Yudi Latif: Seharusnya Indonesia Bisa Ciptakan Kedaulatan Pangan, Bahkan Feeding The World
Yudi Latif mencontohkan, banyak bahan pangan yang dapat ditanam, mulai dari yang ditanama di dalam tanah sampai di atas tanah.
Penulis: Chaerul Umam
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Chaerul Umam
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ancaman krisis pangan itu dinilai berpotensi terjadi di Indonesia dan bahkan dunia jika Covid-19 masih mewabah 6 hingga 7 bulan ke depan.
Anggota Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) Yudi Latif mengatakan dunia akan melirik Indonesia sebagai negara tropis ketika krisis pangan terjadi di berbagai belahan dunia.
Sebab, negara tropis merupakan pusat pertumbuhan bahan-bahan pangan.
Yudi Latif mencontohkan, banyak bahan pangan yang dapat ditanam, mulai dari yang ditanama di dalam tanah sampai di atas tanah.
Belum lagi satu tanaman tersebut bisa diciptakan beberapa varietas atau jenis.
"Mengapa kawasan tropis karena tropis adalah pusat pertumbuhan bahan-bahan pangan yang paling kaya," kata Yudi Latif dalam diskusi virtual bertajuk 'Aktualisasi Pancasila di Tengah Covid-19', Selasa (2/6/2020).
Baca: Surat PHK Dikirim Tengah Malam, 181 Pilot Kontrak Garuda Indonesia Kehilangan Pekerjaan
Menurut Yudi Latif, seharusnya Indonesia bisa menciptakan kedaulatan pangan sendiri dengan mencukupi kebutuhan dalam negeri.
Ia melihat saat ini Indonesia bagai pengemis yang selalu mengimpor pangan dari luar negeri, yang semestinya Indonesia bisa menjadi penyuplai bahan pangan ke seluruh dunia.
Baca: Token Listrik Rp 1 Juta Habis dalam 2 Hari, Gigi Omeli Petugas PLN: Kesel, di Sini Jepret Mulu . . .
Namun, ia mengingatkan kedaulatan pangan itu bukan juga anti asing sebab menurutnya anti asing itu bertentangan dengan sila kemanusiaan dalam Pancasila.
Baca: Sang Istri Juga Dibawa KPK, Tersangka Suap MA Nurhadi dan Menantunya Tidur di Kavling C1
"Kita harus menanam dan mencukupi kebutuhan pangan karena berdasarkan etika, berdasarkan moral Pancasila di dalam moral kita dikatakan bahwa tangan di atas itu selalu lebih baik dari pada tangan di bawah," ujarnya.
Oleh karena itu, ia mengatakan usai pandemi Covid-19 ini selesai, harus segera dilakukan pembenahan-pembenahan yang didasarkan etika dan moral Pancasila.
Baca: Terkuak Setahun Pasca Kejadian, Pembunuh Janda Empat Anak Ini Ternyata Pasangan Suami Istri
Yudi Latif menjelaskan Pancasila itu dimulai dari nilai yang paling abstrak hingga sila yang paling konkret, dari sila Ketuhanan hingga sila Keadilan.
Menurutnya, jika negara tidak mampu menyelesaikan hal yang konkret, maka akan ada banyak orang menggantungkan kepada sesuatu yang abstrak.
Itulah yang nantinya berpotensi memunculkan politik identitas sebab keadilan dan kesejahteraan tidak mampi diwujudkan dalam proses tata kelola negara.
"Itulah kenapa sering saya bilang gejala politik identitas itu menguat kembali. Itu bukan melulu hanya sebatas dari pemahaman keagamaan tetapi basis-basis keadilan yang terganggu karena ketidakmampuan tata kelola kesejahteraan kita dalam memenuhi keadilan dan kesejahteraan hidup bersama," pungkasnya.