Pemenang Asia’s Next Top Model Asal Nganjuk Ternyata Korban Bullying
Gani adalah korban perundungan (bullying). Ia sempat berbagi pengalaman pahit sekaligus berharganya
Penulis: Daniel Ngantung
Editor: Fajar Anjungroso
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Ayu Gani menitihkan air mata haru ketika namanya disebut sebagai pemenang Asia's Next Top Model (AsNTM) musim 3. Ia berhasil menyisihkan 12 kontestan cantik dari seluruh penjuru Asia.
Sebagai pemenang, perempuan kelahiran Nganjuk, Jawa Timur, 24 tahun silam itu berhak mendapatkan kontrak modeling selama setahun dari Storm Model Management, agen model yang menaungi model papan atas dunia seperti Kate Moss dan Cara Delevingne. Selangkah lagi jalan Gani mengharumkan nama Indonesia di panggung mode internasional.
Bagi Gani, kemenangan tersebut adalah pembuktian. Bukan hanya kepada diri sendiri bahwa ternyata ia mumpuni, tetapi juga kepada orang-orang yang pernah merundungnya (bullying) di bangku SMP.
Ya, di balik perawakannya yang cantik berikut kesuksesannya di ajang modeling tersohor seantero Asia itu, perempuan berwajah Oriental ini ternyata pernah melalui masa lalu yang kelam dan memedihkan.
Gani adalah korban perundungan (bullying). Ia sempat berbagi pengalaman pahit sekaligus berharganya itu ketika ditemui di kantor Fox International Channels di Jakarta, Jumat (27/6).
Masa remaja bukanlah masa-masa yang menyenangkan buat Gani. Betapa tidak, hidupnya tiada hari tanpa perlakuan yang tidak mengenakkan dari teman-teman sebayanya, terutama para seniornya di SMP Pangudi Luhur Bintang Laut, Surakarta, Jawa Tengah.
"Aku sering dilempari botol plastik ketika jalan di depan mereka. Mereka juga bilang, eh, awas! Ada tong sampah lewat," kata Gani menirukan ucapan para bully itu.
Hubungan yang disharmoni itu tadinya hanya antar Gani dan senior. Namun teman-teman sekelasnya pun ikut-ikutan memusuhi Gani karena terintimidasi dan diancam oleh para senior. Maka, jadilah Gani yang terasingkan di sekolahnya.
"Yang paling sedih, sewaktu belajar kelompok untuk UAN (Ujian Akhir Nasional), tidak ada yang mau sekelompok sama aku. Jadi, aku benar-benar sendiri," kata sulung dari dua bersaudara itu.
Hingga sekarang, Gani tidak mengetahui alasan mengapa ia mendapatkan perlakuan demikian. Ikhlas, pasrah, dan percaya diri adalah kekuatannya untuk bertahan.
Bagi Gani segala sesuatu ada hikmahnya. Tanpa kejadian tersebut, ia yakin tidak akan sesukses sekarang. "Aku ini adalah produk bullying," tegas cewek setinggi 173 sentimeter itu.
Pengalaman kelam itu ternyata menjadi penyemangat bagi Gani untuk menunjukkan kemampuannya. Gani juga belajar untuk bertoleransi menerima perbedaan, lebih mengasihi sesama, dan memperlakukan seseorang sebagaimana dia ingin diperlakukan.
Sifat positif tersebut terpancar dan dirasakan oleh beberapa kontestan AsNTM musim 3. Di mata mereka, Gani dikenal sebagai sosok yang ringan tangan. Berangkat dari pengalaman itu, Gani lantas termotivasi untuk menjadi duta anti-bullying.
Perempuan yang sempat menghabiskan masa SMA di Ohio, AS, itu ingin menggunakan ketenarannya untuk memotivasi para anak-anak korban perundungan agar tetap percaya diri dan tidak merasa terasingkan.
"Mereka pasti merasa terasingkan dan ditolak. Jadi, aku ingin menyemangati agar tetap percaya diri dan jangan takut untuk tetap mengejar impian," ungkap Gani yang awal Juli nanti akan bertolak ke London untuk memulai kariernya sebagai model profesional internasional.
Kemenangan Gani di AsNTM seolah menjadi balasan yang manis bagi para perundungnya. Seseorang yang mengaku "teman" SMP memberi ucapan melalui Instagram. Ia hanya bisa tersenyum ketika membacanya. "Dia ngakunya sih teman SMP. Memangnya aku punya teman waktu SMP? Hehehe," gurau Gani.