Moza Pramita Dapat Berkah Dari Bisnis Bulu Mata
Selain dikenal sebagai presenter dan penyiar, Moza Pramita juga mengisi waktunya dengan berbisnis kecil-kecilan.
Penulis: Daniel Ngantung
Editor: Anita K Wardhani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Selain dikenal sebagai presenter dan penyiar, Moza Pramita juga mengisi waktunya dengan berbisnis kecil-kecilan.
Ditemui Tribun di sela pameran Pilgrimage di Museum Tekstil belum lama ini, tiba-tiba ibu dua anak itu menyodorkan sepasang bulu mata yang terbungkus dalam kotak mungil berwarna krem.
"Since 2014. Berdiri sejak tiga bulan lalu," gurau Moza yang tampak cantik dalam balutan busana merah bernuansa etnik.
Di kotak itu tertulis, Lashes by Moza. Rupanya, putri dari pengusaha Dewi Motik itu sedang berbisnis bulu mata.
Bisnis tersebut bermula dari kebiasaan Moza memborong bulu mata. Suatu ketika, sahabatnya berulang tahun. Sebagai hadiahnya, Moza memberikan satu dari persediaan bulu matanya.
Kepada teman-temannya yang lain, Moza juga memberikan bulu mata tersebut.
Gayung bersambut, para sahabat menyukai bulu matanya. Ia pun melihat respon tersebut sebagai peluang bisnis.
Perempuan yang juga berbisnis travel organizer itu mengambil produk bulu mata para perajin di Purbalingga, Jawa Tengah, yang diketahuinya sudah sangat mendunia.
"Bulu mata made in Indonesia adalah yang terbaik di dunia. Coba deh browsing. Nanti ketahuan, bahwa produk bulu mata lokal sangat diakui di luar negeri. Banyak selebritas dunia yang memakainya," terang Moza semangat.
Keunggulannya, produk bulu mata produksi perajin Purbalingga terbuat dari rambut asli. Sehingga memberikan penampilan bulu mata yang lebih natural pada pemakainya.
Moza mengaku, dirinya bukan pebisnis ulung bahkan terbilang baru di dunia ini. Maka, ia pun memutuskan untuk menjalankan bisnis tersebut secara solo alias tanpa bantuan seorang pun.
"Ini supaya kita tahu SOP-nya. Bagaimana mau bisa, kalau bisnis sendiri dijalankan orang lain," ujar perempuan yang terinspirasi dari pendiri Facebook Mark Zuckenberg dan pendiri Microsoft Bill Gates yang sempat menjalankan bisnisnya secara mandiri.
Sebagai strategi promosi, pecinta wastra tradisional ini memanfaatkan media sosial seperti Instagram dan Twitter. Ia menjual barang dagangannya dalam partai besar supaya lebih terasa keuntungannya.
Ia berharap bisnis ini dapat membawa berkah, terutama bagi pemakai dan pembuatnya, sekaligus menginspirasi mereka yang sedang ragu untuk memulai bisnis kecil-kecilan.
"Harus dicatat lho, tulang punggung Indonesia adalah bisnis kelas UKM dan koperasi, bukan perusahaan minyak atau sebagainya. Jadi, selalu ada peluang untuk sukses," kata Moza yang juga menjual produknya hingga ke Malaysia dan Amerika.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.