Setelah Kejadian Teror di Kota Christchurch Selandia Baru, Pria Ini Kembalikan Senjatanya ke Polisi
Seorang pria sekaligus petani di Selandia Baru, John Hart, mengembalikan senjata miliknya kepada polisi pasca kejadian di masjid Kota Christchurch.
Penulis: Whiesa Daniswara
Editor: Sri Juliati
Seorang pria sekaligus petani di Selandia Baru, John Hart, mengembalikan senjata miliknya kepada polisi pasca kejadian di masjid Kota Christchurch.
TRIBUNNEWS.COM - Seorang pria di Selandia Baru menyerahkan senjata semi otomatis kepada polisi pasca kejadian penembakan di masjid Kota Christchurch, Senin (18/3/2019).
Beratnya serangan teror di dua masjid Kota Christchurch, Selandia Baru dan pemikiran tentang apa yang bisa terjadi jika pistol jatuh ke tangan yang salah, membuat John Hart secara sukarela menyerahkan senjata senjatanya.
Kepada CNN, John Hart (46) mengatakan, dirinya memiliki senjata tersebut selama dua dekade.
Baca: Wanita Selandia Baru Kompak Berhijab Pada Hari Jumat, 7 Hari Usai Serangan Teror Masjid Christchruch
Baca: Pria Ini Maafkan Pelaku Penembakan yang Telah Membunuh Istrinya di Masjid Al Noor, Selandia Baru
Dia merasa bersyukur jika senjata miliknya tersebut tidak pernah melukai seseorang.
"Saya sudah memiliki pistol itu sejak dibuat. Saya senang pistol itu tidak pernah melukai seseorang," kata Hart.
"Sekarang aku bisa tahu, itu tidak pernah menyakiti seseorang, jadi aku punya kepastian akan hal itu," ungkap Hart.
Serangan teror yang menewaskan 50 orang dan 50 orang lainnya luka-luka tersebut, terjadi di dua masjid Kota Christchurch, Selandia Baru, Jumat (15/3/2019).
Baca: Pemuda Pancasila Kecam Aksi Terorisme di Christchurch Selandia Baru
Baca: Sebanya 1,5 Juta Video Terorisme di Selandia Baru telah Dihapus Pihak Facebook
Jenazah korban ke-50 ditemukan di Masjid al Noor, Christchurch, Selandia Baru ketika para petugas memindahkan mayat para korban pada Sabtu (16/3/2019).
John Hart mengaku, dirinya banyak mempertimbangkan sebelum mengambil keputusan untuk mengembalikan senjata tersebut dan akhirnya, dia merasa sedikit lega.
John Hart membeli senjata api semi-otomatis itu untuk membantu membunuh kambing dan babi liar serta pengendalian hama di pertanian.
"Bagi saya, alasan utama adalah jenis senjata ini nyaman untuk beberapa jenis tugas, tetapi mereka bukan satu-satunya cara untuk melakukan tugas-tugas itu," kata Hart.
Baca: Ini Pesan Menyentuh PM Selandia Baru untuk Korban Teror di Masjid Christchurch
Baca: Indonesia Bantu Selandia Baru Pasca-teror Penembakan Brutal di Selandia Baru
"Menurut saya, pertukaran dari kenyamanan senjata itu dengan penyalahgunaannya, itu tidak layak. Saya pikir, kita seharusnya tidak memilikinya di negara kita setelah apa yang terjadi," ungkap Hart.
"Rasanya yang logis untuk dilakukan adalah menyerahkan milikku," tambah Hart.
Mengembalikan senjata api, kata John Hart, adalah proses yang sederhana dan cepat.
John Hart hanya butuh mengisi formulir penyerahan senjata dan memberi tahu polisi, dia akan membawa senjatanya ke kantor polisi.
Baca: Kriminolog Sebut Pelaku Penembakan Selandia Baru Brenton Tarrant Bisa Dibunuh Gangster di Penjara
Baca: Tanggapan Khabib Nurmagomedov Mengenai Aksi Teror di Selandia Baru
"Di Selandia Baru bagian selatan, Anda dapat melepaskan senjata api tanpa ada pertanyaan," kata Hart.
"Dengan serangan teror, kita memiliki kesadaran yang tinggi, jadi saya benar-benar tidak ingin berjalan ke kantor polisi dengan senjata dan penjaga bersenjata di luar," imbuh Hart.
Selain John Hart, ternyata ada beberapa pemilik senjata api di Selandia Baru yang menyerahkan senjatanya secara sukarela kepada pihak kepolisian.
Pengguna akun Twitter bernama Blackstone, @SirWB, menceritakan kisahnya yang mengembalikan senjata api miliknya kepada pihak kepolisian.
Baca: Begini Dosen UAD Yogyakarta Ini Bisa Selamat dari Aksi Teror di Selandia Baru
Baca: Detektif hingga FBI, Penyelidikan Penembakan di Selandia Baru Libatkan Tim Gabungan
"Sejak saya pertama kali mendengar tentang kekejaman pada Jumat sore, saya telah merefleksikan dan menjaga pikiran saya," tulis Blackstone di Twitter.
"Senin pagi - ini adalah salah satu keputusan termudah yang pernah saya buat. Telah memiliki senjata api selama 31 tahun." lanjutnya.
Seorang wanita bernama Fey Hag juga mem-posting di Twitter tentang menyerahkan senjata untuk dihancurkan polisi.
"Ketika suami saya meninggal, senjatanya diserahkan kepada keluarga yang memegang lisensi yang diperlukan," tulisnya.
"Anak perempuan dari orang tua yang berburu makanan, aku telah menggunakan senjata sejak usia 9 tahun. Hari ini aku meminta agar senjata itu diserahkan untuk dihancurkan." lanjutnya.
Baca: PSI Kirim Karangan Bunga Duka Cita ke Kedubes Selandia Baru
Baca: Imam Masjid Selandia Baru Berbicara pada Media untuk Pertama Kali: Saya Tak Percaya Saya Masih Hidup
Hart mengatakan dia merasa kewalahan dengan tanggapan yang dia terima di media sosial setelah memposting tentang penyerahan senjatanya.
Hart mengungkapkan jika banyak dari komentar itu positif, tetapi ada sejumlah pemilik senjata yang memposting komentar negatif.
"Saya cukup yakin bahwa kita akan mendapat hasil positif dari ini reformasi undang-undang kepemilikan senjata," kata Hart.
"(Jacinda Ardern) telah berkomitmen untuk mengubah undang-undang senjata dan kita perlu melihat bagaimana hasilnya," imbuh Hart.
(Tribunnews.com/Whiesa)