Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

TERBARU - Elektabilitas Jokowi vs Prabowo, Jokowi Masih Unggul

Menjelang Pilpres 2019, elektabilitas Jokowi vs Prabowo selalu diperbarui. Jokowi masih unggul termasuk dari jumlah buzzer. Simak data selengkapnya!

Penulis: Fitriana Andriyani
Editor: Sri Juliati
zoom-in TERBARU - Elektabilitas Jokowi vs Prabowo, Jokowi Masih Unggul
Tribunstyle.com/ Source: Facebook Capres Cawapres 2019
Menjelang Pilpres 2019, elektabilitas Jokowi vs Prabowo selalu diperbarui. Jokowi masih unggul. Simak data selengkapnya! 

Menjelang Pilpres 2019, elektabilitas Jokowi vs Prabowo selalu diperbarui. Jokowi masih unggul termasuk dari jumlah buzzer. Simak data selengkapnya di sini!

TRIBUNNEWS.COM - Menjelang Pilpres 2019, elektabilitas masing-masing pasangan calon (paslon) terus menjadi sorotan dan hasil survei selalu diperbarui.

PoliticaWave selalu memberikan update terbaru hasil survei elektabilitas Jokowi-Ma'ruf Amin dan Prabowo-Sandiaga Uno.

Per tanggal 22 Februari 2019, PoliticaWave mencatat paslon Jokowi-Ma'ruf Amin masih unggul dari paslon Prabowo-Sandiaga Uno, termasuk dalam jumlah buzzer.

Berikut pantauan Tribunnews.com terhadap elektabilitas Jokowi vs Prabowo melalui PoliticaWave.com.

Baca: Menelusuri Buzzer Hoaks Pilpres Bergaji Rp 100 Juta, Donatur pun Bersedia Sumbang Dana Rp 2 Miliar

Dalam Trend of Awareness, persaingan kedua paslon sangatlah ketat dengan perbedaan angka yang sangat tipis dibanding data-data sebelumnya.

Angka trend paslon Jokowi-Ma'ruf Amin adalah 45.609, masih sedikit unggul dari paslon Prabowo-Sandiaga Uno dalam angka 37.952.

Berita Rekomendasi

Dari segi Candidate Electability, Jokowi-Ma'ruf Amin unggul jauh di atas Prabowo-Sandiaga Uno, termasuk dari segi buzzer.

Angka yang dicapai Jokowi-Ma'ruf Amin yakni:

- Net sentiment: 705.386
- EMSS: 56
- Unique User: 243.164
- Buzzer: 1.709.136

Baca: Para Buzzer Sebar Cuitan Twitter via Facebook dan Instagram, Tak Peduli Berita Benar atau Hoaks

Sementara itu, secara keseluruhan dari segi Candidate Electability Prabowo-Sandiaga Uno masih di bawah Jokowi-Ma'ruf Amin.

Berikut angka pencapaian Candidate Electability Prabowo-Sandiaga Uno:

- Net Sentiment: 558.032
- EMSS: 44
- Unique User: 182.295
- Buzzer: 1.329.472

Secara keseluruhan, Jokowi-Ma'ruf Amin memang unggul dari Prabowo-Sandiaga Uno, termasuk dalam persentase Share of Awareness dan Share of Citizen.

Persentase Share of Awareness Jokowi-Ma'ruf Amin 56,2 persen, sedangkan Prabowo-Sandiaga Uno 43,8 persen.

Persentase Share of Citizen Jokowi-Ma'ruf Amin 57,2 persen, sedangkan Prabowo-Sandiaga Uno 42,8 persen.

Jokowi-Ma'ruf Amin mendapatkan Sentiment positif lebih banyak daripada sentiment negatif dengan selisih yang cukup jauh.

Sentiment positif Jokowi-Ma'ruf Amin mencapai 633.210, sementara Sentiment negatifnya sejumlah 501.875.

Sementara perolehan Sentiment Prabowo-Sandiaga Uno memiliki selisih yang cukup tipis antara positif dan negatif, tetapi sentimen positif masih lebih banyak.

Sentiment positif yang didapat Prabowo-Sandiaga Uno 385.633, sementara sentiment negatifnya sejumlah 385.720.

Baca: Buzzer Hoaks Pilpres Dibayar hingga Rp 100 Juta, Ini Cara Kerjanya dan Simak Ciri-ciri Berita Hoaks

Peran buzzer terhadap elektabiltas masing-masing paslon cukup besar.

Satu peran buzzer dalam Pilpres 2019 adalah menyebarkan berita provokatif hingga hoaks.

Buzzer pada umumnya mulai bekerja di media sosial.

Mereka banyak menebar isu, berita bohong, hingga cenderung menjelek-jelekan satu paslon capres 2019 lawan.

Hal ini bertujuan untuk mengubah pandangan hingga mempengaruhi masyarakat terhadap calon presiden tersebut.

Agar calon presiden lainnya berhasil memenangkan pemilu 2019 nanti.

Mengutip dari Tribunnews.com, gaji seorang buzzer profesional bisa menembus angka Rp 100 juta.

"Dapat uang masing-masing Rp 100 juta minimal untuk bos-bosnya."

"Bisa lebih. Mereka proyekan sampai Pilpres selesai," ungkap Andi, seorang buzzer profesional yang mendapat order pada Pilpres 2019 saat ditemui Tribun Network di kawasan Bekasi, Jawa Barat, pertengahan Februari 2019.

Baca: Buzzer Politik Jadi Tantangan Penyelenggara Pemilu

Hal terpenting bagi mereka adalah berita-berita tersebut bisa menjadikan polemik di tengah pilpres.

Mereka membuat berbagai macam fake account hingga fake news dan membuat berita-berita dengan kata kunci yang membuat trending.

Soal kebenaran informasi tersebut mereka juga tidak peduli.

Andi juga menambahkan soal hoaks atau bukan, mereka tak peduli yang penting sudah bekerja sesuai dengan orderan.

Mengutip dari sumber yang sama, sistem pembayaran dan besarnya upah buzzer diklasifikasi berdasarkan tingkatan.

Setingkat supervisor akan dibayar Rp 7 juta per bulan, disertai fasilitas kos atau kontrakan serta uang pulsa.

Kemudian, buzzer yang berada di tingkatan mandor dibayar Rp 3 juta per bulan.

"Untuk kasta terendah itu Rp 300 ribu."

"Kalau untuk customize, per hari Rp 100 ribu. "

"Orang-orang ini dibayar karena rajin online."

Baca: Elektabilitas Jokowi vs Prabowo, Seberapa Besar Terdampak Debat Ke-2 Capres 2019? Ini Dia Jawabannya

"Tugasnya hanya untuk menyebar konten," tambah Andi.

Andi masuk buzzer sejak tahun 2011 untuk misi mengawal calon gubernur pada Pilkada DKI Jakarta tahun 2012.

Andi turun menjadi Buzzer pada Pilgub DKI tahun 2017 hingga Pilpres 2019 ini.

Terkait Pilpres dan Pileg 2019, Andi menuturkan, pemain buzzer umumnya melanjutkan pekerjaan sejak Pilgub DKI Jakarta tujuh tahun silam.

"Semuanya orang lama dari Pilkada Jakarta 2012. "

"Sekarang, mereka ikut lagi dengan mendukung pasangan yang berbeda-beda," ucap Andi.

(Tribunnews.com/Fitriana Andriyani)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas