Yayan Ruhian Nilai Film Indonesia Bisa Saingi Star Wars
Yayan Ruhian menilai bahwa, film-film Indonesia yang tayang pada Desember 2015, tak kalah menarik dengan film Star Wars: The Force Awakens.
Editor: Hasiolan Eko P Gultom
Yulianus Febriarko/Kompas.com
TRIBUNNEWS.COM - Pesilat yang juga artis peran Yayan Ruhian menilai bahwa, film-film Indonesia yang tayang pada Desember 2015, tak kalah menarik dengan film Star Wars: The Force Awakens.
Seperti diketahui, film Harim di Tanah Haram, Single, Bulan Terbelah di Langit Amerika, hingga Negeri Van Oranje, mulai diputar pada akhir tahun lalu.
"Ada beberapa film Indonesia yang tayang bareng Star Wars, penontonnya juga tidak kalah kok. Saya kemarin baru saja dari Tasikmalaya, di bioskop yang mutar Star Wars, bangku yang kosong cuma sebaris. Untuk film Indonesia dua baris yang kosong," kata Yayan dalam wawancara usai acara temu sapa dengan para penggemar Star Wars di Senayan City, Jakarta Pusat, Minggu (3/1/2016).
Menurut dia, fakta di lapangan telah membuktikan bahwa film Indonesia kian digemari dan memiliki segmennya sendiri.
"Bangsa kita sudah mulai melihat bahwa film Indonesia tidak harus dilihat dari kacamata luar negeri," katanya menekankan.
Seiring dengan tren positif perkembangan film Indonesia, Yayan berujar bahwa kebolehan akting artis peran dalam negeri tak kalah bagusnya dengan aktor kelas Hollywood.
Penilaian bintang film Yakuza Apocalypse itu tak lepas dari keterlibatan artis peran Indonesia dalam industri film Hollywood, antara lain Iko Uwais dan Cecep Arif Rahman (Star Wars: The Force Awakens), Joe Taslim (Star Trek: Beyond), dan Ray Sahetapy (Captain America: Civil War).
"Itu kan sebuah bukti juga bahwa kita enggak kalah kok. Saya yakin nantinya banyak artis peran lain yang bakal ikut terlibat juga dalam film-film Hollywood. Tentunya, kami juga akan terus dukung produksi film dalam negeri," katanya.
Yayan pun berharap agar film Indonesia tak lagi dipandang sebelah mata.
"Saya berharap para penonton film di sini itu memberikan penilaian setelah menonton filmnya terlebih dahulu, terutama untuk film yang merupakan produksi dalam negeri. Jangan belum nonton filmnya tapi udah ngomong 'yah..film Indonesia nih'. Ya gimana bisa maju kalau seperti itu," ujarnya.
"Jangan nunggu orang luar negeri bilang bagus dulu baru kita bilang bagus. Jadi, lihatlah dengan kacamata sendiri, lihat dengan kacamata Indonesia," sambungnya.