177 Spesies Burung di Indonesia Terancam Punah, Terbanyak di Dunia
Indonesia pun menjadi negara dengan jumlah spesies burung terancam punah terbanyak, yakni sebanyak 12 persen dari keseluruhan burung
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM -- Kekayaan flora dan fauna di Indonesia menjadi salah satu yang terbesar di dunia.
Tak heran jika negeri ini juga memiliki keanekaragam burung terbanyak di dunia.
Meski demikian saat ini Indonesia memiliki paling banyak spesies burung yang terancam punah.
Hingga awal 2022, Indonesia merupakan rumah bagi 1.818 spesies burung.
Sayangnya keanekaragaman spesies burung di Indonesia harus dihadapkan pada ancaman kepunahan.
Bahkan ancaman kepunahan burung di Indonesia ini menjadi yang tertinggi di dunia.
Baca juga: WWF: Polusi Plastik Pengaruhi 88 % Spesies Laut
Dikutip dari laman Burung Indonesia, Selasa (17/5/2022) Biodiversity Officer Burung Indonesia Achmad Ridha Junaid mengungkapkan bahwa dari data yang dihimpun pada 2022 terdapat 177 spesies burung terancam punah di Indonesia.
Jumlah tersebut terdiri dari 96 spesies dalam kategori Rentan (Vulnerable/VU), 51 spesies dalam kategori Genting (Endangered/EN), dan 30 spesies dalam kategori Kritis (Criticaly Endangered/CR), termasuk salah satunya adalah kakatua sumba (Cacatua citrinocristata).
Berdasarkan data itu, Indonesia pun menjadi negara dengan jumlah spesies burung terancam punah terbanyak, yakni sebanyak 12 persen dari keseluruhan burung terancam punah di dunia.
Baca juga: Rumah Bagi 490 Ribu Spesies, Indonesia Dukung Perundingan Kerangka Kerja Biodiversitas
"Setiap tahunnya BirdLife Internasional dan International Union for Conservation of Nature (IUCN) melakukan kajian ulang status keterancaman sejumlah spesies menanggapi perubahan tingkat ancaman, perubahan populasi, revisi taksonomi, maupun adanya data-data terbaru terkait spesies yang dikaji," kata Ridha.
Ia kemudian membeberkan pula tiga spesies burung terancam punah di Indonesia yang mengalami peningkatan status keterancaman, yaitu Maleo senkawor (Macrocephalon maleo), puyuh sengayan (Rollulus rouloul), pergam hijau (Ducula aenea).
Maleo senkawor mengerami telurnya dengan cara menimbun di dalam tanah, tetapi sekitar dua pertiga tempat peneluran maleo senkawor yang diketahui tidak dikunjungi lagi oleh individu dewasa.
Bahkan, terjadi penurunan jumlah burung yang mengunjungi situs-situs peneluran yang masih aktif dalam tiga generasi terakhir.
Hal tersebut lah yang menjadi indikasi adanya penurunan jumlah populasi spesies burung maleo senkawor ini.
Baca juga: Ekspedisi CAL Kepulauan Karimata Temukan Spesies Baru Hanguana Karimatae