Fenomena Sinar Matahari Memutih alias 'Surya Pethak', Begini Penjelasan LAPAN
Fenomena ini masih dapat dimungkinkan terjadi oleh letusan gunung berapi dan perubahan sirkulasi air laut yang hingga saat ini masih sulit diprediksi
Editor: Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dalam waktu belakangan ini cahaya matahari terlihat memutih dan tidak terlalu terik.
Cahaya matahari yang terlihat memutih tersebut berdasarkan ramalan Sabdo Palon Noyo Genggong bernama 'Surya Pethak' atau pertanda pergantian zaman.
Secara harfiah Surya Pethak berarti cahaya matahari tampak memutih.
'Surya Pethak' juga dimaknai 'Alam Sunya Ruri' atau siang hari yang temaram seperti malam hari.
Sinar matahari yang biasanya kemerahan saat terbit dan terbenam tampak memutih.
Baca juga: Listrik dari Matahari untuk Kemaslahatan Energi Indonesia
Sedangkan saat matahari meninggi cahanya tidak begitu terik karena tertutup kabut awan.
Peristiwa ini biasanya terjadi mulai dari tujuh hari hingga empat puluh hari.
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional(Lapan) dalam situs resminya memberikan penjelasan terkait fenomena 'Surya Pethak' tersebut.
Peneliti dari Pusat Sains Antariksa Lapan Andi Pangerang, seperti dikutip dari situs resmi edukasi Lapan menjelaskan 'Surya Pethak' muncul disebabkan oleh fenomena Hamburan Rayleigh yang menghamburkan spektrum cahaya tampak sesuai dengan jarak yang ditempuh sinar matahari saat melalui atmosfer.
Dia mengatakan kondisi ideal ini hanya akan terjadi jika kualitas udara benar-benar bagus dan bersih.
Hal ini dikarenakan kualitas udara yang akan dilalui sinar matahari juga dapat memengaruhi warna matahari saat terbit dan terbenam.
Partikel debu dan polutan cenderung mengurangi warna di langit serta menghalangi cahaya mencapai mata pengamat di permukaan Bumi.
Karena itu, langit berwarna merah dan kuning kusam saat udara penuh debu dan polutan.
Fenomena 'Surya Pethak' diprediksi tidak akan terjadi dalam waktu dekat.
Namun, fenomena ini masih dapat dimungkinkan terjadi oleh letusan gunung berapi dan perubahan sirkulasi air laut yang hingga saat ini masih sulit diprediksi.
"Dalam waktu dekat ini, fenomena 'surya pethak' tidak akan terjadi setidaknya jika dikaitkan dengan aktivitas matahari.
Akan tetapi, fenomena ini masih dapat dimungkinkan terjadi oleh letusan gunung berapi dan perubahan sirkulasi air laut yang hingga saat ini masih sulit diprediksi oleh para ilmuwan vulkanologi dan oseanografi," kata Andi. (Willy Widianto)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.