Mengenal Fenomena Full Moon, ketika Seluruh Permukaan Bulan yang Diterangi Cahaya Terlihat dari Bumi
Berikut penjelasan mengenai fenomena bulan purnama atau full moon, fase bulan ketika seluruh permukaan Bulan yang diterangi cahaya terlihat dari Bumi.
Penulis: Nurkhasanah
Editor: Nanda Lusiana Saputri
TRIBUNNEWS.COM - Simak informasi mengenai fenomena bulan purnama (full moon) dalam artikel ini.
Fenomena full moon merupakan salah satu dari delapan fase bulan.
Mengutip britannica.com, fenomena full moon adalah fase bulan ketika seluruh permukaan bulan yang diterangi cahaya terlihat dari Bumi.
Full moon dianggap sebagai fase bulan yang paling mencolok karena selama fase ini sebagian besar sinar matahari terpantul dari Bulan ke Bumi.
Selama dan sekitar malam adanya full moon, benda langit lain seperti bintang dan planet lebih sulit diamati karena silau bulan.
Selain itu, permukaan bulan itu sendiri saat penuh juga sulit diamati karena cahayanya cenderung menghilangkan fitur topografi.
Baca juga: Fenomena Astronomis 2023: Gerhana Matahari Hibrida, Gerhana Bulan Penumbra, Gerhana Bulan Sebagian
Mengingat separuh bulan selalu menghadap matahari saat mengorbit, maka separuh Bulan selalu terang dan separuh lainnya selalu gelap.
Kemudian saat bulan bergerak melalui orbitnya, jumlah permukaan bulan yang diterangi dan terlihat dari Bumi akan berubah, sehingga menciptakan fase.
Bulan tampak penuh saat mencapai titik tengah orbitnya, yakni saat tepat berseberangan dengan Matahari dan Bumi berada di antara keduanya.
Karena posisinya berlawanan dengan matahari, bulan purnama terbit saat matahari terbenam dan terbenam saat matahari terbit.
Fenomena full moon biasanya terjadi selama sekali per bulan kalender.
Akan tetapi, ketika bulan purnama terjadi dalam dua hari pertama bulan tertentu, bulan purnama kedua pun dapat terjadi dalam bulan yang sama.
Sebagai objek terbesar dan paling terang yang sering terlihat di langit selain matahari, bulan purnama menjadi simbol tertentu dalam legenda, agama, dan bahkan pertanian di banyak budaya.
Dalam agama Hindu, hari bulan purnama atau Purnima kerap dirayakan dengan puasa. Hal tersebut karena secara hirstoris.
Hari bulan purnama juga merupakan bagian penting bagi pengikut agama Buddha.
Di Eropa, bulan purnama diyakini memicu perilaku tak terkendali yang dikenal sebagai “efek kegilaan bulan”.
Selain itu, banyak budaya dan peradaban sepanjang sejarah telah menggunakan siklus bulan untuk melacak waktu yang berlalu dan beberapa memberi nama pada bulan purnama.
Pemberian nama pada bulan purnama tersebut merujuk pada iklim atau pertanian pada "bulan" tertentu.
Terdapat catatan dan terjemahan dari nama-nama bulan purnama.
Dalam bahasa Inggris, saat ini ada 12 nama untuk bulan purnama yang terjadi dalam setahun.
Misalnya, bulan purnama Januari disebut bulan serigala, bulan purnama Maret disebut bulan cacing, dan bulan purnama September disebut bulan jagung penuh atau bulan panen.
(Tribunnews.com/Nurkhasanah)