UPDATE Kasus Audrey, Pemkot Pontianak Beri Pendampingan dan Hasil Visum Korban Dibeberkan
Kasus penganiayaan yang dialami seorang siswi SMP di Pontianak terus bergulir hingga kini, Rabu (10/4/2019).
Penulis: Natalia Bulan Retno Palupi
Editor: Siti Nurjannah Wulandari
![UPDATE Kasus Audrey, Pemkot Pontianak Beri Pendampingan dan Hasil Visum Korban Dibeberkan](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/update-kasus-audrey-pemkot-pontianak-beri-pendampingan-dan-hasil-visum-dibeberkan.jpg)
TRIBUNNEWS.COM - Kasus penganiayaan yang dialami seorang siswi SMP di Pontianak terus bergulir hingga kini, Rabu (10/4/2019).
Dukungan pun mengalir deras bagi korban kekerasan yang baru berusia 14 tahun ini.
Seluruh kalangan masyarakat sampai artis-artis ibukota turut memberikan dukungannya untuk mengawal kasus ini.
Kini pemerintah Kota Pontianak pun turut turun tangan dengan memberikan pendampingan terhadap korban.
Dikutip Tribunnews.com dari Tribun Pontianak, pendampingan ini disampaikan langsung oleh Kepala Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP2KBP3A) Pontianak, Darmanelly.
Baca: Bukannya Malu dan Merasa Bersalah, Pelaku Pengeroyokan AU Malah Eksis di Instagram
Baca: Menolak Berdamai, Keluarga Korban Lanjutkan Kasus Pengeroyokan AU ke Pengadilan
"Kita berikan pendampingan sesuai kebutuhan anak tersebut," ucap Darmanelly saat diwawancarai setelah melakukan penjengukan terhadap korban.
Kasus ini mendapatkan perhatian nasional pasalnya datang dari pihak Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) yang juga langsung menjenguk korban dirawat intensif.
Darmanelly mengaku korban tidak bisa ditanya, terutama soal kebenaran apakah mendapatkan perlakuan tidak senonoh di bagian vitalnya.
"Tapi tak bisa nanya dan dia bilang jangan tanya itu (perlakuan tak senonoh pada alat vital) lagi ya," ucap Darmanelly menirukan jawaban korban.
Setelah melakukan pemantauan langsung dan melakukan pembicaraan dengan korban, mentalnya kini sudah berangsur membaik.
Terlihat dari motivasi dan masih memiliki cita-cita untuk masa depannya.
"Jadi tadi dia cuma bilang waktu ketemu psikolog punya cita-cita mau jadi psikolog juga," katanya.
"Setelah ketemu Pak Kapolda mau jadi psikolog polisi. Lalu datang dokter dari kepolisian berubah mau jadi dokter. Menurut psikolog itu pertanda baik karena beliau masih punya cita-cita," pungkasnya.
Hasil visum dari kepolisian pun sudah keluar.
Kembali mengutip dari Tribun Pontianak, hal ini disampaikan oleh Kapolresta Pontianak, Kombes M. Anwar Nasir melalui konferensi pers di Kapuas Palace, Rabu (10/4/2019).
Dari hasil visum yang dikeluarkan RS ProMedika yang dibacakan Kapolresta Pontianak, menjelaskan bahwa kondisi kepala korban tidak ada bengkak ataupun benjolan.
Mata korban juga tidak normal serta penglihatan normal, kemudian THT nyeri tekan lokasi tidak ditemukan darah.
Dada juga tampak simetris tidak ada memar maupun bengkak dan jantung serta paru-paru dalam keadaan normal.
Begitu juga kondisi perut yang masih terlihat datar dan tidak ditemui memar dan luka ditemukan.
Baca: Viral Pengeroyokan Siswi SMP di Pontianak, Putra Ahok: Keadilan Akan Datang!
Baca: Soal Kasus Audrey, Hotman Paris Bicara Kabar Peran Pejabat dari Keluarga Terduga Pelaku: Kita Lawan!
Untuk organ dalam abdomen juga tidak ada pembesaran serta bagian vital atau selaput dara tidak tampak luka robek atau memar dan kulit tidak ada memar, lebam serta bekas.
Anwar menyebutkan bahwa hasil diagnosa awal korban mengalami depresi pasca-trauma.
"Berikut pemaparan saya terhadap hasil visum dan ronsen dari korban yang dikeluarkan 10 April oleh RS ProMedika dengan penanggung jawab dr. Diana Natalia sebagai Direktur Umum," sebut Anwar Nasir.
7 Terduga pelaku tampik pengeroyokan dan rusak organ vital korban
7 Terduga pelaku pengeroyokan siswi SMP di Pontianak menggelar konferensi pers di Mapolresta Pontianak, Rabu (10/4/2019).
Konferensi digelar untuk mengklarifikasi pemberitaan yang sudah beredar.
Seorang terduga pelaku memohon maaf atas perbuatan yang telah dilakukannya kepada korban.
"Saya salah satu dari terduga pelaku 2 orang ini. Saya meminta maaf kepada korban dan keluarga korban. Dan kalian semua harus tahu di sini saya juga korban karena saya sekarang sudah dibully, dihina, dicaci, dimaki dan diteror padahal kejadian tidak seperti itu," ujar seorang terduga pelaku.
Terduga pelaku itu juga mengaku bahwa kejadian sebenarnya tidak seperti yang beredar saat ini.
Ia menjelaskan bahwa tidak ada penyekapan, seretan, menyiram secara bergilir, membenturkan korban ke aspal, dan juga merusak keperawanan korban.
Ia juga mengaku merasa sangat terpukul dengan pemberitaan yang ada.
Salah satu terduga lainnya menjelaskan ada suatu bentuk peleraian yang dilakukan.
"Pas saya sudah datang, mereka sudah berkelai dan saya sudah mencegah. Kami takut jika melerai takut dituduh mengeroyok saya takut terjadi seperti itu, di sana ada tindakan peleraiaan," terang salah satu terduga lainnya.
Terduga pelaku merasa dituduh dan difitnah.
Bahkan instagramnya pun di hack.
"Saya ingin yang memfitnah, telah menyebarkan foto-foto saya dan yang telah nge-hack akun instagram saya, saya ingin dia minta maaf," ujar pelaku.
(Tribunnews.com/Tribun Pontianak/Natalia Bulan R P)