Berkiprah Pada Genre Musik Minoritas, Ini Pengalaman Pahit Gugun Blues Shelter
Ini pengalaman pahit Gugun Blues Shelter berkiprah pada genre musik minoritas sampai dicuekin orang di kafe.
Penulis: Willem Jonata
Editor: Agung Budi Santoso
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Willem Jonata
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - "Soul Shaker", album ketujuh grup musik Gugun Blues Shelter (GBS), yang dirilis hari ini, ternyata merupakan rangkuman perjalanan karir mereka, mulai dari nol sampai go international dengan merilis album di Amerika Serikat, lewat label Grooveyard Records.
"Ini kisah nyata GBS," ucap Jono, bassis GBS, Selasa, (1/10/2013), dalam jumpa pers di Rolling Stones Cafe, Jalan Ampera Raya, Jakarta Selatan.
Ia menuturkan bandnya pernah main di bar, di kawasan Kemang, pada 2004. Saat itu, belum banyak yang mengenal mereka.
"Banyak orang nongkrong. Terus mendengar kami main, mereka pada cabut," ucapnya. Ia memaklumi keadaan tersebut karena masyarakat belum terlalu akrab dengan musik yang mereka mainkannya.
Tetapi, Gugun, Jono, Bowie, tidak patah arang. Mereka terus melanjutkan perjalanan karir yang memang tidak mudah. Mereka juga tetap dengan musik yang diusungnya. Meskipun musiknya bisa disebut sebagai minoritas.
Berkat konsistensi, kerja keras, dan keyakinan yang konstan, mereka berhasil mendapat tempat sekaligus member warna di blantika musik Indonesia yang sarat persaingan. Sampai akhirnya mereka mendapatkan kesempatan tampil di luar negeri, seperti Inggris.
Tak berhenti di situ, mereka juga menarik perhatian Grooveyard Records, salah satu label di Amerika Serikat, tertarik merilis albumnya.
"Jadi, setiap verse memang menceritakan perkembangan kami dari awal, di masa-masa perjuangan, masa susah, ketika kami enggak ada yang tonton, akhirnya kami bisa maju, sekarang go international," cerita Jono.