Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Apa Itu Nadir Kabah? Fenomena saat Matahari Tepat di Bawah Kabah, Terjadi 29 November

Berikut ini penjelasan mengenai fenomena astronomis Nadir Kabah yang akan terjadi pada tanggal 29 November 2021.

Penulis: Lanny Latifah
Editor: Arif Tio Buqi Abdulah
zoom-in Apa Itu Nadir Kabah? Fenomena saat Matahari Tepat di Bawah Kabah, Terjadi 29 November
Husein Sanusi/Tribunnews.com
Suasana ketika matahari tepat di atas Kakbah pada Selasa (16/7/2019) pukul 12.30 Waktu Arab Saudi. Peristiwa ini bisa digunakan umat Islam untuk meluruskan arah Kiblat. 

TRIBUNNEWS.COM - Fenomena astronomis Nadir Kabah akan terjadi pada tanggal 29 November 2021.

Dilansir situs resmi Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), fenomena Nadir Kabah ini terjadi dua kali dalam setahun.

Di tahun ini, Nadir Kabah sudah terjadi pada 13 Januari 2021 pukul 00.29 Waktu Arab Saudi (06.29 WIT).

Kemudian akan terjadi kembali pada 29 November 2021 pukul 00.09 Waktu Arab Saudi (06.09 WIT).

Baca juga: Fenomena Astronomi Bulan November 2021: Gerhana Bulan Sebagian hingga Nadir Kabah

Apa Itu Fenomena Nadir Kabah?

Nadir Kabah adalah fenomena astronomis ketika Matahari berada tepat di nadir (titik terbawah) saat tengah malam bagi pengamat yang berlokasi di Kabah.

Karena bentuk Bumi yang bulat, maka Matahari akan berada tepat di atas titik antipode Kabah (titik yang terletak di belahan Bumi yang berlawanan terhadap Kabah) ketika tengah hari.

Berita Rekomendasi

Sehingga, ujung bayangan Matahari yang mengalami pagi, siang, dan sore akan mengarah ke kiblat.

Fenomena astronomis ini dimanfaatkan untuk menentukan arah kiblat.

Penggunaan Nadir Kabah dalam meluruskan arah kiblat hanya dapat digunakan bagi wilayah ketika Matahari berada di atas ufuk: Provinsi Maluku (kecuali Pulau Buru), Provinsi Papua Barat, Provinsi Papua, Timor Leste (kecuali distrik Oecussi), Papua Nugini, Selandia Baru, sebagian besar Australia, negara-negara di Oseania, Amerika Serikat, sebagian besar Kanada, Amerika Tengah dan Amerika Selatan.

Sebelum melakukan pengukuran kiblat, pastikan tiga hal berikut ini:

  • Tegak Lurus (tongkat maupun bandul diletakkan tegak lurus permukaan bumi);
  • Rata (tempat meletakkan benda maupun jatuhnya bayangan Matahari harus rata);
  • Tepat Waktu (penunjuk waktu harus terkalibrasi dengan baik dan pengukuran dilakukan pada waktu yang ditentukan).

Meskipun demikian, pengukuran dapat dilakukan 40 menit sebelum dan sesudah waktu yang ditentukan dengan toleransi 1/2 derajat jika cuaca kurang mendukung.

Baca juga: BMKG: Fenomena La Nina Membuat Uap Air Bertambah 20-100 Persen

Baca juga: Gerhana Bulan Sebagian akan Terjadi di Indonesia pada 19 November 2021, Ini Fase Terjadinya

Berikut beberapa fenomena astronomi lainnya di bulan November 2021, dikutip dari lapan.go.id:

Puncak Hujan Meteor Andromedid (9-10 November)

Andromedid merupakan hujan meteor yang titik radiannya berada di dekat konstelasi Andromeda dan bersumber dari sisa debu komet 3D/Biela.

Hujan meteor ini aktif sejak 25 September hingga 6 Desember mendatang dan intensitas maksimumnya terjadi pada 9 November pukul 08.45 WIB/09.45 WITA/10.45 WIT.

Puncak Hujan Meteor Taurid Utara (12-13 November)

Hujan Meteor Taurid Utara adalah hujan meteor yang titik radiannya (titik asal muncul meteor-nya) berada di konstelasi Taurus bagian utara dekat gugus Pleiades.

Hujan meteor ini aktif sejak 25 September hingga 25 November dan intensitas maksimumnya terjadi pada 13 November pukul 07.25 WIB/08.25 WITA/09.25 WIT.

Puncak Hujan Meteor Leonid (18-19 November)

Hujan meteor Leonid berasal dari sisa debu komet 55P/Temple-Tuttle yang mengorbit Matahari dengan periode 33,3 tahun dan merupakan salah satu di antara beberapa hujan meteor lain yang dinantikan setiap tahun, selain Geminid, Lyrid, Perseid, dan Orionid.

Leonid dapat disaksikan sejak pukul 00.30 waktu setempat hingga akhir fajar bahari (25 menit sebelum terbit Matahari) dari arah timur-timur laut hingga utara-timur laut.

Intensitas maksimum hujan meteor ini berkisar 11-14 meteor per jam untuk wilayah Indonesia.

Proses gerhana bulan parsial terlihat dari kawasan Desa Rancamanyar, Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung, Rabu (17/7/2019) dinihari. Gerhana Bulan sebagian dengan durasi lebih dari lima jam tersebut merupakan gerhana bulan satu-satunya yang bisa disaksikan di Indonesia sepanjang tahun 2019, dan akan muncul kembali gerhana total pada 26 Mei 2021. (TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN)
Proses gerhana bulan parsial terlihat dari kawasan Desa Rancamanyar, Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung, Rabu (17/7/2019) dinihari. Gerhana Bulan sebagian dengan durasi lebih dari lima jam tersebut merupakan gerhana bulan satu-satunya yang bisa disaksikan di Indonesia sepanjang tahun 2019, dan akan muncul kembali gerhana total pada 26 Mei 2021. (TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN) (TRIBUN JABAR/TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN)

Gerhana Bulan Sebagian (19 November)

Sebagian wilayah Indonesia akan mengalami gerhana Bulan sebagian yang puncaknya akan terjadi pada pukul 16.02.56 WIB/17.02.56 WITA/18.02.56 WIT.

Puncak gerhana terjadi beberapa menit setelah puncak fase purnama yang terjadi pukul 15.57.30 WIB/16.57.30 WITA/18.57.30 WIT.

Magnitudo gerhana kali ini sebesar 0,9785 atau han 97,85% diameter Bulan tertutup piringan umbra Bumi.

Fase gerhana penumbra dimulai pada pukul 13.00.23 WIB/14.00.23 WITA/15.00.23 WIT, kemudian fase gerhana sebagian dimulai pada pukul 14.18.24 WIB/15.18.24 WITA/16.18.24 WIT.

Fase gerhana sebagian berakhir pukul 17.47.26 WIB/18.47.26 WITA/19.47.26 WIT, sedangkan fase gerhana penumbra berakhir pada pukul 19.05.31 WIB/20.05.31 WITA/21.05.31 WIT.

Total durasi parsialitas gerhana kali ini adalah selama 3 jam 29 menit 2 detik dan durasi penumbralitas gerhana selama 6 jam 5 menit 8 detik.

Puncak Hujan Meteor Alfa Monocerotid (21-22 November)

Hujan meteor ini aktif sejak 15 November hingga 25 November dan intensitas maksimumnya terjadi pada 22 November pukul 02.30 WIB/ 03.30 WITA/ 04.30 WIT.

Alfa Monocerotid berasal dari sisa debu komet C/1917 F1 (Mellish).

Puncak Hujan Meteor Orionid November (28-29 November)

Perbedaan Orionid kali ini dengan yang terjadi di bulan Oktober, yaitu Orionid November merupakan hujan meteor minor dikarenakan intensitas maksimumnya saat di zenit hanya 3 meteor per jam.

Sumber hujan meteor ini juga belum diketahui dengan pasti.

Hujan meteor ini aktif sejak 14 November hingga 6 Desember dan intensitas maksimumnya terjadi pada 28 November pukul 22.30 WIB/ 23.30 WITA/ 00.30 WIT.

(Tribunnews.com/Latifah)

Artikel lainnya terkait Fenomena Astronomi

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas