Tukang Pos di Film 'Surat Cinta untuk Kartini' Akan Bicara Soal Sejarah
"Kita buat dari sudut pandang tukang pos. Pada 1900 masyarakat banyak yang belum mengerti dengan baca tulis. Namun banyak tukang pos pada zaman itu ya
Penulis: Yurike Budiman
Editor: Adi Suhendi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yurike Budiman
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Creative Produser 'Surat Cinta untuk Kartini', Lukman Sardi, yakin penonton bisa menangkap makna dari film yang diproduserinya tersebut.
"Sekarang kalau sekolah, penyampaian tentang sejarah sangat kaku, nggak fleksible. Hari Kartini selalu pakai pakaian daerah dan itu jadi rutinitas bukan tertuju pada maknanya."
"Sejarah itu kalau dibikin dongeng akan lebih menarik, itu akan lebih masuk (ditangkap maknanya)," ujarnya di sela acara perkenalan film Surat Cinta untuk Kartini di Kantor Tribunnews.com pada Jumat (15/4/2016).
Kolaborasi antara sejarah dan romantisme dengan sudut pandang yang direpresentasikan melalui tokoh seorang tukang pos, akan membuat film ini lebih berwarna.
"Kita buat dari sudut pandang tukang pos. Pada 1900 masyarakat banyak yang belum mengerti dengan baca tulis. Namun banyak tukang pos pada zaman itu yang sudah bisa baca. Si Sawardi (tukang pos) ini, kagum dan jatuh cinta pada Kartini," ujarnya.
Ia mengatakan film pertama yang ia garap untuk tahun ini merupakan film fiksi.
"Kartini kenal sama tukang pos itu fiksi. Kita kasih gambaran, Kartini saat mendirikan sekolah. Menikahnya tetap dengan bupati yang ada di sejarah," ujarnya.
Film ini serentak akan hadir di bioskop pada 21 April 2016.