Kisah Kezia Roslin Memanggil Nama Tuhan Saat di Panggung Puteri Indonesia 2016
Menggapai mimpi tentu membutuhkan pengorbanan. Kezia pun dengan rela harus mengorbankan pekerjaannya untuk meraih mimpi
Penulis: Regina Kunthi Rosary
Editor: Hasiolan Eko P Gultom
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Regina Kunthi Rosary
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menjadi seorang Puteri Indonesia ternyata telah lama diimpikan Kezia Roslin Cikita Warouw.
Ketika masih duduk di bangku sekolah dasar, Kezia pernah mengatakan hal itu kepada sang ibunda.
"Ini memang mimpi dari kecil, dari SD. Mama yang jadi saksi, dulu, pas lagi nonton Puteri Indonesia, Kezia pernah bilang, 'Aku pengin, deh, jadi Puteri Indonesia'," ujarnya ketika ditemui di The Sultan Hotel, Jakarta, Sabtu (20/02/2016).
Sang ibunda pun, dikatakan Kezia, lantas mendukung. Ia berpesan agar Kezia terlebih dulu menjalani dan menikmati proses sebelum pada akhirnya meraih keinginan tersebut.
Tahun demi tahun berganti tanpa sedikit pun Kezia melupakan cita-cita masa kecilnya itu.
Setelah pada akhirnya berhasil menyelesaikan pendidikan Strata 1, Kezia pun dengan mantap melangkah demi menggapai impiannya.
Menggapai mimpi tentu membutuhkan pengorbanan. Kezia pun dengan rela harus mengorbankan pekerjaannya untuk meraih mimpi menjadi seorang Puteri Indonesia.
"Sebetulnya ada perasaan, 'aduh gimana, ya', meninggalkan zona nyaman yang udah empat tahun kerja ini untuk fokus pada pemilihan Puteri Indonesia. Jadi ada suatu pengorbanan, sih, yang ternyata benar membuahkan hasil manis," tutur Kezia.
Sang ibunda pun menjadi motivator terbesar bagi Kezia dalam perjuangan meraih mimpi ini. Beliaulah yang selalu memberi Kezia kekuatan untuk menjalani setiap proses kehidupan.
Perkataan sang ibunda tersebutlah yang juga menuntun Kezia kepada filosofi universitas kehidupan yang tak terlihat.
Filosofi tersebut tumbuh dalam pikirannya tatkala menyadari bahwa kehidupan layaknya universitas yang terdiri atas ujian-ujian serta berbagai proses pembelajaran.
Selain ibunda, Tuhan sang pencipta alam semesta, diakuinya, menjadi tempat berserah Kezia sepenuhnya.
Menjelang Malam Grand Final Puteri Indonesia pun Kezia menyempatkan diri untuk betul-betul berserah, berpasrah dalam doa.
"Nggak kepikiran mau jadi juara satu. Yang penting, kezia bilang, 'Tuhan, apapun hasilnya, kalau mengecewakan, kasih Kezia lapang dada dan kemampuan berpikir positif, tapi kalau memang Tuhan kasih kepercayaan itu, tolong mampukan dan kuatkan Kezia karena ini kesempatan yang luar biasa dan penuh tanggung jawab'," papar Kezia menirukan apa yang ia sebut dalam doa ketika itu.
Perempuan kelahiran Jakarta, 18 April 1991 itu juga tampak tenang ketika dirinya menjawab pertanyaan dalam setiap sesi pertanyaan di malam final.
Kendati gugup, Kezia mengaku dirinya selalu mengingat perkataan sang ibunda untuk menyebut nama Tuhan.
"Mama selalu ingatkan, 'Panggil nama Tuhanmu. Supaya ketenangan dan damai sejahtera selalu ada'. Jadilah, setiap akan menjawab, aku bilang, 'Tuhan, ini aku, aku nggak bisa apa-apa tapi aku yakin, karena Tuhan, saat ini aku bisa," terang Kezia.
Kebahagiaan tak terkira dan rasa syukur yang amat besar pun melanda ketika Kezia dinobatkan sebagai Puteri Indonesia 2016, ketika mimpi masa kecilnya menjadi kenyataan.
Kendati demikian, ia bertekad untuk tetap selalu menjadi diri sendiri dan tak mengubah karakter aslinya.