Putri Indonesia Tampak Grogi dan Berkeringat Pegang Sabu
Kezia tidak menampik ada sedikit grogi karena ini menjadi yang pertama dalam hidupnya.
Editor: Hasiolan Eko P Gultom
TRIBUNNEWS.COM - Puteri Indonesia 2016 Kezia Warouw turut hadir dan menyaksikan pemusnahan barang bukti sabu seberat 6 kg yang dilakukan Badan Narkotika Nasional (BNN) di kantornya di Cawang, Jakarta Timur, Kamis (30/6/2016).
Pengalaman tersebut menjadi yang pertama bagi dara asal Manado tersebut.
Kezia yang mengenakan baju warna putih berbalut blazer hitam, berkesempatan melihat langsung narkotika jenis sabu.
Bahkan ia diberi kesempatan oleh Deputi Pemberantasan BNN Irjen Pol Arman Depari membuka bungkusan berisi sabu.
Saat membuka bungkusan tersebut dengan menggunakan cutter, Kezia terlihat grogi dan berkeringat meski akhirnya bisa sedikit tersenyum usai melaksanakan tugasnya.
Ia juga berkesempatan untuk memusnahkan sabu ke dalam mesin pemusnah.
Ketika disinggung, mengenai pengalamannya, Kezia tidak menampik ada sedikit grogi karena ini menjadi yang pertama dalam hidupnya.
Bahkan Kezia menilai, sekilas bentuk sabu sama seperti gula batu yang biasa diperjualbelikan secara umum.
"Ini pengalaman pertama lihat sabu. Biasanya di internet lihatnya. Saya grogi, takut. Sabu-sabu kan musuh terbesar di dunia membahayakan bagi seluruh lapisan masyarakat. Begini ya rasanya memegang barang haram dan terkutuk," ucapnya.
Ia menambahkan saya sebagai Puteri Indonesia 2016, dirinya akan melakukan sosialisasi tentang bahayanya narkoba yang sekarang juga mengincar anak-anak dibawah umur.
Kenyataan tersebut membuat Kezia prihatin dengan maraknya peredaran narkoba saat ini.
"Saya pun harus menjaga diri agar tidak terjerumus ke dalam narkoba, tidak hanya kepada masyarakat saja," ucapnya.
Ia juga prihatin dengan banyaknya wanita asal Indonesia yang dimanfaatkan para pelaku narkoba untuk menjadi kurir.
Kezia menilai kondisi ekonomi yang serba kekurangan membuat mereka dimanfaatkan oleh para pelaku yang tidak bertanggung jawab.
Mereka terlibat karena kondisi keuangan dan sosial, mereka berasal dari keluarga yang serba kekurangan. Secara sosial, para bandar mengelabui mereka, wanita yang tulus membantu namun ternyata hanya diperalat saja," ucapnya.
Junianto Hamonangan/Warta Kota
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.