Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Seleb

Bagi Ayu Laksmi Bernyanyi tak Sekadar Menghibur

Hebatnya, aransemen lagu tersebut dikerjakan Ayu hanya dalam waktu satu hingga dua jam.

zoom-in Bagi Ayu Laksmi Bernyanyi tak Sekadar Menghibur
TRIBUN JOGJA
Ayu Laksmi 

TRIBUNNEWS.COM, JOGJA - Mencoba mengulang kesuksesannya di tahun 2011 dengan album bertajuk Svara Semesta, Ayu Laksmi kembali bersiap-siap meluncurkan album Svara Semesta kedua.

Namun, para penggemar pelantun kelahiran Singaraja, Bali, 25 November 1967, tampaknya harus bersabar. Lantaran, album yang mengusung nilai-nilai cinta universal, baru akan dilaunching tahun depan.

Ditemui ketika berada di Student Hall, Universitas Sanata Dharma (USD), Selasa (18/6/2013) sore, perempuan yang sempat dikenal sebagai lady rocker di tahun 90-an, mengungkapkan bahwa salah satu lirik di lagu yang ada di album itu, diambil dari sebuah manuskrip tua Katolik berbahasa latin.

"Itu dari Romo Budi Subanar. Waktu itu saya memang minta dikirimkan materi berbahasa latin yang bisa dijadikan lagu. Hasilnya, ada di lagu berjudul Kidung Maria," jelasnya.

Hebatnya, aransemen lagu tersebut dikerjakan Ayu hanya dalam waktu satu hingga dua jam. Seperti biasanya, ia memasukkan nuansa gamelan Bali yang berpadu dengan warna suaranya yang khas.

Perempuan yang pernah menjadi Duta Lingkungan Hidup Bali pada 2005, memang tak pernah meninggalkan materi dari suara gamelan Bali.

Ia juga tak pernah absen memasukkan lirik-lirik yang berasal dari bahasa kuno semisal dari Bali, Jawa Kuno, Sankskerta, bahasa latin, maupun naskah-naskah yang diambil dari kitab suci.

Berita Rekomendasi

Menurutnya, ada getaran energi yang tak bisa tergantikan, yang muncul dari bahasa-bahasa kuno tersebut.

“Sebagian besar menggunakan bahasa purba, mungkin lebih dari 60 persen sampai 70 persen dari semua lagu yang pernah saya buat,” ungkapnya.

Bagi Ayu, bernyanyi tak sekadar menghibur, melainkan ada pesan yang harus disampaikan. Karena itu, ia konsisten dengan materi-materi lagu yang berat dengan idealismenya, untuk menyuarakan cinta dalam konteks universal.

Dirinya tak menyangkal, konsistensinya terkadang terbentur dengan selera pasar yang kerap kali berubah-ubah dalam menyukai warna musik yang tengah tren.

Ia menyadari dan sudah memerhitungkan risiko tersebut. Meski demikian, selama ini Ayu mengaku tak terkendala dengan kondisi tersebut.

“Sejak 2002 lalu, visi-misi saya sudah berbeda. Saya memang butuh uang, tapi bernyanyi itu tak melulu tentang uang. Semuanya saya lakukan dengan ikhlas dan ternyata diterima. Ini menjadi pelayanan total saya dalam bentuk berkesenian,” paparnya. (*)

Tags:
Sumber: Tribun Jogja
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas