Southwest Airlines Kembangkan Bahan Bakar dari Limbah Jagung untuk Pesawat Terbang
Southwest Airlines berinvestasi di pengembangan bahan bakar alternatif dari olahan limbah jagung untuk pesawat terbang bernama SAFFiRE Renewables.
Penulis: Mikael Dafit Adi Prasetyo
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews, Mikael Dafit Adi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM, NEW YORK – Southwest Airlines akan berinvestasi di program pengembangan bahan bakar alternatif dari olahan limbah jagung untuk pesawat terbang yang diberi nama SAFFiRE Renewables.
SAFFIRE Renewables merupakan bagian dari proyek yang didukung Departemen Energi AS (DOE) untuk mengembangkan dan memproduksi bahan bakar penerbangan berkelanjutan.
Dilansir dari electrek.co, Senin (6/6/2022) SAFFiRE merupakan singkatan dari Sustainable Aviation Fuel From Renewable Ethanol, sebuah perusahaan yang dibentuk oleh D3MAX. Keduanya berbasis di Grand Forks, North Dakota.
Di 2021 kemarin, DOE memberikan D3MAX hibah untuk memproduksi bahan bakar penerbangan berkelanjutan.
National Renewable Energy Laboratory (NREL) meyakini, upaya ini dapat menghasilkan bahan bakar penerbangan berkelanjutan yang hemat biaya dalam jumlah signifikan yang dapat memberikan pengurangan 84 persen dalam intensitas karbon dibandingkan dengan bahan bakar jet konvensional.
Baca juga: 5.000 Karyawan Terpapar Covid-19, Southwest Airlines Batalkan 5.600 Penerbangan
Perusahaan yang dibentuk tahun ini menggunakan teknologi yang dikembangkan oleh NREL dan DOE untuk mengubah biomassa limbah jagung seperti brangkasan jagung (sisa-sisa bagian tanaman jagung yang tidak dipanen), daun, dan batang jagung untuk diubah menjadi etanol terbarukan yang selanjutnya akan ditingkatkan menjadi bahan bakar penerbangan berkelanjutan.
SAFFIRE yang mendapat dana hibah dari DOE akan menginvestasikan dana tersebut untuk mendukung fase satu proyek, yang diharapkan mencakup validasi teknologi, desain awal, dan rencana bisnis untuk pabrik percontohan bahan bakar penerbangan berkelanjutan.
Baca juga: Southwest Airlines Batalkan 1.800 Penerbangan dalam 2 Hari Gara-gara Karyawannya Mogok Massal
Jika fase pertama berhasil, DOE dan Southwest akan dapat mendanai fase kedua untuk desain, fabrikasi, instalasi, dan pengoperasian pabrik percontohan yang memproduksi etanol terbarukan menggunakan teknologi yang dikembangkan oleh D3MAX dan NREL.
Pada fase kedua, perusahaan teknologi bahan bakar berkelanjutan yang berbasis di Deerfield, Illinois, LanzaJet diharapkan untuk meningkatkan etanol terbarukan menjadi bahan bakar penerbangan berkelanjutan di biorefinery-nya, yang saat ini sedang dibangun di Soperton, Georgia.
Jika berhasil mengembangkan dan mengkomersilkan bahan bakar penerbangan berkelanjutan, D3MAX dan NREL memproyeksikan teknologinya dapat menghasilkan 7,5 miliar galon per tahun pada tahun 2040.
“Departemen Energi berkomitmen untuk mengubah tujuan dekarbonisasi penerbangan kami yang ambisius menjadi kenyataan melalui kemitraan yang kuat di seluruh industri penerbangan.’ kata David Turk, Wakil Menteri Energi AS.
“Memindahkan kemajuan teknologi mutakhir dalam penerbangan berkelanjutan ke skala produksi akan menghemat uang, mengurangi emisi karbon, dan membentuk kembali masa depan perjalanan maskapai demi kepentingan konsumen Amerika.” pungkasnya.