Nama Inneke Koesherawati Terbawa Kasus Dugaan Penipuan Adiknya
Nama Inneke Koesherawati (39) terseret dalam kasus dugaan penipuan dan penggelapan yang diduga dilakukan adiknya.
Editor: Anita K Wardhani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Nama Inneke Koesherawati (39) terseret dalam kasus dugaan penipuan dan penggelapan yang diduga dilakukan Ike Rachmawaty, adik perempuannya.
Inne --sapaan akrab Inneke Koesherawati-- dianggap mengetahui sikap dan perilaku buruk Ike, tetapi tidak menghentikan perilaku negatif saudara kandungnya tersebut.
Kasus dugaan penipuan dan penggelapan yang dilakukan Ike tersebut diungkap Lisye Aryanti Dewi pada Benyamin Purba, pengacaranya.
Menurut Benyamin, Inne mengetahui dugaan tindakan pelanggaran hukum yang dilakukan Ike, namun seolah menutup mata dan telinga.
“Dia (Inne) seakan angkat tangan karena mengetahui adiknya begitu,” kata Benyamin di fX Entertainment Plaza, Senayan, Jakarta Pusat, Minggu (27/9/2015) siang.
Benyamin menyatakan, dugaan pelanggaran hukum yang telah dilakukan Ike terhadap Lisye memang tak secara langsung membawa nama Inne.
“Klien saya pernah minta tolong pada Mbak Inneke. Mbak Inneke itu tahu kelakuan adiknya, tapi kok diam saja,” kata Benyamin yang justru menuding Ike dan Inne melakukan persekongkolan menipu Lisye.
Lisye, seperti dituturkan Benyamin, mengatakan, perkenalannya dengan Ike terjadi di awal 2014.
Lisye dikenalkan Henny Liestiawaty pada Ike. Henny adalah kakak perempuan Inne. Ketika itu Ike mempresentasikan proyek yang sedang dikerjakan, yaitu even Microsoft.
Ike membutuhkan dana sebagai modal awal. Lisye yang tertarik bergabung proyek terkait lalu memberi dana dari investor sebesar Rp 50 juta.
Lisye menyatakan, proyek dikerjakan PT Kreasi Merial Esa.
Di perusahaan tadi, Deni Martin menjabat direktur utama sekaligus pemiliknya.
Deni adalah suami Ike. Ike justru tidak dilibatkan dalam perusahaan itu.
Pekerjaan Ike hanya mencari proyek dan investor. Meski event Microsoft batal terlaksana, Ike justru semakin giat mencari proyek lain.
"Klien saya kemudian mengenalkan Ike ke tim PU (Kementerian Pekerjaan Umum). Ada proyek disana. Tapi tim PU memilih jalan sendiri bersama Ike dan Deni tanpa menyertakan Bu Lisye. Klien saya hanya cari investor,” jelas Benyamin.
Proyek itu juga tak telaksana. Seiring berjalannya waktu, Lisye memutuskan pindah ke kantor Ike.
Mereka berbagi tugas. Lisye tetap mencari dana dari investor, sedangkan Ike adalah pelaksana proyek.
Beberapa pekerjaan even yang dimenangkan Ike, kemudian dicarikan Lisye dana pengerjaannya.
“Tapi, bila pekerjaan selesai, (Ike) tak pernah mengembalikan modal pokok. Keuntungan saja yang Ike bayarkan sesuai perjanjian yang ditandatangani,” kata Benyamin.