Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Seleb

Ray Sahetapy Komentari Kisruh KPK Versus Polri

Kekisruhan yang tengah terjadi antara Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Polri, menarik perhatian aktor senior, Ray Sahetapy.

Penulis: Achmad Rafiq
Editor: Anita K Wardhani
zoom-in Ray Sahetapy Komentari Kisruh KPK Versus Polri
Tribunnews/JEPRIMA
Aktor senior Indonesia, Ferene Raymond Sahetapy atau lebih dikenal Ray Sahetapy saat ditemui pada press screening film terbarunya yang berjudul Runaway di Setia Budi Building, Kuningan, Jakarta Selatan, Senin (21/7/2014). Ray Sahetapy berperan menjadi pengusaha sekaligus ayah dari Al, untuk membangun Chemistry, Ray mengaku banyak berdiskusi dengan Al dan tak segan memuji akting yang terdapat dalam diri anak dari musisi Ahmad Dhani. Al sangat berbakat, dia tinggal melatih diri, seperti vokal dan menggali emosi-emosi yang masih terpendam ungkapnya. (Tribunnews/Jeprima) 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Achmad Rafiq

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kekisruhan yang tengah terjadi antara Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Polri, menarik perhatian aktor senior, Ray Sahetapy. Ray menilai kejadian tersebut merupakan proses bersih-bersih oleh pemerintahan yang Baru.

"Ini zaman bersih-bersih dan biarkan terus berlangsung. Memang agak melelahkan, dan kita butuh pemimpin yang cepat mengatasi persoalan politik itu," ujar Ray, ketika ditemui di kawasan Epicentrum, Jakarta Selatan, Senin (16/2/2015).

Menurutnya, Indonesia membutuhkan pemimpin yang bekerja cepat untuk mengatasi permasalahan antara dua lembaga hukum tersebut. Sebab, permasalah yang ada di negara ini tidak hanya soal politik, tetapi banyak permasalahan lainnya juga.

"Paling utama masalah bangsa ini adalah kebudayaan. Sebab, itu merupakan salah satu identitas bangsa ini, dan seharusnya kita menguatkan hal tersebut. Kalau persoalan yang terjadi saat ini, cuma persoalan memilih," katanya.

Pemain film '2014' itu mengaku, pemerintah khusus presiden perlu mengolah gagasannya sendiri. Pemerintah perlu melandasi pemikiran mereka dengan gagasan nusantara.

"Mau kuatan black hand atau white hand, yang penting kita mengolah gagasan kita sendiri yakni gagasan nusantara. Kalau kita tidak menerapkan itu, kita hanya akan menghasilkan kuli-kuli dan pemimpin yang pengecut dan tunduk kepada kekuasaan asing," tandasnya.

Berita Rekomendasi
Tags:
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas