Gus Nadir Komentari Hitungan Iseng Pilpres 2019 Tengku Zulkarnain: Janganlah Membodohi Umat
Gus Nadir ikut mengomentari hitungan iseng dari Tengku Zulkarnain pada Pilpres 2019. Gus Nadir meminta Tengku Zul tak membodohi umat.
Penulis: Sri Juliati
Editor: Fathul Amanah
Gus Nadir ikut mengomentari hitungan iseng dari Tengku Zulkarnain pada Pilpres 2019. Gus Nadir meminta Tengku Zul tak membodohi umat
TRIBUNNEWS.COM - Tengku Zulkarnain membuat hitungan iseng terkait Pilpres 2019.
Nadirsyah Hosen menulis cuitan agar Tengku Zulkarnain tidak membodohi umat dengan hitungan ngawurnya.
Hal ini bermula saat Tengku Zulkarnain menulis cuitan bertajuk hitungan iseng soal Pilpres 2019.
Menurut Wasekjen MUI itu, bila pemilih di Jawa Barat dan Banten memilih Prabowo Subianto, sedangkan di Jawa Timur dan Jawa Tengah, Joko Widodo (Jokowi) menang, maka hasil keduanya seri.
Baca: Dituding Tengku Zulkarnain Terima Suap Meikarta, Ridwan Kamil: Sumbar Fitnah yang Diterima Jamaah
Baca: Ridwan Kamil Minta Tengku Zulkarnain Buktikan Tudingan Soal Dana Suap Meikarta
Baca: Rocky Gerung Bahas Soal Data dan Sikap Akademis, Gus Nadir : Logika Sama Lo Gila Itu Bedanya Tipis
Baca: Fahri Hamzah Sindir KPU, Gus Nadir: Selaku Wakil Ketua DPR Ente Ngapain Aja?
Sama halnya dengan Nusa Tenggara Barat di mana calon presiden nomor urut 02 menang dan Jokowi menang di Bali.
Hasil untuk kedua kandidat Pilpres 2019 ini pun seri.
Bila Sulawesi Selatan dimenangkan Prabowo, maka hasil keduanya seri karena Jokowi menang di Nusa Tenggara Timur.
Pun dengan di Maluku dan Maluku Utara, di mana kedua kandidat Pilpres 2019 juga meraih suara di masing-masing provinsi tersebut.
Sulawesi Utara yang memenangkan Prabowo, sedangkan Jokowi menang di Papua dan Papua Barat.
Lagi-lagi, menurut Tengku Zulkarnain, hasil untuk keduanya seri.
Sementara itu, hanya tersisa Sulawesi dan Sumatera yang kebanyakan memenangkan capres Prabowo.
Dari hasil hitungan tersebut, Tengku Zulkarnain melontarkan pertanyaan, siapa yang menang?
"Hitungan Iseng:"
"Jabar+Banten utk Prabowo, Jatim+Jateng, Jokowi Menang, Hasil Seri."
"NTB utk 02, Bali 01, Hasil Seri."
"Sulsel utk 02, NTT utk 01,Hasil Seri."
"Maluku dan Maluku Utara, Seri."
"Sultra utk 02, Papua,Papua Barat utk 01, Hasil Seri."
"Sisa Sulawesi+Sumatera 02."
"SIAPA MENANG?" tulis Juru Kampanye Nasional (Jurkamnas) Prabowo-Sandi itu.
Cuitan Tengku Zulkarnain itu pun menuai komentar dari banyak kalangan, termasuk Nadirsyah Hosen atau Gus Nadir.
Rois Syuriah pengurus cabang istimewa NU Australia-Selandia Baru itu pun menyebut, hitungan iseng ala Tengku Zulkarnain itu, hitungan ngawur.
Gus Nadir meminta agar Tengku Zulkarnain tidak membodohi umat dengan hitungan ngawur tersebut.
Sebab, setiap daerah memiliki jumlah pemilih yang berbeda.
Sementara pada Pemilu 2019 menggunakan hitungan per kepala.
Di akhir cuitan, Gus Nadir menegaskan agar jangan lagi membodohi umat walau memiliki pilihan berbeda.
"Kakanda @ustadtengkuzul janganlah membodohi umat dg hitungan ngawur semacam ini."
"Tiap daerah jumlah pemilihnya berbeda."
"Pemilu ini hitungan per kepala."
"8 ribu org yg klik like dan 2 ribu yg RT sdh ikut-ikutan bodoh jadinya."
"Berbeda boleh, bodoh2i umat janganlah, Kakanda sayang," tulis Gus Nadir.
Gus Nadir Pertanyakan Tugas Fahri Hamzah Sebagai Wakil Ketua DPR
Sebelumnya, Gus Nadir juga mempertanyakan apa yang dilakukan Fahri sebagai wakil ketua DPR RI saat dirinya menyindir KPU.
Hal ini bermula saat Fahri Hamzah menyindir KPU yang akan melaporkan berbagai hoaks tentang Pemilu 2019 kepada aparat penegak hukum.
Lewat akun Twitter-nya, Fahri Hamzah menulis cuitan soal ironi negara di mana rakyat menggaji KPU sebagai penyelenggara Pemilu yang anti curang.
Selain itu, rakyat juga menggaji polisi untuk menjaga keadilan.
Hal berbeda justru dilakukan dua instansi ini karena KPU akan melaporkan rakyat karena ribut soal kecurangan.
Sementara Polri memburu rakyat yang mengunggah soal ketidakadilan.
Fahri pun bertanya balik, lantas siapa yang akan melaporkan KPU dan Polri?
"Ironi negara:"
"Rakyat menggaji KPU sbg penyelenggara pemilu yg anti kecurangan."
"Rakyat menggaji POLRI untuk menjaga keadilan."
"Tapi KPU melapor rakyat karena ribut soal kecurangan."
"Dan POLRI memburu rakyat yg memposting ketidakadilan."
"Lalu siapa yg melaporkan KPU dan POLRI?" tulis Fahri Hamzah.
Tak hanya itu, Fahri Hamzah juga menyinggung KPU yang menginput data salah (hoax) di situs resmi KPU.
Fahri meminta, jangan ada sampah di KPU, seperti halnya sampah di media sosial.
"Kalau rakyat dilapor oleh KPU ke POLISI karena mengirim berita hoax ke media sosial."
"Siapa yang melapor KPU ke POLISI karena mengimput banyak data yang salah (hoax) ke situs resmi KPU?"
“banyak sampah di laman media sosial...tapi gak boleh banyak sampah di situ KPU dong..” tulis Fahri Hamzah.
Cuitan Fahri Hamzah itu pun menuai reaksi dari berbagai kalangan, satu di antaranya Nadirsyah Hosen atau Gus Nadir.
Rois Syuriah pengurus cabang istimewa NU Australia-Selandia Baru itu pun mempertanyakan peran Fahri Hamzah.
Sebab, Fahri Hamzah merupakan wakil ketua DPR RI yang juga bertugas mengawasi KPU.
Menurut Gus Nadir, pelanggaran kode etik KPU juga bisa dilaporkan ke Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP).
Bila tidak puas dengan keputusan KPU, bisa melayangkan gugatan ke Mahkamah Konstitusi (MK).
Gus Nadir juga meminta Fahri Hamzah agar tidak melakukan provokasi pada rakyat sebab sudah ada sistemnya.
"Bro @Fahrihamzah lupa yah? Kan ada DPR yg bisa mengawasi KPU."
"Selaku wakil ketua DPR ente ngapain aja sampai lupa dg tugas dan fungsinya sendiri?"
"Pelanggaran kode etik KPU jg bisa dilaporkan ke DKPP. Gak puas? Gugat ke MK."
"Sudah ada sistemnya. Gak usah provokasi rakyat!"
(Tribunnews.com/Sri Juliati)