Kenangan Mendiang Vokalis Stone Temple Pilots Manggung di Kemayoran
Indonesia mengundang Stone Temple Pilot (STP) di saat yang tepat dan konser di Kemayoran
Editor: Fajar Anjungroso
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Indonesia mengundang Stone Temple Pilot (STP) di saat yang tepat. Pada saat itu para personelnya balik lagi seperti pada formasi awalnya dan menggelar konsernya di arena JiEXPO Kemayoran.
Scott Weiland, yang sudah mulai terlihat tua, masih doyan menggunakan megaphone di atas panggung, DeLeo bersaudara masih lengkap dengan Robert (bas) dan Dean (gitar).
Sementara itu Eric Kertz tetap setia menggebuk bedug Inggrisnya. Para penggemar STP yang datang malam itu sudah dipastikan merupakan fans Scott Weiland cs sejak tahun 90-an.
Mereka juga pasti sudah kangen ingin bertemu Scott Weiland cs setelah beberapa kali mendengar kabar miring mengenai band kesayangannya itu.
Pertama, saat mereka memutuskan untuk vakum. Lalu, duo motornya, Scott dan Robert mempunyai band sampingan. Selebihnya, tentang ketidakjelasan kapan akan masuk studio lagi sejak vakum tahun 2003. Pasalnya, pas kumpul lagi tahun 2008 pun, kuartet ini nggak kunjung menelurkan album.
Baru pada tahun 2010 band ini mengeluarkan self-tittled album. Pas, kan? Java Musikindo sebagai promotor pun dengan jeli memanfaatkan kesempatan ini untuk mengundang mereka ke Kemayoran.
Setelah sebelumnya meluncur dengan sempurna Crackerman, Wicked Garden, Vasoline, Heaven & Hot Rods, Between The Lines, dan Hickory Dichotomy. Stone Temple Pilots jelas sudah melewati puncak kejayaannya.
Ini bisa dilihat dari konsernya di Jakarta kali ini yang tidak sold out. Sekitar tiga ribuan penggemarnya yang malam itu bernyanyi dan menggoyangkan tubuh dengan bersemangat di bawah rintik hujan yang sesekali terbawa angin pun bisa dibilang sudah cukup berumur.
Scott Weiland, si bengal yang sepertinya sudah menerima berkah ketenangan usia senja, masih sangat bisa diandalkan. Tariannya mungkin tidak selentur dulu. Perutnya juga sudah terlihat mulai membuncit.
Namun suara dan pesona pribadinya sebagai ujung tombak sebuah band legendaris sekelas STP, sungguh masih bisa diandalkan! Dancing Days milik Led Zeppelin meluncur.
Berurutan disusul oleh Silvergun Superman, Plush, Interstate Love Song, Huckleberry Crumble, Down, dan Sex Type Thing. Plush danInterstate Love Song, dua lagu STP yang mungkin paling terkenal di dunia.
Lagu-lagu dari album Core dan Purple, memang masih punya sihir meskipun sudah 8 tahun berlalu sejak rilisan pertamanya. Song list dari album-album ini masih mampun bikin koor massal, yang membuat penonton melompat dan mengacungkan tangan.
Semua terlempar kembali ke masa lalu. Ke masa remaja yang gila dan menyenangkan. Ke masa ketika Scott Weiland adalah salah satu manusia paling keren sedunia, disamping Kurt Cobain, Eddie Vedder, Layne Staley, dan Chris Cornell. Encore, yang tanpa sesi jeda dan teriakan klise “We want more!”, berisi Dead & Bloated serta Trippin’ on A Hole in A Paper Heart.
17 lagu digeber habis. Itulah Stone Temple Pilots. Menghantam Jakarta dengan formasi legendaris lengkap, dengan bonus kerutan wajah dan lemak di sekitar pinggang. Di usia senjanya, Scott Weiland menjawab rasa penasaran remaja tahun 90-an yang kangen setengah mati dengan scene grunge.
Bagi yang sempat nonton waktu itu, beruntunglah. Kamu sudah jadi saksi aksi Scott Weiland yang pertama dan terakhir di Indonesia.
Biarlah kita semua hanya bisa gigit jari karena selamanya takkan pernah bisa melihat kehebatan formasi legendaris Nirvana dan Alice in Chains dengan mata kepala sendiri. Setidaknya sudah pernah ada yang melihat Stone Temple Pilots dengan Scott sebagai vokalisnya.