Apa Itu Badai Luar Angkasa? Berikut Pengertian dan Efeknya Terhadap Cuaca Luar Angkasa
Badai luar angkasa menghujani elektron di atas Kutub Utara Bumi. Simak penjelasan mengenai badai luar angkasa berikut ini.
Penulis: Yurika Nendri Novianingsih
Editor: Pravitri Retno W
Badai antariksa spiral berputar kira-kira 125 mil di atas Kutub Utara, berputar di tempat selama hampir delapan jam, kata Lyons.
"Anda bisa melihat aliran plasma berputar, yang seperti angin badai antariksa."
"Aliran ini paling kuat di tepi dan berkurang saat Anda bergerak ke arah mata di tengah, sebelum melanjutkan ke sisi lain, seperti aliran udara dalam badai biasa," kata Lyons.
Berbeda dengan badai biasa yang dapat membuang curah hujan dalam jumlah besar di atas permukaan bumi, para ilmuwan malah mengamati elektron yang menghujani atmosfer bagian atas.
Dikutip dari grid.id, badai luar angkasa ini dilaporkan menyerupai "badai biasa di lapisan atmosfer yang lebih rendah," yang telah diamati di lapisan atmosfer lebih rendah di Mars, Jupiter, dan Saturnus.
Fenomena serupa juga pernah terlihat di matahari, yang dikenal sebagai tornado matahari.
Dalam rilis resmi yang menyertai publikasi laporan studi tersebut, Mike Lockwood, profesor bidang fisika lingkungan antariksa dari University of Reading mengatakan, mampu membuktikan keberadaan badai plasma ini adalah sesuatu yang "luar biasa."
Baca juga: Rusia Luncurkan Satelit Antariksa Bernama Arktika-M untuk Pantau Iklim di Kutub Utara
Baca juga: Apa Itu Thunderstorm? Badai Listrik Penyebab Suara Dentuman Misterius di Malang
“Badai luar angkasa ini harus diciptakan oleh transfer energi angin matahari dan partikel-partikel bermuatan yang sangat besar dan cepat ke atmosfer atas Bumi," ujar Lockwood, dilansir Fox News.
Tim peneliti mengatakan fakta bahwa badai luar angkasa ini terjadi selama aktivitas geomagnetik yang rendah.
Hal itu menunjukkan pentingnya peningkatan pemantauan cuaca luar angkasa yang memiliki kemampuan untuk mengganggu sistem navigasi dan komunikasi di bumi.
Efek Badai Luar Angkasa
Qing-He Zhang, profesor ilmu antariksa dari Shandong University yang menjadi penulis utama laporan studi tersebut.
Ia mengatakan kepada American Association for the Advancement of Science bahwa badai luar angkasa ini akan meningkatkan pemahaman kita terkait efek-efek cuaca luar angkasa yang penting.
“Badai antariksa akan menyebabkan efek-efek cuaca antariksa yang penting seperti peningkatan tarikan satelit, gangguan dalam komunikasi radio Frekuensi Tinggi, dan peningkatan kesalahan di lokasi radar over-the-horizon, navigasi satelit, dan sistem komunikasi," ujarnya.
“Ini akan memperbarui pemahaman kita tentang proses kopling angin-magnetosfer-ionosfer matahari di bawah kondisi geomagnetik yang sangat tenang.”
(Tribunnews.com/Yurika)(grid.id/Utomo Piyambodo)