Prahara Cinta Badai Kasih, Ketika Rio Dewanto Dilanda Kesepian
Rio Dewanto berperan sebagai Ara. Rencana pernikahannya bersama Jingga (Eni Joesoef), kekasihnya itu, jadi berantakan.
Penulis: Willem Jonata
Editor: Agung Budi Santoso
Laporan Willem Jonata
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Hubungan aktor Rio Dewanto bersama wanita yang dicintainya berantakan. Cemburu jadi biang keladinya. Rasa kesepian kemudian melingkupinya. Ia meluapkan emosinya dengan berteriak. Hujan turun menderas. Kilat berkeredap. Jembatan lengkung itu jadi saksi kegalauannya.
"Aaaaarrrrrrgggghhhhhhhhh...," seru Rio sembari mengoyakkan kemeja yang dikenakannya. Suara petir menggelegar.
Adegan tersebut merupakan bagian dari drama musikal berjudul "Prahara Cinta Badai Kasih" yang diselenggarakan Perempuan Untuk Negeri (PUN), di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki (TIM), Cikini, Jakarta Pusat.
Rio berperan sebagai Ara. Rencana pernikahannya bersama Jingga (Eni Joesoef), kekasihnya itu, jadi berantakan. Jingga diliputi perasaan cemburu terhadap Kasih (Yanti Airlangga) yang mendadak kembali ke kota tempat tinggalnya.
Kasih adalah sahabat Ara. Keduanya sangat dekat. Kedekatan mereka bukan rahasia lagi di kota itu. Jingga kemudian merasa kehadiran Kasih di kota itu, dapat mempengaruhi hubungannya bersama Ara. Jingga takut seandainya cinta Ara terbagi dua.
Padahal, kecemburuan itu sama sekali tidak beralasan. Sebab, Kasih menganggap Ara sekadar sahabat, begitu juga sebaliknya, tidak lebih. Namun, Jingga keras kepala. Ia enggan mendengar penjelasan Kasih. Ara yang berusaha memberikan penjelasan juga dimentahkannya. Pernikahan batal.
Waktu berlalu, Kasih jadi kambinghitam. Ia dicap sebagai perusak hubungan Ara dan Jingga. Keadaan Kasih semakin terpuruk setelah Badai (Marcell Siahaan), kekasihnya itu, meninggalkannya. Badai menaruh curiga Kasih punya hubungan spesial dengan Ara.
Ara, Jingga, Kasih, dan Badai kemudian hidup masing-masing. Mereka terpisah. Dalam keterpisahan itu, mereka mendapati dirinya tersiksa karena merasa kesepian.
"Tidak semua yang kita inginkan tercapai, Kasih," begitu kata Widyawati yang memerankan karakter Yuli, untuk menghibur putrinya tersebut.
Drama musikal tersebut nampaknya ingin menegaskan makna keterpisahan anak manusia dari orang yang dicintainya. Kadang keterpisahan itu muncul akibat kesalahpahaman dan kekeraskepalaan. Namun, drama musikal ini tidak berakhir sedih.
"Kalau cerita singkat, judulnya sudah mewakili ya, ini tentang cinta yang jadi prahara, dan prahara yang jadi cinta lagi," terang Titien Wattimena, penulis skenario drama musikal itu.
Lantas, bagaimana kisah Ara, Jingga, Kasih, dan Badai selanjutnya? Penasaran kan? Saksikan saja drama musikal tersebut pada 22, 23, dan 24 November 2013, di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki (TIM), Cikini, Jakarta Pusat.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.