Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Fakta Harga Tiket Pesawat Mahal, Penerbangan Dibatalkan hingga Usaha Jastip Terdampak

Belakangan ini, penumpang pesawat terbang mengeluhkan harga tiket pesawat yang mengalami kenaikan.

Penulis: Daryono
Editor: Natalia Bulan Retno Palupi
zoom-in Fakta Harga Tiket Pesawat Mahal, Penerbangan Dibatalkan hingga Usaha Jastip Terdampak
unsplash
Ilustrasi tiket pesawat mahal 

TRIBUNNEWS.COM - Belakangan ini, penumpang pesawat terbang mengeluhkan harga tiket pesawat yang mengalami kenaikan.

Menurut sejumlah penumpang, harga tiket pesawat terbang saai ini relatif mahal.

Mahalnya harga tiket pesawat berimbas pada turunnya jumlah penumpang.

Terkait mahalnya harga tiket pesawat ini, berikut Tribunnews.com merangkum fakta-fakta-faktanya, Sabtu (9/2/2019):

1. Penurunan jumlah penumpang

Jumlah penumpang pesawat di Bandara Husein Sastranegara Bandung mengalami penurunan.

Baca: Gara-gara Harga Tiket Pesawat Meroket, Bus AKAP di Padang Kebanjiran Penumpang

Dikutip dari TribunJabar, Officer in Charge Bandara Husein Sastranegara, Dindin Jamaludin pada Jumat (8/2/2019) mengatakan di hari biasa, rata-rata jumlah penumpang per hari bisa mencapai 9.000 penumpang.

Berita Rekomendasi

"Kadang bisa 10 ribu. Kalau akhir pekan bisa 11 ribu. Setelah tren penurunan jumlah penumpang pada Januari ini, rata-rata 7 ribu atau 8 ribu penumpang," ujarnya.

Ia menambahkan, biasanya setiap tahun jumlah penumpang meningkat.

Namun tren berbeda dihadapi pada awal tahun ini.

2. Sejumlah Penerbangan Dilaporkan Dibatalkan

Lantaran sepinya penumpang, sejumlah pebnerbangan dibatalkan.

Masih mengutip keterangan Dindin, di Bandara Husein Sastranegara setiap hari 10 penerbangan dibatalkan.

"Sepertinya hampir semua mengalami pembatalan, tapi enggak sering atau setiap hari. Rata-rata mereka mengalami pembatalan karena kurangnya demand," ujarnya.

Meski demikian, belum diketahui pasti apakah seluruh pembatalan penerbangan yang ada dikarenakan sepinya penumpang. 

Dindin mengatakan pembatalan penerbangan merupakan kebijakan masing-masing maskapai.

Ia juga tidak tahu alasan detail pembatalan tersebut.

"Kepastian alasan pembatalan di maskapai sendiri. Kalau di surat yang disampaikan ke bandara, karena alasan operasional," ujarnya.

3. Keluhan Penumpang di Bandara Adi Soemarmo Solo

Penumpang di Bandara Adi Soemarmo Solo juga mengeluhkan harga tiket mahal.

Diah Fatma (40), warga jakarta yang berkunjung ke Solo mengaku sangat keberatan dengan penetapan tarif angkutan udara untuk kategori dewasa ini.

"Tentu ini memberatkan, sudah tiket pesawat terbang mahal, ditambah tarif bagasi juga meningkat," katanya kepada TribunSolo.com, saat ditemui di Bandara Adi Soemarmo Surakarta, Sabtu (9/2/2019).

Baca: Buntut Melambungnya Harga Tiket Pesawat Domestik: Jumlah Penumpang Kereta Api Alami Peningkatan

Warga Jakarta tersebut mengaku sebelumnya dengan satu kali perjalanan Jakarta-Solo dengan maskapai penerbangan Garuda Indonesia kelas ekonomi, biayanya dulu sekitar Rp 700 ribuan saat ini mencapai Rp 1 juta-an lebih.

Pihaknya berujar tak jarang untuk mengantisipasi cost perjalanan yang tinggi, kadangkala apabila barang bawaan berlebih pihaknya menggunakan jasa pengiriman.

"Namun apabila akan ke luar pulau jadinya mahal juga karena kan pakai bagasi pesawat terbang ngirimnya," imbuhnya.

Pihaknya berharap tarif pesawat terbang tersebut juga bagasi dapat dievaluasi kembali sehingga tidak memberatkan masyarakat.

4. Sebagian Traveler Mengaku Pilih ke Luar Negeri

Mahalnya harga tiket pesawat rute domestik, membuat para pelancong lebih memilih ke luar negeri saat liburan.

Harga tiket pesawat rute domestik saat ini lebih mahal daripada harga tiket pesawat tujuan internasional seperti Jakarta-Kuala Lumpur atau Jakarta-Singapura.

Dikutip dari TribunSolo.com, hal ini diungkapkan seorang traveler asal Sukoharjo, Desi Sri (25), saat ditemui TribunSolo.com di sebuah tempat kopi di Solo Baru, Kamis (7/2/2019).

Dia mengatakan, karena mahalnya harga tiket rute domestik, dia dan teman-temannya lebih memilih liburan ke luar negeri.

"Harga tiket Jakarta-Kuala Lumpur hanya sekitar Rp 500 ribuan, sementara Jakarta-Bali sekitar Rp 650 ribuan," kata wanita yang bekerja sebagai pegawai swasta di Jakarta ini.

Selain harga tiket yang lebih murah, menurut Desi, penerbangan internasional lebih banyak promonya.

"Penerbangan Jakarta-Kuala Lumpur atau Jakarta-Singapura banyak promonya, kalau beruntung bayar Rp 100 bisa terbang ke sana," katanya.

Mahalnya harga tiket pesawat sangat dirasakan masyarakat, terutama mereka yang membutuhkan pesawat sebagai alat transportasi utama.

Sepertinya halnya Nofal Bayu (27), seorang pegawai sebuah perusahaan BUMN asal Solo ini, mengeluhkan hal tersebut.

"Saya bekerja di Palu, setiap saya mau balik Solo, saya lihat harga tiketnya (Palu-Jogja) mahal sekali."

"Masak harganya sama seperti penerbangan Palu-Kuala Lumpur," katanya.

Baca: Bandara Sepi karena Harga Tiket Pesawat Tinggi, Jumlah Penumpang Kereta Api Dari Jakarta Melonjak

Dia juga menceritakan saudaranya yang bekerja di Timika, Papua, yang resah dengan mahalnya harga tiket pesawat dari Timika-Jakarta.

"Harga tiket Timika-Jakarta itu hampir sama dengan harga tiket penerbangan Jakarta-Belanda."

"Jika bukan karena kita punya keluarga di Jawa, kita mending pergi ke luar negeri dengan harga tiket yang lebih murah," katanya.

5. Usaha jastip Terkena Dampak

Mengutip TribunJabar, naiknya harga tiket dan bagasi berbayar terasa oleh pelaku usaha jasa titip atau jastip, satu di antaranya yaitu Fitry Afriliyan (26).

Lewat usaha sepatunya dengan nama @second.enakss yang barangnya diambil dari Thailand, Fitry juga menyediakan jasa titip ketika pergi ke negara lainnya.

Usaha jastip yang sebelumnya cukup meraup untung bisa jalan-jalan keluar negeri secara gratis kini mulai membuatnya khawatir karena kenaikan harga tiket pesawat.

"Tiket pesawat yang naik dan enggak ada bagasi tentu ngaruh banget. Soalnya pelaku jastip, kan, cari tiket yang paling murah untuk nutupin ongkos, tapi kalau harga tiketnya naik jadi percuma enggak dapat apa-apa," ujar Fitry saat dihubungi Tribun Jabar, Kamis malam (7/2/2019).

Fitry menambahkan usaha jastip menarik karena tak perlu lagi keluar biaya untuk membeli tiket pesawat dan bagasi.

"Berharapnya, sih, harga tiket kembali stabil dan ada free bagasi, karena kalau harganya dinaikin konsumen enggak mau dan jadinya kabur," ujar Fitry.

Baca: Penumpang Kereta Api melonjak 15 Persen di Stasiun Gambir, Diduga karena Harga Tiket Pesawat Naik

Ia mengatakan untuk biaya jastip biasanya Ia hanya mendapatkan lebih Rp 30.000-50.000 saja untuk satu barang.

Lebih banyak yang menitip barang, lebih banyak juga keuntungan yang diraup.

Namun jika banyak barang yang dibawa, Ia harus memesan bagasi lebih yang harganya menjadi lebih mahal.

(Tribunnews.com/Daryono/TribunJabar/TribunSolo.com)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas