Menristek Cari Mitra Yang Dapat Produksi Massal Rapid Test Buatan Dalam Negeri
Diketahui Kemenristek bersama tim laboratorium di Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat / NTB beserta sejumlah universita
Penulis: Larasati Dyah Utami
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews, Larasati Dyah Utami
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Menteri Riset dan Teknologi (Menristek), sekaligus Kepala BRIN, Bambang Brodjonegoro sedang mencari mitra yang dapat memproduksi alat rapid tes buatan dalam negeri secara massal.
Diketahui Kemenristek bersama tim laboratorium di Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat / NTB beserta sejumlah universitas terkait berhasil menciptakan rapid tes dalam negeri yang diberi nama RI-GHA Covid-19.
Nama itu singkatan dari Republik Indonesia-Gajahmada, Hepatika, Airlangga, karena merupakan kerja kolaborasi.
Ia mengatakan baru ada mitra industri yang sudah bermitra untuk membuat rapid test tersebut secara masal, yaitu PT Hepatika Mataram dan PT Prodia.
"Kita sudah punya 2 mitra industri PT Hepatika Mataram dan PT Prodia. Dua-duanya sudah dapat izin edar dari Kemenkes, sudah bis dipakai masyarakat," ujar Bambang saat ditemui di Kemenko PMK, Kamis (9/7/2020).
Baca: 4.000 Ibu Hamil di Kota Banjarmasin Dilakukan Rapid Tes, Begini Hasilnya
Baca: Biaya Rapid Test dan PCR Mahal, Deddy Sitorus: Pemerintah dan BUMN Harus Bersinergi
Baca: Kemenkes Tetapkan Tarif Maksimal Rapid Test Rp 150.000, Penggugat: Kami Menuntut Penghapusan
Bulan ini RI-GHA Covid-19 ditargetkan akan dibuat sebanyak 200 ribu unit.
Namun bulan depan Menristek menargetkan akan memproduksi 400 ribu unit.
Oleh karena itu, pihaknya masih mencari mitra industri tambahan sehingga produksi bisa menutup kebutuhan masyarakat Indonesia.
"Kalau rapid tes, kita masih awal jadi bulan ini baru bisa 200 ribu, bulan depan 400 ribu. Kita terus mencari mitra," ujarnya
Menristek mengatakan sedang mencari mitra industri yang bisa memproduksi lebih banyak lagi alat rapid tes tersebut.
"Masalahnya bukan di penelitian lagi, karena ternyata beberapa perusahaan yang bergerak di bidang farmasi dan kesehatan yang belum pernah bikin tes kit, untuk bikin ini harus ada invest tambahan. Jadi belum banyak yang siap, tapi kita terus mencari," ungkapnya.
RI-GHA Rapid tes, diklaim cepat dan praktis. Hasil deteksi dapat muncul dalam waktu 15 menit tanpa memerlukan alat tambahan.
Bambang menyebut alat rapid tes buatan dalam negeri ini juga fleksibel dapat menggunakan sampel berupa serum atau plasma darah.
"Produk ini telah diuji validasi," ujarnya
Menristek mengatakan alat ini dapat untuk mendeteksi OTG, ODP, PDP, atau pasca infeksi. Harganya pun dibanderol hanya Rp 75 ribu.
"Yang di buat BPPT harganya Rp 75 ribu/ tes dan harga maksimal tertingginya," ungkapnya.