Topan Hagibis Terjang Jepang Hingga Tewaskan 4 Orang, Perubahan Warna Langit Jadi Pertanda?
Topan Hagibis menerjang Jepang pada Sabtu (13/10/2019). Setidaknya 4 orang dikabarkan tewas. Benarkah fenomena langit pink jadi tanda?
Editor: Anita K Wardhani
Hingga Minggu (13/10/2019) pagi dini hari, topan Hagibis sedang menuju wilayah Tohoku dan mengakibatkan 340.000 penduduk di Iwaki Prefektur Fukushima disarankan untuk mengungsi.
Topan ini juga dikhawatirkan menyebabkan lebih dari 100 sungai meluap.
Pembatalan penerbangan
Berbagai dampak timbul akibat bencana Topan Hagibis, sebagian besar transportasi umum utamanya kereta api dan pesawat, ditangguhkan atau dibatalkan pada Sabtu.
Perusahaan All Nippon Airways menyampaikan pihaknya membatalkan semua penerbangan domestik pada hari Sabtu ke dan dari bandara Haneda dan Narita.
Sedangkan Japan Airlines membatalkan hampir semua penerbangannya.
JR Central juga membatalkan semua layanan Shikansen antara Tokyo dan Nagoya pada Sabtu, dan JR West menangguhkan berbagai jalur antara stasiun Shin-Osaka dan Okayama sejak sore dan seterusnya.
Bahkan, terkait peristiwa ini, pertandingan Piala Dunia Rugby terpaksa dibatalkan.
Jadwal pertandingan seharusnya adalah Selandia Baru dengan Italia dan Inggris dengan Prancis.
Pertandingan yang seharusnya diadakan di Stadion Nissan di Yokohama dan Stadion Toyota di Prefektur Aichi untuk pertama kalinya dibatalkan dalam sejarah Piala Dunia Rugby.
Badai juga memaksa adanya penutupan di Tokyo Disneyland dan Drisney Sea. Grand Prix Suzuka pun juga terancam terganggu.
Bahasa Tagalog
Topan Hagibis yang merupakan badai topan besar dan menakutkan selama 6 dasawarsa ini ternyata namanya berasal dari bahasa Tagalog, Filipina.
Melansir dari ABS CBN Hagibis memiliki makna kecepatan dan kekuatan.
Adapun selama ini, penamaan siklon merupakan sumbangan nama yang diberikan oleh 14 negara dan wilayah.
Tak hanya itu, Hagibis, ternyata juga memiliki kesamaan nama dengan nama Band Filipina yang sudah ada sejak tahun 1979.