Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Mengapa Langit Berwarna Oranye saat Sore Hari? Ini Proses Pembentukan Warna Oranye di Langit

Berikut penjelasan mengapa langit berwarna oranye saat sore hari dan proses pembentukan warna oranye di langit.

Penulis: Nurkhasanah
Editor: Pravitri Retno W
zoom-in Mengapa Langit Berwarna Oranye saat Sore Hari? Ini Proses Pembentukan Warna Oranye di Langit
Tribunnews/Irwan Rismawan
Suasana matahari terbenam di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur, Sabtu (27/3/2021) - Berikut penjelasan mengapa langit berwarna oranye saat sore hari dan proses pembentukan warna oranye di langit. 

TRIBUNNEWS.COM - Berikut ini penjelasan mengapa langit berwarna oranye saat sore hari dan proses pembentukan warna oranye di langit.

Langit biasanya terlihat berwarna oranye saat sore hari atau ketika matahari terbenam.

Dikutip dari Kompas.com, Kepala Badan Meterologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Bandung, Tony Agus Wijaya, mengungkapkan warna oranye muncul di langit karena matahari lebih banyak di spektrum oranye.

Hal tersebut diakibatkan adanya molekul dan partikel kecil pada atmosfer.

Apabila matahari jauh dari horizon (ufuk) maka warna langit berwarna biru, seperti yang terjadi saat siang hari.

Selanjutnya saat petang, matahari dekat dengan horizon sehingga semakin banyak warna biru yang terhambur.

Baca juga: KTT G20 Tak Pakai Pawang Hujan, BMKG Sebar 29 Ton Garam di Langit Bali

Adapun ketika matahari tenggelam, biasanya langit menjadi berwarna kemerahan.

Berita Rekomendasi

Perubahan warna tersebut karena merah memiliki panjang gelombang yang paling panjang.

Pada kondisi tertentu seperti saat musim hujan, biasanya langit pada sore hari menjadi berwarna oranye atau keunguan bukan kemerahan.

Warna oranye atau keunguan tersebut disebabkan oleh banyak partikel air (kelembapan tinggi), awan, dan debu di atmosfer.

"Nah pada kondisi matahari dekat horizon warna kemerahan tadi masih di hamburkan oleh awan, sehingga ber-superimpose dengan background biru langit. Sehingga ilusi campuran kemerahan dengan kebiruan menjadi keunguan dan atau oranye," pungkas Tony.

Baca juga: 10 Fenomena Langit 2022 Paling Dinanti: Puncak Hujan Meteor Quadrantid hingga Hujan Meteor Geminid

Pemandangan langit sore berwarna oranye dikenal dengan istilah hamburan Rayleign (Rayleign Scattering), dikutip dari kids.grid.id.

Istilah Rayleign diambil dari nama seorang fisikawan Inggris dari Universitas Cambridge yaitu Lord Rayleign.

Ia diketahui berkontribusi banyak pada teori-teori fisika.

Teori hamburan Rayleign dapat dipraktikkan dengan menggunakan prisma untuk membiaskan cahaya berbeda dari yang awalnya berwarna putih.

Berikut ini penyebab dan proses pembentukan warna orange di langit saat sore hari:

Cahaya matahari yang menyorot ke Bumi memiliki gelombang cahaya dengan panjang gelombang yang berbeda, bergerak ke dalam ruang hampa.

Ketika cahaya sudah mencapai atmosfer bumi, gelombang cahaya akan mengenai partikel di udara seperti debu, tetesan air, dan kristal es.

Ukuran gelombang cahaya yang tampak begitu kecil akan memantul ke berbagai arah.

Seukuran kurang dari 1:1.000.000 meter, gelombang cahaya bisa berinteraksi dengan molekul gas kecil yang menyusun udara sendiri.

Saat sore atau senja hari, matahari terletak lebih rendah dari cakrawala.

Karena itulah sinar matahari melewati lebih banyak udara ketika matahari terbenam, berbeda ketika siang hari di mana posisi matahari lebih tinggi di langit.

Jalur sinar matahari yang cukup panjang juga menyebabkan semua cahaya biru dan ungu menyebar keluar dari pandangan manusia.

Warna tersebut lalu berlanjut ke mata manusia hingga bisa menangkap warna kuning, orange, dan merah.

Diketahui, warna merah memiliki panjang gelombang paling panjang dari semua cahaya yang tampak di mata.

Hal itulah yang membuat matahari tampak memerah di langit ketika posisinya berada di cakrawala.

Karena panjang gelombang warna merah paling panjang, ia juga akan menghalangi warna-warna lainnya.

(Tribunnews.com/Nurkhasanah) (Kompas.com/Farida Farhan) (GridKids.id/Ayu Ma'as)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas