Dalam Dunia Kedokteran, Nuklir Juga Digunakan untuk CT Scan dan MRI
Tim gabungan dari Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) dan Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN) pun tengah melakukan penyisiran kawasan
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Paparan radiasi nuklir yang mengandung zat Cesium (Cs) 137 di komplek Perumahan Batan Indah Serpong, Tangerang Selatan (Tangsel), Banten, saat ini memang dalam penanganan pihak yang memiliki kompetensi di bidang nuklir.
Tim gabungan dari Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) dan Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN) pun tengah melakukan penyisiran kawasan yang terkontaminasi zat berbahaya tersebut.
Namun perlu diketahui, penggunaan nuklir saat ini sebenarnya sudah masuk dalam keseharian masyarakat, satu diantaranya dalam dunia pengobatan atau kedokteran.
Penggunaan teknologi satu ini digunakan dalam pengobatan pasien yang memiliki riwayat penyakit khusus.
Sejumlah pasien tentunya sudah tidak asing dengan teknologi pengobatan seperti Computed Tomography (CT) Scan dan Magnetic Resonance Imaging (MRI).
Baca: Belajar dari Bencana Radiasi Nuklir Cesium 137 Brazil, Satu Tahun Setelah Chernobyl
Baca: Batan Lakukan Pembersihan di Daerah Terpapar Radiasi Nuklir, Warga Diminta Tak Panik
Dikutip dari laman explorehealthcareers.org, Senin (17/2/2020), profesi sebagai Ahli Teknologi Kedokteran Nuklir saat ini sangat dibutuhkan karena ia merupakan seorang profesional yang mampu memberikan perawatan secara 'sangat khusus' bagi para pasien.
Kedokteran nuklir ini menggabungkan sejumlah hal seperti pencitraan, perawatan pasien, kimia, fisika, matematika, teknologi komputer serta kedokteran
Dalam prosesnya, teknologi tersebut akan menyiapkan dan mengelola sejumlah kecil zat radioaktif yang disebut radiofarmasi serta obat-obatan lainnya bagi pasien untuk tahapan diagnosis dan perawatan.
Radiofarmasi ini terdiri dari radionuklida - atom tidak stabil yang memancarkan radiasi secara spontan.
Perlu diketahui, teknologi kedokteran nuklir menggunakan sistem kamera khusus untuk mendeteksi radiofarmasi.
Kamera khusus ini kemudian menciptakan gambaran yang tepat mengenai bagian tubuh yang dicitrakan.
Ahli teknologi kedokteran nuklir selanjutnya akan memantau karakteristik dan fungsi jaringan atau organ tempat di mana radiofarmasi dilokalkan.
Dalam tahapan ini, daerah abnormal akan menunjukkan konsentrasi radioaktivitas, apakah lebih tinggi atau lebih rendah dari tingkat normal.
Lalu Dokter kemudian akan menggunakan gambar-gambar ini untuk mendiagnosis kondisi molekuler, metabolik, fisiologis, anatomi dan patologis pasien.
Teknologi kedokteran nuklir juga dapat mengoperasikan pemindai tomografi komputer (CT) dan pemindai resonansi magnetik (MRI) yang digunakan bersama dengan prosedur kedokteran nuklir.
Ada beberapa tanggung jawab dari yang dipegang oleh para Ahli ini, karena mereka tidak hanya melakukan pekerjaan umum seperti membuat pasien merasa nyaman, memperoleh riwayat penyakit terkait, menjelaskan prosedur serta menjawab pertanyaan pasien.
Namun juga memberi radiofarmasi dan obat-obatan serta prosedur terapeutik untuk pasien.
Selain itu, tanggung jawab para ahli ini juga untuk memantau kondisi fisik pasien selama prosedur kedokteran nuklir berlangsung.
Selanjutnya, mereka harus memproses data dan meningkatkan kualitas gambar digital menggunakan kecanggihan teknologi komputer.
Para ahli ini juga harus memberikan gambar, analisis data serta informasi pasien untuk interpretasi diagnostik atau prosedur terapeutik.
Terakhir, mereka akan mengevaluasi gambar untuk menentukan kualitas teknis dan kalibrasi instrumentasi serta mengevaluasi protokol baru.