Gandeng Rolls Royce, Badan Antariksa Inggris Lakukan Riset Luar Angkasa Bertenaga Nuklir
Badan Antariksa Inggris menggandeng Rolls Royce untuk mempelajari potensi penggunaan teknologi nuklir untuk menggerakkan roket
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, LONDON - Badan Antariksa Inggris menggandeng Rolls Royce Plc untuk mempelajari potensi penggunaan teknologi nuklir untuk menggerakkan roket, terutama roket untuk misi perjalanan luar angkasa ke planet yang lebih jauh seperti Mars.
"Badan Antariksa Inggris dan Rolls Royce berkolaborasi untuk melakukan studi tentang bagaimana tenaga nuklir dan teknologi dapat digunakan sebagai bagian dari eksplorasi luar angkasa," kata organisasi tersebut dalam keterangan resminya.
Dikutip dari laman Sputnik News, Senin (18/1/2021), proyek ini akan melibatkan ilmuwan yang nantinya memiliki tugas untuk melihat perbandingan tingkat kegunaan antara energi nuklir dan penggerak kimia dalam memberikan daya pada pesawat ruang angkasa.
Melalui cara ini, pesawat ruang angkasa diyakini dapat mencapai Mars, hanya dalam waktu tiga hingga empat bulan atau dua kali lebih cepat dari estimasi waktu saat ini.
Baca juga: Pesawat Garuda dan Lion Air Gagal Mendarat di Pontianak, Angkasa Pura II: Faktor Cuaca Buruk
"Kami meyakini ada kemampuan nyata Inggris di bidang ini, dan inisiatif ini dapat dibangun di atas jaringan serta rantai pasokan nuklir Inggris yang kuat," kata Rolls Royce dalam keterangannya.
Baca juga: Inilah Berbagai Tempat dengan Cuaca Ekstrem di Bumi, Ada yang Mirip Planet Mars
Sementara itu, Kepala Eksekutif Badan Antariksa Inggris Graham Turnock menggambarkan konsep penggerak nuklir dalam eksplorasi ruang angkasa ini sebagai 'perubahan permainan'.
Sedangkan Menteri Sains Inggris Amanda Solloway memuji kolaborasi ini sebagai cara tepat dalam menciptakan lapangan kerja di tengah krisis ekonomi akibat pandemi virus corona (Covid-19).
Selain itu juga memajukan potensi eksplorasi luar angkasa Inggris.
Dalam keterangan resminya, badan antariksa Inggris mencatat bahwa Amerika Serikat (AS) telah menguji perairan dengan pesawat ruang angkasa bertrnaga nuklir pada 1950-an yang disebut sebagai Proyek Orion.
Namun mengabaikan fakta bahwa proyek tersebut akhirnya ditinggalkan karena dampak nuklir yang sangat besar.