Sumber Panas Vulkanik Aktif Ditemukan di Bawah Gletser Antartika
Sementara arus lautan yang hangat merupakan penyebab utama proses pencairan tersebut.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, ANTARTIKA - Sumber panas vulkanik yang memiliki suhu signifikan ternyata ditemukan berada dibawah lempeng es Kepulauan Pine dan melelehkan es di Antartika Barat.
Para peneliti menemukan peristiwa tersebut setelah sempat mencari bukti-bukti yang ada saat mempelajari perpindahan panas di lautan benua es itu.
Dilansir dari laman Russia Today, Kamis (28/6/2018), gletser di Kepulauan Pine merupakan salah satu aliran es terbesar di Antartika dan juga menjadi salah satu yang paling terpengaruh dengan adanya sumber panas itu.
Potongan besar es telah dihasilkan secara teratur sejak tahun 2000-an, dengan munculnya gunung es seukuran Washington DC yang telah terpisah dari bongkahan es lainnya pada September lalu.
Sementara arus lautan yang hangat merupakan penyebab utama proses pencairan tersebut.
Baca: Aktivitas Vulkanik Merapi Cukup Tinggi Akibat Pelepasan Gas, BPPTKG Lakukan Sosialisasi
Ada beberapa faktor lainnya yang memicu mencairnya es di Antartika Barat, termasuk panas yang berasal dari sumber gunung berapi di bawah gletser, seperti yang disampaikan sebuah studi baru yang diterbitkan dalam jurnal Nature Communications.
Bagian Antartika ini berada di puncak gunung berapi, penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa letusan di daerah umum ini terjadi sekitar 2.200 tahun yang lalu.
Ternyata meski pernah meletus ribuan tahun lalu, masih ada aktivitas gunung berapi yang secara signifikan aktif di bawah lapisan es itu.
Penulis makalah tentang peristiwa tersebut menemukan fenomena ini pada 2014 lalu, saat mereka mengambil sampel air Antartika Barat tepatnya berasal dari RRS James Clark Ross, sebuah kapal pemecah es yang dioperasikan oleh British Antarctic Survey.
"Kami ingin lebih memahami peran laut dalam melelehkan laipsan es, saya mengambil sampel air untuk lima gas mulia yang berbeda, termasuk helium dan xenon, saya kemudian menggunakan gas mulia ini untuk melacak pencairan es serta transportasi panasnya," kata Asisten Profesor Brice Loose dari Newport, yang merupakan penulis utama makalah itu.
Sedangkan Ahli Kimia Kelautan di Graduate School of Oceanography di University of Rhode Island bersama dengan lima ilmuwan lainnya, menemukan apa yang mereka yakini sebagai data yang buruk.
"Penemuan gunung berapi di bawah lapisan es Antartika berarti ada sumber tambahan panas untuk bisa mencairkan es, melumasi perjalanannya ke laut dan menambah pencairan dari air laut yang hangat," kata Profesor Karen Heywood, dari Universitas East Anglia di Norwich Inggris sekaligus merupakan ilmuwan kepala yang memimpin ekspedisi itu.
Ia menambahkan, "Ini akan menjadi penting, memasukkan alasan itu dalam upaya kami untuk memperkirakan apakah (ini alasan) lapisan es Antartika mungkin menjadi tidak stabil dan menjadi penyebab peningkatan kenaikan permukaan laut,".
Tim tersebut memperkirakan bahwa jumlah panas vulkanik yang dihasilkan di bawah lumbung es itu sekitar setengah dari panas vulkanik gunung berapi Grimsvötn aktif di Islandia yang dirilis sekitar 50 hingga 250 meter dibawah permukaan laut.