Fenomena Astronomis Pekan Ketiga Desember 2021: Bulan Purnama Mikro hingga Retrograd Venus
Simak daftar fenomena astronomis yang akan terjadi pada bulan Desember 2021 pekan ketiga, ada Bulan Purnama Mikro hingga Retrograd Venus.
Penulis: Lanny Latifah
Editor: Arif Tio Buqi Abdulah
TRIBUNNEWS.COM - Berikut inilah daftar fenomena astronomis yang akan terjadi pada bulan Desember 2021 pekan ketiga.
Melalui situs resmi Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), ada beberapa fenomena langit yang terjadi berdasarkan kalender astronomis bulan Desember 2021.
Pada tanggal 18-19 Desember akan terjadi fenomena Bulan Purnama Mikro (Micro Full Moon).
Bulan Purnama Mikro terjadi pada tanggal 19 Desember 2021 pada pukul 11.35.33 WIB.
Selain itu juga terjadi fenomena Retrograd Venus pada tanggal 19 Desember.
Gerak retrograd Venus ini selalu terjadi setiap lima kali sewindu atau 584 hari sekali.
Baca juga: Mengenal Puncak Hujan Meteor Geminid dan Fenomena Astronomis Pekan Ketiga dan Keempat Desember 2021
Baca juga: Puncak Hujan Meteor Geminid Terjadi 14-15 Desember 2021, Ini Waktu Terbaik Menyaksikannya
Berikut Fenomena Astronomis Desember 2021 Pekan Ketiga, dikutip dari Edukasi Sains Antariksa LAPAN:
1. Konjungsi Bulan-Pleiades (16-17 Desember 2021)
Bulan berkonjungsi dengan Gugus Pleiades (Messier 44) di konstelasi Taurus pada pukul 04.01.51 WIB / 05.01.51 WITA / 06.01.51 WIT dengan sudut pisah 4,5 derajat.
Fenomena ini dapat disaksikan dari arah timur laut hingga barat laut sejak awal senja bahari (25 menit setelah terbenamnya Matahari) hingga awal fajar bahari (50 menit sebelum Matahari terbit) keesokan harinya.
Gugus Pleiades bermagnitudo +1,20 dan Bulan memasuki fase benjol/cembung awal dengan iluminasi antara 93,9%−95,0%.
2. Puncak Hujan Meteor Coma Berenicid (17 Desember 2021)
Coma Berenicid merupakan hujan meteor minor yang titik radiannya (titik asal kemunculan meteor) berada di dekat bintang Beta Leonis (Denebola/Asarfa) konstelasi Leo yang berbatasan dengan konstelasi Coma Berenices.
Hujan meteor ini bersumber dari sisa debu benda langit yang tidak diketahui dan pertama kali diamati oleh Richard E. McCrosky dan Annette Posen.
Hujan meteor ini dapat disaksikan sejak pukul 00.15 waktu setempat hingga keesokan harinya saat akhir fajar bahari (25 menit sebelum terbenam Matahari) dari arah Timur hingga Timur Laut (untuk pengamat di belahan di utara) atau Utara (untuk pengamatan di belahan selatan).
Intensitas hujan meteor ini untuk Indonesia berkisar 2,6-2,9 meteor/jam (Sabang hingga P. Rote).
Hal ini dikarenakan titik radian berkulminasi pada ketinggian 58,8 derajat - 77,4 derajat arah utara, sedangkan intensitas hujan meteor saat di zenit sebesar 3 meteor/jam.
Pastikan cuaca cerah dan bebas dari penghalang maupun polusi cahaya di sekitar medan pandang.
Ini dikarenakan intensitas hujan meteor ini berbanding lurus dengan 100% minus persentase tutupan awan dan berbanding terbalik dengan skala Bortle (skala yang menunjukkan tingkat polusi cahaya, semakin besar skalanya maka semakin besar polusi cahaya yang timbul).
3. Bulan Purnama Mikro - Micro Full Moon (18-19 Desember 2021)
Bulan Purnama Mikro adalah fase Bulan Purnama yang waktu kejadiannya berdekatan dengan Apoge Bulan.
Bulan purnama kali ini terjadi pada tanggal 19 Desember 2021 pukul 11.35.33 WIB dengan jarak geosentrik 405.935 km dan lebar sudut 29,44 menit busur.
Bulan purnama mikro ini memiliki lebar sudut 12,9% lebih kecil dibandingkan dengan Bulan Baru super yang terjadi tanggal 4 Desember, lalu.
Sedangkan Apoge Bulan sudah terjadi 26,5 jam sebelumnya yakni pada tanggal 18 Desember pukul 08.58.36 WIB dengan jarak geosentrik 406.329 km, lebar sudut 29,41 menit busur dan memasuki fase "hampir purnama" dengan ilumninasi 98,9%.
Nantinya, bulan purnama mikro dapat disaksikan dari arah timur laut sebelum terbenamnya Matahari, berkulminasi di arah utara sebelum tengah malam dan terbenam di arah barat laut sebelum terbitnya Matahari.
Baca juga: Fenomena Geiser di Bumi dan Tata Surya, Di Yellostone Tak Setinggi di Bulannya Planet Saturnus
4. Retrograd Venus (19 Desember 2021)
Gerak retrograd merupakan gerak semu planet yang tampak berlawanan arah (dari Barat ke Timur) dibandingkan dengan gerak normalnya (dari Timur ke Barat) jika diamati dari Bumi.
Gerak retrograd Venus dimulai pada 19 Desember 2021 pukul 17.55 WIB / 18.55 WITA / 19.55 WIT.
Puncaknya adalah ketika konjungsi inferior di tanggal 9 Januari dan berakhir pada 29 Januari pukul 15.54 WIB / 16.54 WITA / 17.54 WIT.
Gerak retrograd Venus kali ini berlangsung selama 41 hari dan terletak di konstelasi Sagitarius.
Selama retrograd, Venus masih bisa diamati hingga 3 Januari 2022.
Keesokan harinya (4 Januari), Merkurius tidak dapat diamati selama 10 hari dikarenakan sudut pisah yang cukup kecil dengan Matahari.
Venus baru dapat diamati kembali pada tanggal 14 Januari 2022 ketika fajar, sehari sebelum retrograd berakhir.
Gerak retrograd Venus selalu terjadi setiap lima kali sewindu atau 584 hari sekali.
Sebelumnya, fenomena ini telah terjadi pada 25 Juli 2015 (43 hari) dan 6 Oktober 2018 (41 hari).
Fenomena gerak retrograd Venus akan terjadi kembali pada 23 Juli 2023 (42 hari) dan 3 Oktober 2026 (42 hari).
5. Puncak Hujan Meteor Leonis Minorid Desember (20-21 Desember 2021)
Leonis Minorid Desember adalah hujan meteor minor yang titik radiannya (titik asal kemunculan meteor) berada di dekat konstelasi Leo Minor.
Hujan meteor ini bersumber dari sisa debu komet hiperbolik C/1739 K1 (Zanotti).
Hujan meteor Leonis Minorid Desember ini dapat disaksikan sejak awal senja astronomis (50 menit setelah terbenam Matahari) waktu setempat hingga keesokan harinya saat akhir fajar bahari (25 menit sebelum terbenam Matahari) dari arah Timur Laut hingga Utara.
Intensitas hujan meteor ini untuk Indonesia mencapai 3,8-4,6 meteor/jam (Sabang hingga P. Rote).
Hal ini dikarenakan titik radian berkulminasi pada ketinggian 49,3 derajat - 66,3 derajat arah utara, sementara intensitas hujan meteor saat di zenit sebesar 5 meteor/jam.
Pastikan cuaca cerah dan bebas dari penghalang maupun polusi cahaya di sekitar medan pandang, dikarenakan intensitas hujan meteor ini berbanding lurus dengan 100% minus persentase tutupan awan dan berbanding terbalik dengan skala Bortle (skala yang menunjukkan tingkat polusi cahaya, semakin besar skalanya maka semakin besar polusi cahaya yang timbul).
Intensitas hujan meteor ini juga akan sedikit berkurang dikarenakan Bulan yang berada ketinggian 45 derajat dekat konstelasi Gemini saat titik radian sedang terbit.
6. Solstis Desember (21 Desember 2021)
Solstis Desember atau Titik Balik Selatan Matahari adalah posisi ketika Matahari berada paling Selatan terhadap ekuator langit, jika diamati oleh pengamat di permukaan Bumi.
Sedangkan, jika diamati dari sembarang titik di luar angkasa, belahan Bumi bagian Selatan akan terlihat "mendekat" ke arah Matahari.
Oleh karenanya, pengamat yang berada di Garis Balik Selatan (Tropic of Capricorn; 23,4 derajat LS) akan melihat Matahari tepat berada di atas kepala ketika tengah hari.
Pengamat yang berada di belahan Bumi bagian Utara, akan merasakan malam yang lebih panjang dibandingkan hari-hari lainnya.
Bahkan, Matahari tidak pernah terbit di Kutub Utara ketika Solstis Desember.
Baca juga: Kaleidoskop 2021 - Fenomena Astronomi Sepanjang 2021: Supermoon hingga Gerhana Matahari Total
Baca juga: Fenomena Bintang ini Bisa Berakibat Buruk Bagi Bumi Bila Terjadi Pada Matahari
Sebaliknya, pengamat yang berada di belahan Bumi bagian Selatan, akan merasakan siang yang lebih panjang dibandingkan hari-hari lainnya.
Matahari tidak pernah terbenam di Kutub Selatan ketika Solstis Desember.
Puncak Solstis Desember tahun ini terjadi pada tanggal 21 Desember pukul 22.59.23 WIB.
Baik pengamat di belahan Bumi bagian Utara maupun Selatan, akan mendapati Matahari terbit dari arah Timur-Tenggara dan terbenam dari arah Barat-Barat Daya.
Bagi daerah berlintang tinggi di belahan Selatan, akan mendapati Matahari terbit dari arah Selatan-Tenggara dan terbenam dari arah Selatan-Barat Daya.
7. Konjungsi Bulan-Pollux (21-22 Desember 2021)
Bulan berkonjungsi dengan Pollux (Beta Geminorium), bintang utama di konstelasi Gemini pada pukul 15.55.34 WIB / 16.55.34 WITA / 17.55.34 WIT dengan sudut pisah 2,7 derajat.
Fenomena ini dapat disaksikan dari arah timur laut hingga barat laut sejak pukul 20.00 waktu setempat hingga akhir fajar bahari (50 menit sebelum terbit Matahari) keesokan harinya.
Pollux bermagnitudo +1,15 dan Bulan memasuki fase benjol/cembung akhir dengan iluminasi antara 94,5%−93,5%.
(Tribunnews.com/Latifah)