Temuan Peneliti: Banyak Pasangan Burung Laut 'Cerai' Gara-gara Perubahan Iklim
Studi terbaru menunjukkan albatros atau burung laut, salah satu hewan paling setia di dunia, 'bercerai' dari pasangannya karena perubahan iklim.
Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Pravitri Retno W
TRIBUNNEWS.COM - Studi terbaru menunjukkan albatros atau burung laut, salah satu hewan paling setia di dunia, 'bercerai' dari pasangannya karena perubahan iklim.
Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Royal Society ini mengamati 15.500 pasangan albatros di Kepulauan Falkland selama 15 tahun.
Dilansir BBC, perceraian albatros pada dasarnya disebabkan pergantian pasangan atau perselingkuhan jika disamakan dengan manusia.
Burung albatros menjalani fase pencarian pasangan dari gagal hingga akhirnya bertemu yang sesuai.
Baca juga: Tiga Penelitian Lintas Bidang Manfaatkan Platform Riset BRIN di Kebun Raya Bogor
Baca juga: Dampak Perubahan Iklim Bagi Kesehatan Manusia
Jika sudah menemukan pasangan yang sesuai, burung laut yang memiliki sayap terbesar ini akan setia seumur hidupnya.
Bahkan, diperkirakan hanya satu persen albatros yang berpisah dari pasangan awalnya.
"Monogami dan ikatan jangka panjang sangat umum bagi albatros," kata Francesco Ventura, peneliti di University of Lisbon dan rekan penulis studi tersebut.
Tetapi, pada tahun-tahun yang dicakup oleh penelitian dengan suhu air yang lebih hangat, hingga delapan persen pasangan albatros berpisah.
Perpisahan Pasangan Albatros Disebut karena Lingkungan
Studi ini mengatakan, "perceraian yang didorong oleh lingkungan mungkin merupakan konsekuensi yang diabaikan" dari perubahan iklim.
Biasanya, perceraian albatros dipicu karena pasangan gagal berkembang biak, sehingga mereka akan mencari pasangan baru di musim kawin berikutnya.
Tetapi, temuan menunjukkan banyak pasangan albatros berpisah meskipun memiliki musim kawin yang sukses.
Francesco mengatakan, ada dua kemungkinan teori terkait hal ini, yang pertama yakni perjuangan hubungan jarak jauh.
Air yang menghangat memaksa burung untuk berburu lebih lama dan terbang lebih jauh.
Jika burung kemudian gagal kembali pada waktu musim kawin, pasangannya dapat pindah dengan pasangan baru.
Teori lain adalah hormon stres albatros naik di lingkungan yang lebih keras, seperti saat air lebih hangat.
Baca juga: Mengenal Ancaman Perubahan Iklim Global, Dampaknya Terhadap Bumi dan Upaya Penanggulangan
Dengan kondisi perkembangbiakan yang lebih sulit dan kelangkaan makanan, hal itu dapat menyebabkan lebih banyak stres dan pasangan disalahkan atas "kinerja buruk" mereka - yang pada akhirnya dapat memicu perceraian, kata Francesco.
Penelitian ini dilakukan lantaran banyak populasi albatros di laut internasional yang bermasalah.
Data dari tahun 2017 menunjukkan jumlah pasangan albatros yang berkembang biak mengalami penurunan.
Francesco mengatakan fenomena ini mengkhawatirkan bagi daerah di mana populasi albatros terbatas.
"Suhu naik dan akan naik, jadi ini mungkin menimbulkan lebih banyak gangguan," katanya.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)