Agatha Chelsea Dijejali The Sound of Music Sejak Kecil
SEJAK kecil, bakat Agatha Chelsea Terriyanto dalam dunia entertainment, khususnya dalam bidang musik, telah muai kelihatan.
Penulis: Regina Kunthi Rosary
Editor: Anita K Wardhani
TRIBUNNEWS.COM - SEJAK kecil, bakat Agatha Chelsea Terriyanto dalam dunia entertainment, khususnya dalam bidang musik, telah muai kelihatan.
Ketika berusia 2,5 tahun ia mulai gemar menyanyi, dan menari.
Hal tersebut diungkap oleh ibundanya, Theresia Trishanty, ketika ditemui Tribunnews di Jagorawi
Golf and Country Club, Cibinong, Jawa Barat, Kamis (18/8). Saat itu, Theresia yang tengah menemani Chelsea syuting videoklip OST Me vs Mami bercerita panjang-lebar mengenai putri tercintanya itu.
"Sebenarnya, dari umur dua setengah tahun, Chelsea itu udah kelihatan bakatnya. Dia senang bernyanyi dan menari sendiri," tutur Theresia mengawali kisah perjalanan karier anaknya dengan mata berbinar.
Dituturkan Theresia, sejak Chelsea kecil, dirinya kerap memutarkan film-film musik klasik legendaris, seperti The Sound of Music dan beberapa film lain dari Walt Disney.
The Sound of Music yang merupakan film musikal tahun 1965 disebut-sebut sebagai salah satu film musikal terbaik sampai saat ini. Merupakan film adaptasi dari musikal sandiwara panggung Broadway dan Sandiwara dan film ini sangat terkenal akan lagu-lagunya seperti "Edelweiss", "Do-Re-Mi", "Climb Every Mountain", dan "The Sound of Music".
Kata Theresia, Chelsea sangat menikmati film tersebut, juga gemar meniru bagaimana para tokoh itu bernyanyi, menari, dan berpenampilan.
Melihat bakat Chelsea akan olah suara, dan gerak, Theresia pun memasukkan putrinya itu ke sekolah musik. Saat itu, Chelsea genap berusia tiga tahun.
Di sekolah musik, sang anak mengenal bagaimana menekan-nekan tuts piano sehingga menghasilkan irama yang merdu didengar. Seiring berjalannya waktu, Chelsea pun meminta kursus vokal.
Theresia tak keberatan lantaran, menurutnya, hal itu sekaligus menjadi sarana sosialisasi Chelsea dengan lingkungan yang lebih luas. Ternyata, jiwa seni Chelsea kemudian seakan menjadi amat hidup ketika bergabung dalam kelas vokal tersebut.
Melalui sekolah musik itu, Theresia mencoba untuk mengikutkan Chelsea pada beberapa lomba menyanyi. Menang-kalah pun kerap menjadi pengalaman-pengalaman berkesan yang mampu dinikmati Chelsea.
"Chelsea itu, menang atau kalah, nggak pernah bete. Menang sering, kalah juga sering. Sama dia, dibawa have fun aja, kalau menang dia senang, kalau kalah nggak masalah buat dia," ujar Theresia diselingi tawa geli.
Kelas piano dan vokal kemudian masih terus dijalani Chelsea. Hingga pada usia 10 tahun, Chelsea mengungkapkan keinginannya pada sang ibunda untuk mengikuti ajang pencarian bakat Idola Cilik.
Theresia mengaku, sesungguhnya ia tak antusias dengan keinginan putrinya lantaran proses audisi yang pasti menyita banyak waktu dan tenaga. Namun, alasan yang kemudian Chelsea utarakan pun membuatnya menyanggupi permintaan tersebut.
"Chelsea bilang, 'Buat apa aku les selama ini kalau aku tidak bisa mengukur sejauh mana kemampuan aku?' Lalu, 'Oke,' saya bilang," ucap Theresia.
Keputusan Theresia untuk mengantar Chelsea audisi pun kemudian berbuah manis. Chelsea dinyatakan lolos hingga menjadi finalis ajang pencarian bakat tersebut.
Namun, kendati kini Chelsea mulai berkiprah di dunia entertainment, baik sebagai penyanyi, aktris, maupun pembawa acara, Theresia selalu mengingatkan putrinya agar tetap tak puas dengan apa yang dicapai. Theresia juga kerap menanamkan bahwa yang tersulit adalah mempertahankan, bukan mencapai kesuksesan itu sendiri.
Selain itu, Theresia pun berharap, ketika karier Chelsea telah betul-betul gemilang nantinya, kesuksesannya tersebut tetap didukung oleh keberadaan keluarga yang hangat dan kumpulan orang yang menyayanginya. Tak lupa, pendidikan tetap harus ditempuh Chelsea setinggi mungkin. (regina kunthi rosary)