Fakta Terbaru Teror di Selandia Baru, WNI Kritis hingga Ditembaki saat Salat Masih Berlangsung
Insiden penembakan yang dilakukan Brenton Tarrant terjadi di Masjid Al Noor dan Masjid Linwood di Kota Christchurch, Selandia Baru, Jumat (14/3/2019).
Penulis: Whiesa Daniswara
Editor: Daryono
Insiden penembakan yang dilakukan Brenton Tarrant terjadi di Masjid Al Noor dan Masjid Linwood di Kota Christchurch, Selandia Baru, Jumat (14/3/2019).
TRIBUNNEWS.COM - Insiden penembakan telah terjadi di Masjid Al Noor dan Masjid Linwood di Kota Christchurch, Selandia Baru, Jumat (14/3/2019).
Dalam insiden penembakan di masjid Kota Christchurch, Selandia Baru tersebut, dilakukan seorang warga negara Australia yang bernama Brenton Tarrant (28).
Dalam aksinya yang melakukan teror di dua masjid Selandia Baru tersebut, telah menewaskan sedikitnya 49 orang tewas.
Baca: Dapat Kabar dari Rekannya, Taqy Malik Ceritakan Suasana Penembakan Sadis di Selandia Baru
Baca: Alasan Brenton Tarrant Lakukan Penembakan di Dua Masjid Selandia Baru
Dikutip dari Sky News, polisi Selandia Baru telah mengkonfirmasi setidaknya 49 orang telah tewas dalam penembakan massal di dua masjid yang penuh dengan orang yang menghadiri shalat Jumat.
Komisaris Polisi Mike Bush mengkonfirmasi pada hari Jumat bahwa 41 orang meninggal di Masjid Al Noor dan tujuh orang meninggal di Pusat Islam Linwood.
Satu orang meninggal setelah dirawat di Rumah Sakit Christchurch.
Berikut fakta terbaru tentang teror di Selandia Baru, dikutip Tribunnews.com dari berbagai sumber:
1. WNI Asal Padang Kritis
Gubernur Sumatera Barat, Irwan Prayitno menyebut bahwa Zulfirman Syah, seniman asal Padang yang tertembak saat aksi teror di masjid Selandia Baru, masih kritis.
Baca: Hardiyanto Kenneth: Hukum Pelaku Penembakan di Selandia Baru dengan Berat
Baca: Teror di Selandia Baru Tewaskan 49 Orang, Saksi Mata Merangkak dan Panjat Pagar Selamatkan Diri
"Saudara kita Zulfirman Syah yang kuliah di ISI Yogyakarta, kondisinya masih dalam keadaan kritis," kata Irwan Prayitno kepada TribunPadang.com melalui keterangan tertulisnya, Jumat (15/3/2019) malam.
Sejumlah peluru bersarang di dada Zulfirman Syah, sehingga mengalami kebocoran paru-paru.
Dalam aksi penembakan tersebut, anak Zulfirman Syah yang bernama Omar (2), juga ikut tertembak.
Anaknya Zulfirman Syah tertembak di kaki dan punggungnya.
Baca: Sosok Brenton Tarrant, Pelaku Penembakan Selandia Baru : Masa Kecil hingga Tertarik pada Senjata Api
Baca: Seniman Asal Padang Tertembak di Masjid Selandia Baru, Gubernur Sumbar: Kondisinya Masih Kritis
Saat ini, anak Zulfirman Syah juga tengah menjalani perawatan.
"Anaknya, Omar, juga lagi mendapatkan perawatan yang intensif dari pemerintah setempat," ujar Irwan.
Zulfirman Syah tertembak saat mereka salat Jumat di Pusat Islam Linwood di Christchurch, Selandia Baru.
"Atas nama pribadi, masyarakat dan Pemprov Sumbar, saya mengutuk keras aksi penembakan membabi buta di Masjid Kota Christchurch Selandia Baru," kata Irwan Prayitno.
Baca: Korban Selamat Penembakan di Selandia Baru Lega Tak Ajak Anak-anaknya Jumatan
Baca: Seniman Asal Padang Jadi Korban Penembakan Masjid di Selandia Baru, Baru 2 Bulan Pindah
2. Sudah Merencanakan Aksinya Selam 3 Bulan
Brenton Tarrant tidak asal ketika melakukan penembakan di Masjid Al Noor, Christchurch, Selandia Baru, pada Jumat (15/3/2019).
Melalui manifesto berjudul "The Great Replacement" yang dia buat sendiri, terungkap Tarrant sudah merencanakan aksi kejinya itu sejak lama.
Melansir Kompas.com melalui Independent.ie, Brenton Tarrant sudah merencanakan untuk melakukan penembakan massal selama dua bulan terakhir.
"Aku memulai rencana serangan ini sejak dua tahun terakhir. Kemudian menetapkan lokasi di Christchurch dalam tiga bulan terakhir," katanya.
Baca: KBRI Wellington Imbau Warga Indonesia di Selandia Baru Tetap Tenang dan Waspada
Baca: Seniman Asal Padang Jadi Korban Penembakan Masjid di Selandia Baru, Baru 2 Bulan Pindah
Dalam manifesto setebal 74 halaman itu, Tarrant memperkenalkan diri sebagai anti-imigran dengan para korban yang disebutnya sebagai "sekelompok penjajah".
Di manifesto tersebut, dia mengatakan ingin membebaskan tanah milik kaumnya dari "para penjajah" dan terinspirasi dari Anders Breivik.
Perlu diketahui, Breivik merupakan ekstremis sayap kanan yang menyerang kantor pemerintahan di Oslo, Norwegia pada 2011 silam.
Aksinya tersebut telah menewaskan sebanyak 77 orang.
Baca: KBRI Wellington Imbau Warga Indonesia di Selandia Baru Tetap Tenang dan Waspada
Baca: Tiga Menit Selamatkan Timnas Kriket Bangladesh dari Penembakan di Masjid Selandia Baru
Teroris yang kini berusia 40 tahun itu mengaku, dia membunuh para korban karena mereka mendukung multikulturalisme.
Tarrant dalam manifesto mengutarakan dia adalah pria kulit putih dengan orangtua yang merupakan keturunan Inggris, Skotlandia, dan Irlandia.
"Saya hanyalah pria kulit putih biasa, dari keluarga biasa saja, yang memutuskan untuk berdiri dan memastikan keberlangsungan kaum saya," katanya.
3. Mendengarkan Lagu Metal Saat Melakukan Aksinya
Brenton Tarrant sempat menyiarkan aksinya secara live di akun Facebook miliknya.
Baca: Siapakah para pelaku penembakan massal di masjid Selandia Baru?
Baca: Din Syamsuddin Kutuk Aksi Penembakan di Selandia Baru
Dilansir Heavy.com, saat menyerang, dia sempat memutar lagu metal dengan potongan lirik : "I am the god of Hellfire, and I bring you fire (Aku adalah Dewa dari Neraka, dan Kubawakan Kau Api),".
Lagu ini sempat dibawakan oleh musisi Metal seperti Ozzy Osbourne dan grup band metal asal Jerman, Die Krupps.
Lagu ini aslinya diciptakan oleh Grup Band Rock asal Inggris, The Crazy World of Arthur Brown, pada 1967.
Tarrant juga sempat memutar lagu berjudul Remove Kebab saat melakukan serangan.
Baca: Tantowi Yahya: Satu WNI Belum Diketahui Keberadaannya Setelah Aksi Penembakan di Selandia Baru
Baca: Anggota Komisi I DPR RI Kecam Aksi Penembakan di Selandia Baru
Lagu ini dikenal sebagai lagu wajib sejumlah kelompok sayap kanan kulit putih di Eropa.
Isinya, adalah upaya untuk menyingkirkan kaum imigran dan orang-orang Islam dari Eropa.
4. Ditembaki Saat Shalat Masih Berlangsung
Melansir Tribunnews.com melalui TVNZ, seorang saksi mata bernama Dan, melihat seorang pria sedang menembakkan shotgun ke arah kendaraan-kendaraan yang melintas di Linwood Ave.
Saat mengambil barang yang akan dia antar di Linwood, saksi mata tersebut mendengar suara tembakan antara pukul 13.45 dan 13.50 waktu setempat.
Baca: Cerita Mantan Atasan Brenton Tarrant Soal Pelaku Penembakan di Selandia Baru
Baca: Pengamat: Penembakan di Selandia Baru Akan Berdampak Terhadap Sel Teroris di Indonesia
"Kami tadinya mengira itu suara ledakan dari sebuah mobil, namun ketika suaranya makin kencang dan sering, kami yakin itu bukan suara dari mobil," tutur Dan kepada 1 News.
Dan menuturkan, pelaku teror tersebut menembak ke arah sebuah mobil yang melintas di Linwood Ave sambil berteriak dan mengeluarkan sumpah serapah ke arah mereka.
Kemudian pelaku tersebut melarikan diri lalu Dan menunjukkan kepada polisi di mana lokasi pria itu menembak.
Dan mengaku sempat berbicara dengan seseorang yang keluar dari masjid.
Baca: Pengamat: Penembakan di Selandia Baru Akan Berdampak Terhadap Sel Teroris di Indonesia
Baca: PSI Kutuk Aksi Teror Di Masjid Selandia Baru
Pria tersebut mengungkapkan kepada Dan bahwa saat kejadian berlangsung, semua jemaah sedang duduk di antara dua sujud saat Shalat Jumat berlangsung.
Seorang saksi mata lain menuturkan ada enam orang pria keluar melalui jendela masjid lalu masuk ke sebuah kendaraan.
"Dari apa yang saya dengar dari dia, ada enam orang pria penembak, masuk dan menembak, setidaknya ada empat atau lima orang tewas di dalam," kata Dan.
(Tribunnews.com/Whiesa)