejap.

Halaman
1234
Sumber: Intisari
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas